Sifat ma’ani (jama’ dari ma’na yaitu sesuatu yang mengikuti dzat) sebagaimana telah dibahas sebelumnya yaitu sifat bagi Dzat yang dengan sifat tersebut Dzat Allah ta’ala disifati. Dalil atas sifat – sifat ma’ani bagi Allah ini adalah menurut ketetapan-Nya. Atau sebagaimana perkataan ulama’: setiap sifat yang berdiri bersama yang disifati maka sifat tersebut wajib baginya. Adapun sifat ma’ani yang berdiri di atas dalil ada tujuh:
Qudroh (kuasa), Iradah (kehendak), Ilmu, Hayah (hidup), Kalam, Sama’ (mendengar), Bashor (melihat).
Kami tidak menambah selain sifat tersebut kecuali berdasarkan dalil dari Qur’an dan Sunnah. Karena tidak boleh kita mensifati Allah ta’ala dengan suatu sifat yang Allah tidak mensifati diri-Nya dengan sifat tersebut dalam Qur’an maupun Sunnah. Tidaklah kita temukan di dalam Qur’an maupun Sunnah sifat – sifat ma’ani selain daripada sifat – sifat ini ataupun yang memiliki interpretasi ke sana. Berikut ini kita akan membahas mengenai sifat bashor bagi Allah ta’ala:
Bashor
Sungguh Allah ta’ala telah mengabarkan mengenai diri-Nya bahwasanya Ia melihat. Allah ta’ala berfirman:
وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” QS. As-Syura: 11.
Allah ta’ala berfirman kepada Musa ‘alaihis salam:
إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَىٰ
“Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”. QS. Thaha: 46.
Allah ta’ala berfirman kepada Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ * وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sholat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” QS. As-Syu’ara’: 218-219.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengabarkan bahwasanya Allah ta’ala melihat hamba – hamba-Nya di mana saja mereka berada. Beliau bersabda kepada seseorang yang bertanya mengenai apa itu ihsan:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.” HR. Bukhari dan Muslim.
Ini semua merupakan dalil bahwa Allah ta’ala memiliki sifat bashor (melihat).
Akan tetapi, melihatnya Allah ‘azza wa jalla tidaklah sama dengan melihatnya kita dan tidak pula sama dengan melihatnya segenap makhluk. Kita melihat dengan media mata yang tersusun dari lapisan – lapisan dan saraf – saraf…dst. Penglihatan bagi makhluk – makhluk itu adalah suatu cara yang khusus. Ini semua adalah hal yang mustahil bagi Allah ‘azza wa jalla karena sifat-Nya tidaklah seperti sifat makhluk – makhluk. Oleh karena itu para ulama’ mendefinisikan sifat bashor bagi Allah ta’ala sebagai:
Sifat yang azali (telah ada sejak dulu) yang berdiri dengan Dzatnya Allah ta’ala yang berkaitan dengan sesuatu yang terlihat atau sesuatu yang terwujud (al-maujudat), sehingga Ia mengetahuinya dengan sebenar – benarnya tahu.
Maka mereka para ulama’ menetapkan sifat bashor (melihat) dengan dalil dari kitab dan sunnah serta menjelaskan makna yang layak bagi Allah ta’ala. Para ulama’ juga menjelaskan bahwasanya yang dimaksud dengan sifat bashor bagi Allah ta’ala adalah sifat yang qadim (yakni dahulu, sebagaimana halnya semua sifat – sifat-Nya) yang dengannya Allah mengetahui yang terlihat atau yang terwujud. Yang terlihat adalah apa saja yang dapat dilihat oleh makhluk – makhluk seperti warna, cahaya, dan bentuk – bentuk. Adapun yang terwujud adalah mencakup suara, bau, rasa, dan yang lainnya yang terwujud namun tidak dapat dilihat oleh manusia dan kebanyakan makhluk. Sesungguhnya manusia dapat melihat namun terbatas, ia tidak dapat melihat kecuali yang ada padanya warna spectrum saja. Manusia tidak dapat melihat warna di bawah warna merah dan di atas ungu, akan tetapi ia menyingkapnya dengan tidak menggunakan mata. Maka melihat sesuatu yang tidak ada warnanya tersebut adalah mungkin, dan setiap yang mungkin Allah pasti kuasa untuk melakukannya. Maka ulama’ – ulama’ kita berkata sesungguhnya sifat bashor adalah sifat azaliyyah (yang ada sejak dahulu) yang Allah ta’ala disifati dengannya. Allah ta’ala mengetahui segala yang terwujud dengan sifat tersebut, ini dari kitab al-Fath al-Rabbaniy, karena ulama’ pada masanya tidak mengetahui bahwa terdapat warna yang tidak dapat dilihat oleh manusia.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhah, Al-Mukhtashar al-Mufid fii Syarh Jauharat at-Tauhid.