Ketika Makkah dibuka oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai kemenangan Islam atas kekufuran, justru turun sebuah surat yang memerintahkan untuk banyak memuji Allah, memohon ampunan, dan bertaubat. Surat itu adalah surat An-Nashr.
(بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ)
(وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا)
(فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا)
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” QS. An-Nashr 1-3.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjelaskan bahwa surat itu adalah sebuah pertanda bahwa ajal Rasulullah telah dekat sehingga diperintahkan untuk banyak – banyak beristighfar dan bertaubat.
Dari Ibnu Abbas beliau berkata;
كَانَ عُمَرُ يُدْخِلُنِي مَعَ أَشْيَاخِ بَدْرٍ فَكَأَنَّ بَعْضَهُمْ وَجَدَ فِي نَفْسِهِ فَقَالَ لِمَ تُدْخِلُ هَذَا مَعَنَا وَلَنَا أَبْنَاءٌ مِثْلُهُ فَقَالَ عُمَرُ إِنَّهُ مَنْ قَدْ عَلِمْتُمْ فَدَعَاهُ ذَاتَ يَوْمٍ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُمْ فَمَا رُئِيتُ أَنَّهُ دَعَانِي يَوْمَئِذٍ إِلَّا لِيُرِيَهُمْ قَالَ مَا تَقُولُونَ فِي قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ فَقَالَ بَعْضُهُمْ أُمِرْنَا أَنْ نَحْمَدَ اللَّهَ وَنَسْتَغْفِرَهُ إِذَا نُصِرْنَا وَفُتِحَ عَلَيْنَا وَسَكَتَ بَعْضُهُمْ فَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ لِي أَكَذَاكَ تَقُولُ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ فَقُلْتُ لَا قَالَ فَمَا تَقُولُ قُلْتُ هُوَ أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَهُ لَهُ قَالَ إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ وَذَلِكَ عَلَامَةُ أَجَلِكَ
{ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا }
فَقَالَ عُمَرُ مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَقُولُ
“Suatu ketika Umar mengajakku masuk berkumpul bersama para syaikh pemuka-pemuka Badar, dan sepertinya, sebagian dari mereka ada sesuatu yang ingin disampaikan pada dirinya. Maka salah seorang dari mereka pun bertanya, “Kenapa Anda mengikutsertakan anak ini bersama kami, padahal kami juga memiliki anak-anak yang sebaya dengannya?” Maka Umar pun berkata, “Sesungguhnya anak itu adalah orang yang telah kalian kenal.”
Kemudian pada suatu hari, Umar memangilnya dan mengikutsertakannya bersama mereka. Ibnu Abbas berkata; Aku tahu, bahwa tidak ada maksud lain Umar memanggilku, kecuali untuk memperlihatkan aku pada mereka. Umar berkata, “Bagaimanakah pendapat kalian berkenaan dengan ayat ini:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan…(QS. An-Nashr 1).”
Maka sebagian dari mereka berkata, “Kita diperintahkan untuk memuji Allah dan meminta maghfirah-Nya, yakni ketika kita diberi pertolongan dan kekuatan untuk menaklukkan suatu negeri.” Lalu sebagian yang lain diam tak berkata sepatah kata pun. Setelah itu, Umar bertanya padaku, “Apakah seperti itu juga pendapatmu wahai Ibnu Abbas?” Aku menjawab, “Tidak.” Umar bertanya lagi, “Lalu bagaimanakah pendapatmu?” Aku menjawab, “Hal itu terkait dengan ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah telah memberitahukan padanya dengan firmannya:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan…(QS. An-Nashr 1).” Itu adalah tanda akan datangnya ajalmu.
(فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا)
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. An-Nashr 3).
Umar berkata, “Tidaklah aku lebih mengetahui darinya kecuali apa yang engkau katakan.” HR. Bukhari.
Dari hadits di atas, sebagaimana Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk memperbanyak istighfar di penghujung usianya, maka demikian juga dengan bertambahnya usia kita, sebaiknya kita juga semakin banyak beristighfar memohon ampunan kepada Allah ta’ala dan memperbanyak amal kebaikan. Semakin bertambah usia semakin bertambah pula ilmu kita sebagai bekal dalam melaksanakan amal kebaikan karena tiada amal tanpa landasan ilmu. Sehingga semakin bau tanah semestinya semakin semangat menuntut ilmu agama dan beramal dengan ilmu tersebut, bukan sebaliknya malah semakin kendor dan loyo.
Jangan pula sebaliknya, semakin bertambah usia semakin jauh dari Allah. Semakin bertambah usia semakin maksiat. Semakin bertambah usia semakin malas menuntut ilmu untuk bekal beribadah kepada Allah bahkan ilmunya semakin berkurang tergerus oleh hawa nafsu duniawi. Naudzubillahi min dzalik.