Waktu – Waktu Yang Dilarang Untuk Sholat

Ada lima waktu yang pada waktu – waktu tersebut kita dilarang untuk melaksanakan sholat kecuali ada sebabnya. Kelima waktu tersebut adalah:
1. Setelah sholat subuh hingga terbitnya matahari.

2. Setelah terbit matahari hingga naiknya matahari secara sempurna setinggi tombak.

3. Saat matahari ditengah – tengah hari hingga tergelincir.

4. Setelah sholat ashar hingga matahari mulai tenggelam.

5. Ketika matahari mulai tenggelam hingga matahari tenggelam seluruhnya.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا صَلَاةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَرْتَفِعَ الشَّمْسُ وَلَا صَلَاةَ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغِيبَ الشَّمْس

“Tidak ada shalat setelah Shubuh hingga matahari meninggi dan tidak ada shalat setelah ‘Ashar hingga matahari menghilang.”

Maksud dari penafian dalam hadits tersebut adalah larangan, yakni janganlah seseorang di antara kalian sholat pada waktu – waktu ini.

Imam Muslim meriwayatkan dari Uqbah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:

ثَلَاثُ سَاعَاتٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّيَ فِيهِنَّ أَوْ أَنْ نَقْبُرَ فِيهِنَّ مَوْتَانَا حِينَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعَ وَحِينَ يَقُومُ قَائِمُ الظَّهِيرَةِ حَتَّى تَمِيلَ الشَّمْسُ وَحِينَ تَضَيَّفُ الشَّمْسُ لِلْغُرُوبِ حَتَّى تَغْرُبَ

“Ada tiga waktu, yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang kita untuk shalat atau menguburkan jenazah pada waktu-waktu tersebut. (Pertama), saat matahari terbit hingga ia agak meninggi. (Kedua), saat matahari tepat berada di pertengahan langit (tengah hari tepat) hingga ia telah condong ke barat, (Ketiga), saat matahari hampir terbenam, hingga ia terbenam sama sekali.”

بَازِغَةً
Yakni terbitnya piringan matahari.

قَائِمُ الظَّهِيرَةِ
Yakni meningkatnya terik panas, asalnya adalah ketika unta berlutut kemudian berdiri karena panas yang teramat sangat.

تَضَيَّفُ
Condong dalam keadaan menguning.

Larangan pada apa saja yang disebutkan sebelumnya di atas adalah untuk mengharamkan.

Adapun sholat apa saja yang padanya terdapat sebab untuk melaksanakannya maka boleh sholat dalam setiap waktu, baik itu sholat sunnah maupun sholat fardhu. Dalil atas yang demikian itu:

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

مَنْ نَسِيَ صَلَاةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا لَا كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذَلِكَ
{ وَأَقِمْ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي }

“Barangsiapa lupa suatu shalat, maka hendaklah dia melaksanakannya ketika dia ingat. Tidak ada tebusannya kecuali itu. Allah berfirman: ‘(Dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku) ‘ (Qs. Thaahaa: 14).

Serta riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha: bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sholat dua raka’at setelah ashar, maka aku menanyakannya kepada beliau lalu beliau bersabda:

يَا بِنْتَ أَبِي أُمَيَّةَ سَأَلْتِ عَنْ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ إِنَّهُ أَتَانِي أُنَاسٌ مِنْ عَبْدِ الْقَيْسِ بِالْإِسْلَامِ مِنْ قَوْمِهِمْ فَشَغَلُونِي عَنْ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ فَهُمَا هَاتَانِ

“Wahai anak Abu Umayyah, engkau bertanya mengenai dua raka’at setelah ‘Ashar, sesungguhnya beberapa orang dari Bani Abdul Qais telah datang kepadaku dengan membawa keIslaman sebagian dari kaumnya. Kemudian mereka menyibukkanku dari dua raka’at setelah Zhuhur, kedua shalat itu adalah kedua shalat tersebut.”

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
al-Bugha, Dr. Musthafa Diib. At-Tadzhib fii Adillat Matan al-Ghayah wa at-Taqrib.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *