Tafsir Surat Al-Lahab / Al-Masad

Tags:

Surat ini adalah surat Makkiyah

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ تَبَّتۡ یَدَاۤ أَبِی لَهَبࣲ وَتَبَّ * مَاۤ أَغۡنَىٰ عَنۡهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ * سَیَصۡلَىٰ نَارࣰا ذَاتَ لَهَبࣲ * وَٱمۡرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلۡحَطَبِ * فِی جِیدِهَا حَبۡلࣱ مِّن مَّسَدِۭ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” QS. Al-Lahab: 1-5.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْبَطْحَاءِ فَصَعِدَ إِلَى الْجَبَلِ فَنَادَى يَا صَبَاحَاهْ فَاجْتَمَعَتْ إِلَيْهِ قُرَيْشٌ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ حَدَّثْتُكُمْ أَنَّ الْعَدُوَّ مُصَبِّحُكُمْ أَوْ مُمَسِّيكُمْ أَكُنْتُمْ تُصَدِّقُونِي قَالُوا نَعَمْ قَالَ فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا تَبًّا لَكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
{ تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ }
إِلَى آخِرِهَا

Bahwa suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju Bathha`, kemudian beliau naik ke bukit seraya berseru, “Wahai sekalian manusia.” Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul. Kemudian beliau bertanya, “Bagaimana, sekiranya aku mengabarkan kepada kalian, bahwa musuh (di balik bukit ini) akan segera menyergap kalian, apakah kalian akan membenarkanku?” mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda lagi: “Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian. Sesungguhnya di hadapanku akan ada adzab yang pedih.” Akhirnya Abu Lahab pun berkata, “Apakah hanya karena itu kamu mengumpulkan kami? Sungguh kecelakaanlah bagimu.” Maka Allah menurunkan firman-Nya: “TABBAT YADAA ABII LAHAB..” Hingga akhir ayat. HR. Bukhari.

Dalam riwayat lain:

فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ تَبًّا لَكَ سَائِرَ الْيَوْمِ أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا فَنَزَلَتْ
{ تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ }

Maka Abu Lahab berkata: ‘Celaka engkau sepnjang hari. Apakah untuk ini engkau mengumpulkan kami?! Maka Allah azza wa jalla menurunkan “Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa.” (QS. Al Lahab: 1). HR. Bukhari.

Yang pertama adalah seruan kepadanya sedangkan bagian keduanya adalah khabar atau sikap mengenainya.

Abu Lahab adalah salah seorang paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namanya adalah Abdul ‘Uzza bin Abdil Mutthalib. Dia lah orang yang banyak menimpakan hal yang menyakitkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, benci kepadanya, merendahkannya dan juga agamanya.

Imam Ahmad neriwayatkan dari Abu Zinad beliau berkata:

أَخْبَرَنِي رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ رَبِيعَةُ بْنُ عَبَّادٍ مِنْ بَنِي الدِّيلِ وَكَانَ جَاهِلِيًّا قَالَ
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فِي سُوقِ ذِي الْمَجَازِ وَهُوَ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ تُفْلِحُوا وَالنَّاسُ مُجْتَمِعُونَ عَلَيْهِ وَوَرَاءَهُ رَجُلٌ وَضِيءُ الْوَجْهِ أَحْوَلُ ذُو غَدِيرَتَيْنِ يَقُولُ إِنَّهُ صَابِئٌ كَاذِبٌ يَتْبَعُهُ حَيْثُ ذَهَبَ فَسَأَلْتُ عَنْهُ فَذَكَرُوا لِي نَسَبَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالُوا لِي هَذَا عَمُّهُ أَبُو لَهَبٍ

Telah mengabarkan kepadaku seorang laki-laki yang biasa dipanggil Rabi’ah bin Abbad dari Bani Ad-Dil dan ia adalah seorang yang telah mengenyam masa jahiliyah, ia berkata; Saat masih Jahiliyah, saya pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di pasar Dzul Majaz. Saat itu, beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia, ucapkanlah, ‘LAA ILAAHA ILLALLAH, niscaya kalian akan selamat.” Maka orang-orang pun mengerumuninya, sementara di belakangnya ada seorang laki-laki yang berwajah tampan, bermata juling dan rambut terjalin dua bagian, si laki-laki berkata, “Dia adalah seorang yang murtad (keluar dari agama nenek moyangnya) dan pendusta.” Laki-laki itu selalu mengikutinya kemana pun beliau pergi. Maka saya pun menanyakan siapa lelaki itu, mereka pun menuturkan nasab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepadaku dan berkata, “Laki-laki ini adalah pamannya, yakni Abu Lahab. HR. Ahmad.

Dari Rabi’ah bin ‘Abbad ad-Dili beliau berkata:

إِنِّي لَمَعَ أَبِي رَجُلٌ شَابٌّ أَنْظُرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتْبَعُ الْقَبَائِلَ وَوَرَاءَهُ رَجُلٌ أَحْوَلُ وَضِيءٌ ذُو جُمَّةٍ يَقِفُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْقَبِيلَةِ وَيَقُولُ يَا بَنِي فُلَانٍ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ آمُرُكُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تُصَدِّقُونِي حَتَّى أُنْفِذَ عَنْ اللَّهِ مَا بَعَثَنِي بِهِ فَإِذَا فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَقَالَتِهِ قَالَ الْآخَرُ مِنْ خَلْفِهِ يَا بَنِي فُلَانٍ إِنَّ هَذَا يُرِيدُ مِنْكُمْ أَنْ تَسْلُخُوا اللَّاتَ وَالْعُزَّى وَحُلَفَاءَكُمْ مِنْ الْحَيِّ بَنِي مَالِكِ بْنِ أُقَيْشٍ إِلَى مَا جَاءَ بِهِ مِنْ الْبِدْعَةِ وَالضَّلَالَةِ فَلَا تَسْمَعُوا لَهُ وَلَا تَتَّبِعُوهُ فَقُلْتُ لِأَبِي مَنْ هَذَا قَالَ عَمُّهُ أَبُو لَهَبٍ

“Aku yang ketika itu masih muda belia, melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membuntuti kabilah – kabilah, sedang di belakangnya ada seorang juling, wajahnya cerah dan terjuntai rambutnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri pada setiap kabilah dan menyerukan ‘Wahai Bani Fulan, saya Rasulullah, saya perintahkan kalian agar kalian menyembah Allah dan janganlah menyekutukannya dengan sesuatupun dan agar kalian membenarkanku sampai saya bisa melaksanakan apa yang telah Allah bebankan kepadaku.’ Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam selesai memgucapkan perkataan itu, orang yang di belakangnya berkata ‘Wahai Bani Fulan, orang ini menghendaki kalian meninggalkan Latta dan Uzza dan sekutu-sekutu kalian dari perkampungan Bani Malik bin Uqais untuk mengikuti ajaran yang dibawanya berupa hal yang baru dan kesesatan. Janganlah kalian mendengarnya, janganlah kalian mengikutinya. Saya berkata kepada bapakku siapakah orang ini?. Dia menjawab, itu justru pamannya sendiri, Abu lahab.” HR. Ahmad.


Firman Allah ta’ala:

تَبَّتۡ یَدَاۤ أَبِی لَهَبࣲ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab”. QS. Al-Lahab: 1.

Yakni merugi, binasa, dan lenyaplah perbuatan dan usahanya.

وَتَبَّ

“Dan benar-benar binasa dia!” QS. Al-Lahab: 1.

Yakni sungguh benar – benar binasa, menjadi kenyataan kerugian dan kecelakaannya.


Firman Allah ta’ala:

مَاۤ أَغۡنَىٰ عَنۡهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ

“Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.” QS. Al-Lahab: 2.

Ibnu ‘Abbas berkata: “dan apa yang dia usahakan” yakni anaknya.

Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyeru kaumnya kepada iman, Abu Lahab berkata: “Jika apa yang dikatakan anak saudara laki – laki ku itu benar, maka sesungguhnya aku akan menebus diriku dari adzab di hari kiamat dengan hartaku dan anak – anakku. Maka Allah ta’ala menurunkan:

مَاۤ أَغۡنَىٰ عَنۡهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ

“Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.” QS. Al-Lahab: 2.


Firman Allah ta’ala:

سَیَصۡلَىٰ نَارࣰا ذَاتَ لَهَبࣲ

“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).” QS. Al-Lahab: 3.

Yakni yang memiliki bunga api bergejolak dan pembakaran yang sangat panas.


Firman Allah ta’ala:

وَٱمۡرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلۡحَطَبِ

“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).” QS. Al-Lahab: 4.

Istrinya Abu Lahab termasuk di antara wanita – wanita pembesar Quraisy. Dia adalah Ummu Jamil dan namanya adalah Arwa binti Harb bin Umayyah. Dia adalah saudarinya Abu Sufyan. Dia memberikan bantuan bagi suaminya atas kekufurannya, pengingkarannya, dan keras kepalanya. Maka oleh karena inilah ia di hari kiamat menjadi bantuan dalam adzabnya di neraka jahannam. Oleh karena inilah Allah ta’ala berfirman:

حَمَّالَةَ ٱلۡحَطَبِ * فِی جِیدِهَا حَبۡلࣱ مِّن مَّسَدِۭ

“Pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” QS. Al-Lahab: 4-5.

Yakni istrinya itu membawa kayu bakar kemudian melemparkannya kepada suaminya untuk menambah apa yang telah ada padanya. Dia menyediakan yang demikian itu dan menyiapkannya baginya.

فِی جِیدِهَا حَبۡلࣱ مِّن مَّسَدِۭ

“Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” QS. Al-Lahab: 5.

Mujahid berkata: dari sabutnya api neraka. Juga dari Mujahid dan ‘Ikrimah mengenai “pembawa kayu bakar”, adalah ia itu berjalan dengan fitnah (menyebarkan fitnah). Ibnu Jarir memilih pendapat ini.

Ibnu Abbas dan ad-Dhahak berkata: adalah ia meletakkan semak berduri di jalan yang dilalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sa’id bin Musayyab berkata: adalah ia memiliki kalung yang mewah, ia berkata: akan aku infakkan ini untuk memusuhi Muhammad. Maka Allah membalasnya dengan menjadikan darinya di lehernya ada tali dari sabut neraka.

Sabut itu adalah serabut. Dikatakan juga: itu adalah kalung dari neraka panjangnya tujuh puluh hasta. Al-Jauhari berkata: sabut itu adalah serabut, dan sabut itu juga adalah tali yang terbuat dari serabut.

Mujahid berkata: “tali dari sabut” yakni pita leher dari besi.

Ibnu Abu Hatim mengeluarkan riwayat dari Asma’ binti Abu Bakar beliau berkata: ketika diturunkan ayat تَبَّتۡ یَدَاۤ أَبِی لَهَبࣲ wanita yang bermata satu menemuiku (Ummu Jamil) binti Harb dan ia meratap, di tangannya ada batu. Ia berkata: “Dia telah mencela agama nenek moyang kami, agamanya kutolak dan perintahnya kutentang.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk di masjid dan bersamanya ada Abu Bakar. Ketika Abu Bakar melihatnya beliau berkata: “Ya Rasulullah, sungguh ia telah melihatku dan aku khawatir kalau ia melihatmu. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ia tidak akan melihatku”. Beliau membaca Qur’an dan berpegang teguh dengannya sebagaimana Allah ta’ala berfirman:

وَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ جَعَلۡنَا بَیۡنَكَ وَبَیۡنَ ٱلَّذِینَ لَا یُؤۡمِنُونَ بِٱلۡـَٔاخِرَةِ حِجَابࣰا مَّسۡتُورࣰا

“Dan apabila engkau (Muhammad) membaca Al-Qur’an, Kami adakan suatu dinding yang tidak terlihat antara engkau dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat.” QS. Al-Isra’: 45.

Maka Ummu Jamil datang dan berdiri di hadapan Abu Bakar tanpa melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu berkata, “Hai Abu Bakar, sesungguhnya aku mendapat berita bahwa temanmu mengejekku.” Abu Bakar menjawab, “Tidak, demi Tuhan Penguasa Ka’bah ini, dia tidak mengejekmu.” Maka Ummu Jamil pergi seraya mengatakan, “Orang-orang Quraisy telah mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah anak perempuan pemimpin mereka.” Ummu Jamil terjatuh karena kainnya tersangkut, saat itu ia sedang melakukan tawaf di Ka’bah, maka Ummu Jamil mengatakan, “Celakalah si pencela itu.”

Sebagian ahli ilmu berkata mengenai firman Allah ta’ala:

فِی جِیدِهَا حَبۡلࣱ مِّن مَّسَدِۭ

“Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” QS. Al-Lahab: 5.

Yakni di lehernya ada tali dari neraka jahannam yang mengangkatnya sampai ke pinggir neraka Jahanam, lalu ia dilemparkan ke dasarnya. Kemudian dilakukan hal yang semisal terhadapnya selama-lamanya.

Para ulama’ berkata: dalam surat ini terdapat mukjizat yang jelas dan dalil yang terang atas kenabian. Sesungguhnya ia sejak turunnya firman Allah ta’ala:

سَیَصۡلَىٰ نَارࣰا ذَاتَ لَهَبࣲ * وَٱمۡرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلۡحَطَبِ * فِی جِیدِهَا حَبۡلࣱ مِّن مَّسَدِۭ

Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” QS. Al-Lahab: 3-5.

Beliau mengabarkan mengenai keduanya yang sengsara dan tidak beriman, tidak menetapkan keduanya akan beriman baik batin maupun zhahir, tidak secara rahasia maupun terang – terangan. Maka ini adalah termasuk dalil yang paling kuat akan kenabian. Wallahu ‘alam.

Disarikan dari:
Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir lii ash-Shaabuunii.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *