Syarah Shahih Bukhari Hadits No. 12
Dari Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhuma:
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Islam manakah yang paling baik?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Kamu memberi makan dan menyebarkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal”. HR. Bukhari.
Maksud penanya dengan pertanyaannya: “Islam manakah yang paling baik?”, yakni cabang keIslaman yang paling dicintai dan paling utama di sisi Allah? Itu merupakan pertanyaan mengenai amalan – amalan yang paling utama dalam Islam.
Penjelasan Hadits
Dalam hadits ini terdapat penjelasan mengenai keutamaan – keutamaan praktek – praktek keIslaman. Maksud dari pertanyaan penanya adalah: Wahai Rasulullah, apakah amal – amal kebaikan yang paling utama di sisi Allah ta’ala? Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Kamu memberi makan dan menyebarkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal”.
Hal ini karena menyebarkan salam itu merupakan keIslaman sebagaimana firman Allah ta’ala:
فَسَلِّمُوا۟ عَلَىٰۤ أَنفُسِكُمۡ تَحِیَّةࣰ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُبَـٰرَكَةࣰ طَیِّبَةࣰ
Hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah. QS. An-Nur: 61.
Yakni agar sebagian dari kamu memberi salam kepada sebagian lainnya.
Jika dikatakan: Sesungguhnya pertanyaan “Islam manakah yang paling utama?” dengan “Islam manakah yang paling baik?” itu dekat maknanya (yakni antara hadits ke 11 dan ke 12 pertanyaannya mirip). Namun jawaban dari kedua pertanyaan itu berbeda, bagaimana bisa demikian?
Jawabannya: Bahwasanya berbedanya jawaban itu timbul karena berbedanya kondisi para penanya, sesuai waktu dan kemaslahatan.
Pada pertanyaan pertama (yakni pada hadits ke 11): Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan dari menyakiti orang yang beriman dan orang yang membawa hal yang menyakitkan, beliau bersabda: “(Islam yang paling utama adalah) Siapa yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya”.
Pada pertanyaan kedua (yakni pada hadits ini): Berisi anjuran untuk memberi makan karena adanya kebutuhan kaum Muhajirin yang telah meninggalkan harta – harta mereka dan rumah – rumah mereka, agar mereka ditolong dan diberi makan. Ini terjadi saat mereka baru masuk ke Kota Madinah Munawwarah.
Sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Salam bahwasanya sabda pertama yang ia dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا الْأَرْحَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” HR. Abu Dawud.
Maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam itu seperti dokter yang mengkomposisikan obat setelah mendiagnosis penyakit. Bergantung pada keperluan dan kebutuhan.
Peringatan Yang Lembut
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal”. Maksudnya: hendaknya tidak mengkhususkan salam kepada para bangsawan dan para pembesar saja, akan tetapi ucapkanlah salam kepada seluruh kaum muslimin, baik kepada orang kayanya maupun orang miskinnya, kepada orang yang engkau kenal maupun kepada orang yang tidak engkau kenal. Sebagai pelembut hati kaum mu’minin dan penjaga ukhuwah keimanan.
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةࣱ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara”. QS. Al-Hujurat: 10.
Faidah Hadits
1. Hadits ini mengandung anjuran untuk memberi makan yang merupakan salah satu tanda kemurahan hati dan kedermawanan. Padanya terdapat manfaat bagi orang – orang yang membutuhkan dan dapat menghilangkan kelaparan yang mana Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung darinya.
2. Hadits ini mengandung anjuran untuk menyebarkan salam yang menunjukkan atas ketawadhuan atas saudaranya yang mu’min, pelembutan hati mereka, pertemuan kalimat mereka, dan pengumuman salam ini. Allah ta’ala berfirman:
فَسَلِّمُوا۟ عَلَىٰۤ أَنفُسِكُمۡ تَحِیَّةࣰ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُبَـٰرَكَةࣰ طَیِّبَةࣰ
Hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah. QS. An-Nur: 61.
Dan bahwasanya salam itu berlaku umum atas orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal.
3. Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk mencintai kebaikan bagi seluruh kaum muslimin sebagaimana seorang mu’min mencintai kebaikan bagi dirinya sendiri.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan: Syarah al-Muyassar Li Shahih al-Bukhari oleh Syaikh Muhammad ‘Ali As-Shabuni.