Tag Archives: Ahlus Sunnah

Mukjizat Para Rasul

Published by:

Allah ta’ala mengutus para Rasul itu dengan bukti – bukti yang nyata dan menguatkannya dengan mukjizat. Mukjizat adalah perkara – perkara yang terjadi diluar kebiasaan untuk menegakkan kebenaran dan sebagai bukti mutlak bagi manusia bahwasanya setiap Rasul itu adalah benar – benar utusan Allah. Di samping itu Allah juga membersihkan para Rasul ‘alaihimussalam dari dusta dan mengada – adakan apa saja yang tidak diturunkan kepada mereka berupa wahyu ilahi. Sebab yang demikian itu (dusta dan mengada – ada) termasuk kejahatan yang tidak diperbolehkan dan tidak dapat dipahami bisa muncul dari seorang Rasul yang haq. Allah ta’ala berfirman dengan memberikan permisalan dan pengandaian:

وَلَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ ٱلۡأَقَاوِیلِ * لَأَخَذۡنَا مِنۡهُ بِٱلۡیَمِینِ * ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡهُ ٱلۡوَتِینَ

Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya. QS. Al-Haqqah: 44-46. Continue reading

Kenabian Adalah Keutamaan Dari Allah

Published by:

Definisi kenabian secara syar’i adalah ketika Allah ta’ala memberi wahyu kepada seorang laki – laki berupa hukum syar’i taklifi (beban syariat kepadanya) sama saja apakah ia diperintahkan untuk menyampaikannya ataukah tidak. Kenabian ini adalah keutamaan dari Allah ta’ala, Dia memberikannya kepada siapa saja yang Ia kehendaki dari hamba – hamba-Nya. Allah ta’ala berfirman:

ٱللَّهُ أَعۡلَمُ حَیۡثُ یَجۡعَلُ رِسَالَتَهُۥ

“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya.” QS. Al-An’am: 124.

Kenabian ini telah ditutup dengan kenabian sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Continue reading

Sam’iyyat (Apa Saja Yang Disandarkan Kepada Wahyu)

Published by:

Aqidah – aqidah atau keyakinan – keyakinan yang dibahas pada bagian ini disimpulkan dari Al-Qur’an Al-Karim dan Sunnah Syarifah. Apa saja yang dalilnya qath’i – yakni ayat atau hadits mutawatir yang tidak mengandung makna kecuali hanya satu makna saja – maka iman terhadapnya adalah wajib dan mendustakannya adalah kafir. Apa saja yang dalilnya tidak qath’i – yakni ayat atau hadits mutawatir yang memiliki lebih dari satu makna atau hadits shahih dan hasan – maka iman terhadapnya adalah wajib dan mendustakannya adalah fasiq jika tidak karena mentakwilkan zhahirnya yang dimungkinkan.

Pembahasan mengenai hal – hal yang terkait sam’iyyat ini akan dibahas lebih lanjut detilnya pada pembahasan selanjutnya.

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhah, Al-Mukhtashar al-Mufid fii Syarh Jauharat at-Tauhid.

Hal – Hal Yang Jaiz (Boleh) Bagi Para Nabi dan Rasul

Published by:

Para Nabi dan Rasul itu adalah manusia, oleh karena itu boleh saja bagi mereka apa yang boleh bagi manusia selama bukan yang haram, makruh, dan perkara mubah yang memalukan atau yang menjijikkan bagi karakter manusia. Yang boleh bagi mereka itu seperti makan, minum, jima’ yang halal, tidur, dan sakit yang tidak menjijikkan ataupun ayan. Sungguh kaum musyrikin pernah menuntut agar ada Rasul yang tidak makan, tidak berjalan di pasar – pasar, dan tidak menikah. Maka Allah pun membantah tuntutan mereka itu karena Rasul itu adalah manusia. Allah ta’ala berfirman:

Continue reading

Dalil – Dalil Lain Atas Adanya Allah Ta’ala

Published by:

Di antara dalil – dalil atas adanya Allah ta’ala serta kuasa-Nya adalah pembentukan setiap manusia dengan susunan yang menakjubkan serta anggota – anggota badan yang memiliki fungsi yang detail lagi teratur. Juga penempatan jutaan sel di kepala, badan, dan panca indra serta penciptaan manusia dalam sebaik – baik bentuk dan keindahan. Allah ta’ala berfirman:

وَفِیۤ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ

“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” QS. Adz-Dzariyat: 21.

Continue reading

Sifat – Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Para Nabi dan Rasul

Published by:

Wajib atas setiap mukallaf untuk mengetahui hal – hal yang wajib, jaiz (boleh), dan mustahil pada diri para nabi dan rasul ‘alaihimussalam sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelum – sebelumnya. Adapun sifat – sifat yang wajib bagi para nabi dan rasul itu adalah:

1.Amanah (الأَمَانَةُ). Yakni penjagaan, dengan makna bahwasanya Allah ta’ala menjaga zhahir dan batin mereka pada saat mereka masih kecil maupun dewasa, sebelum kenabian maupun setelah kenabian, dari setiap perbuatan yang terlarang meskipun perbuatan yang makruh. Maka mereka tidaklah melakukan perbuatan yang haram, makruh, dan menyalahi keutamaan (khilaf al-aula). Mereka dapat dipercaya atas syariat Allah ta’ala. Dalil atas hal ini adalah bahwasanya Allah ta’ala memerintahkan setiap umat untuk mengikuti rasul mereka yang diutus kepada mereka dalam perkataan mereka, perbuatan mereka, dan keadaan – keadaan mereka (sungguh Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus kepada manusia seluruhnya sebagaimana akan dijelaskan nanti). Apabila seorang rasul melakukan suatu perbuatan yang terlarang dalam syariatnya, maka perbuatan tersebut akan menjadi perbuatan yang diperintahkan bagi umatnya (karena mereka diperintahkan mengikuti rasul) dan pada saat yang sama perbuatan itu terlarang (karena mengikuti nash syariat). Ini adalah mustahil. Bagaimana bisa Allah memerintahkan sesuatu dan melarangnya dalam waktu yang sama. Allah tidaklah membebani hambanya dengan sesuatu yang mustahil. Allah ta’ala berfirman:

Continue reading

Kenabian

Published by:

Ini adalah pembahasan yang kedua dari pembahasan – pembahasan ilmu tauhid. Pembicaraan di dalamnya adalah mengenai hal – hal yang berhubungan dengan para nabi ‘alaihim as-sholatu wassalam. Di dalamnya terdapat penjelasan mengenai apa saja yang wajib, mustahil, dan boleh bagi para Nabi (semoga sholawat dan salamNya tercurah kepada mereka semua).

Nabi secara syar’i adalah seorang laki – laki yang Allah wahyukan kepadanya hukum syar’i. Sama saja apakah ia diperintahkan untuk menyampaikannya ataukah tidak. Bila ia diperintahkan untuk menyampaikannya maka ia adalah Nabi sekaligus Rasul. Berdasarkan atas hal ini, dapat kami uraikan adanya seorang Nabi yang bukan Rasul yaitu ketika Allah ta’ala mengutus Jibril ‘alaihissalam kepada seseorang sehingga Jibril menyampaikan hukum – hukum untuk ia amalkan namun ia tidak diperintahkan untuk menyampaikannya kepada yang lainnya. Akan tetapi tidak dapat kami uraikan seorang Rasul yang bukan Nabi karena pada waktu turun wahyu kepadanya berdasarkan hukum syar’i ia telah menjadi seorang Nabi yakni seorang Nabi dan Rasul. Oleh karena itulah kita dapati kaum muslimin menyatakan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai Rasul dan Nabi. Kita katakan biasanya: “Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”. Juga kita katakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda”. Maksud dari kedua ungkapan tersebut adalah sama yaitu al-Habib al-Musthafa shallallahu ‘alaihi wasallam.

Continue reading