Tafsir Surat Al-Ikhlas
Surat ini adalah surat Makkiyah
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ * ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ * لَمۡ یَلِدۡ وَلَمۡ یُولَدۡ * وَلَمۡ یَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” QS. Al-Ikhlas : 1-4.
Asbabun Nuzul Ayat
Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu:
أَنَّ الْمُشْرِكِينَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُحَمَّدُ انْسُبْ لَنَا رَبَّكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Bahwa orang-orang musyrik berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Muhammad, sebutkan nasab Rabbmu kepada kami.” Maka Allah Tabaaraka Wa Ta’ala menurunkan firman-Nya: ‘(Katakanlah “Dialah Allah yang maha Esa, Allah adalah Robb yang bergantung kepadaNya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia) ‘ (Qs. Al Ikhlas: 1-4).
Dalam riwayat at-Tirmidzi terdapat tambahan:
وَالصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ لَأَنَّهُ لَيْسَ شَيْءٌ يُولَدُ إِلَّا سَيَمُوتُ وَلَا شَيْءٌ يَمُوتُ إِلَّا سَيُورَثُ وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَمُوتُ وَلَا يُورَثُ
{ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ }
قَالَ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَبِيهٌ وَلَا عِدْلٌ وَلَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
Dan as-Shamad adalah Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, karena tidaklah sesuatu yang terlahir melainkan ia akan mati, dan tidak ada sesuatu yang mati melainkan ia akan diwarisi, sedangkan Allah ‘azza wajalla tidak mati dan tidak diwarisi, serta tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Beliau bersabda: “Tidak ada sesuatupun yang serupa denganNya, serta tidak ada yang sama dan tidak ada sesuatupun yang seperti Dia.”
Fadhilah Surat Al-Ikhlas
1. Mencintai Membaca Al-Ikhlash Akan Dicintai Allah.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا عَلَى سَرِيَّةٍ وَكَانَ يَقْرَأُ لِأَصْحَابِهِ فِي صَلَاتِهِمْ فَيَخْتِمُ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ فَلَمَّا رَجَعُوا ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَلُوهُ لِأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ فَسَأَلُوهُ فَقَالَ لِأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutus seorang laki-laki dalam sebuah eskpedisi militer, lantas laki-laki tersebut membaca untuk sahabatnya dalam shalatnya dengan QULHUWALLAHU AHAD (Surat al Ikhlash) dan menutupnya juga dengan surat itu. Dikala mereka pulang, mereka menceritakan hal ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Tanyalah dia, mengapa dia berbuat demikian? ‘ Mereka pun menanyainya, dan sahabat tadi menjawab, ‘Sebab surat itu adalah sifat Ar-Rahman, dan aku cinta untuk membacanya.’ Spontan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Beritahukanlah kepadanya bahwa Allah mencintainya.” HR. Bukhari.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
كَانَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ يَؤُمُّهُمْ فِي مَسْجِدِ قُبَاءَ فَكَانَ كُلَّمَا افْتَتَحَ سُورَةً يَقْرَأُ لَهُمْ فِي الصَّلَاةِ فَقَرَأَ بِهَا افْتَتَحَ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهَا ثُمَّ يَقْرَأُ بِسُورَةٍ أُخْرَى مَعَهَا وَكَانَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَكَلَّمَهُ أَصْحَابُهُ فَقَالُوا إِنَّكَ تَقْرَأُ بِهَذِهِ السُّورَةِ ثُمَّ لَا تَرَى أَنَّهَا تُجْزِئُكَ حَتَّى تَقْرَأَ بِسُورَةٍ أُخْرَى فَإِمَّا أَنْ تَقْرَأَ بِهَا وَإِمَّا أَنْ تَدَعَهَا وَتَقْرَأَ بِسُورَةٍ أُخْرَى قَالَ مَا أَنَا بِتَارِكِهَا إِنْ أَحْبَبْتُمْ أَنْ أَؤُمَّكُمْ بِهَا فَعَلْتُ وَإِنْ كَرِهْتُمْ تَرَكْتُكُمْ وَكَانُوا يَرَوْنَهُ أَفْضَلَهُمْ وَكَرِهُوا أَنْ يَؤُمَّهُمْ غَيْرُهُ فَلَمَّا أَتَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرُوهُ الْخَبَرَ فَقَالَ يَا فُلَانُ مَا يَمْنَعُكَ مِمَّا يَأْمُرُ بِهِ أَصْحَابُكَ وَمَا يَحْمِلُكَ أَنْ تَقْرَأَ هَذِهِ السُّورَةَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُحِبُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ حُبَّهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ
“Seorang sahabat Anshar mengimami mereka di Masjid Quba`, setiap kali mengawali untuk membaca surat (setelah al fatihah -pent) dalam shalat, ia selalu memulainya dengan membaca QUL HUWALLAHU AHAD hingga selesai, lalu ia melanjutkan dengan surat yang lain, dan ia selalu melakukannya di setiap rakaat. Lantas para sahabatnya berbicara padanya, kata mereka; “Kamu membaca surat itu lalu menurutmu itu tidak mencukupimu, hingga kamu melanjutkannya dengan surat yang lain, bacalah surat tersebut atau tinggalkan lalu bacalah surat yang lain!.” Sahabat Anshar itu berkata; “Aku tidak akan meninggalkannya, bila kalian ingin aku menjadi imam kalian dengan membacanya, maka aku akan melakukannya dan bila kalian tidak suka, aku akan meninggalkan kalian.” Sementara mereka menilainya sebagai orang yang paling mulia di antara mereka, maka mereka tidak ingin diimami oleh orang lain. Saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka, mereka memberitahukan masalah itu, lalu beliau bersabda: “Hai fulan, apa yang menghalangimu untuk melakukan yang diperintahkan teman-temanmu dan apa yang mendorongmu membaca surat itu di setiap rakaat?” ia menjawab; “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintainya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya mencintainya akan memasukkanmu ke dalam surga.” HR. At-Tirmidzi.
2. Membaca Al-Ikhlash Bagaikan Membaca Sepertiga Al-Qur’an.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu:
أَنَّ رَجُلًا سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ يُرَدِّدُهَا فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
Bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang yang membaca surat: “QUL HUWALLAHU AHAD.” dan orang itu selalu mengulang-ngulangnya. Di pagi harinya, maka laki-laki itu pun segera menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengadukan mengenai seseorang yang ia dengar semalam membaca surat yang sepertinya ia menganggap sangat sedikit. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat itu benar-benar menyamai sepertiga Al-Qur`an.” HR. Bukhari.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata;
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَ الْقُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ وَقَالُوا أَيُّنَا يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ ثُلُثُ الْقُرْآنِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para sahabatnya: “Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu bila ia membaca sepertiga dari Al Qur`an pada setiap malamnya?” dan ternyata para sahabat merasa kesulitan seraya berkata, “Siapakah di antara kami yang mampu melakukan hal itu wahai Rasulullah?” maka beliau pun bersabda: “ALLAHUL WAAHID ASH SHAMAD (maksudnya surat al-ikhlash) nilainya adalah sepertiga Al-Qur`an.” HR. Bukhari.
3. Membaca Al-Ikhlash Dapat Menjadikan Seseorang Masuk Ke Dalam Surga
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ فَقَالَ وَجَبَتْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا وَجَبَتْ قَالَ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki membaca; “Qul huwallahu ahad”, maka beliau bersabda: “Telah wajib baginya” Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah apa maksud dari telah wajib baginya?”, Rasulullah bersabda: “Telah wajib baginya surga.” HR. Ahmad.
4. Nabi Memerintahkan Untuk Membacanya Berulang -Ulang
Dari Mu’adz bin ‘Abdullah bin Khubaib dari ayahnya berkata:
أَصَابَنَا طَشٌّ وَظُلْمَةٌ فَانْتَظَرْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ لَنَا فَخَرَجَ فَأَخَذَ بِيَدِي فَقَالَ قُلْ فَسَكَتُّ قَالَ قُلْ قُلْتُ مَا أَقُولُ قَالَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلَاثًا يَكْفِيكَ كُلَّ يَوْمٍ مَرَّتَيْنِ
Kami tertimpa hujan gerimis dan suasana gelap, lalu kami menunggu Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam untuk shalat bersama kami. Beliau keluar lalu meraih tanganku lalu beliau bersabda: “Katakan.” Aku hanya diam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda: “Katakan.” Aku berkata; Apa yang harus aku katakan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda: “Katakan bahwa Dia adalah Allah Yang esa (maksudnya membaca surat al-Ikhlash) dan mu’awwidzatain saat kau berada diwaktu sore dan pagi hari sebanyak tiga kali niscaya Ia akan mencukupimu setiap hari dua kali.” HR. Ahmad.
Dari Mu’adz bin Anas Al-Juhani:
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ إِذَنْ أَسْتَكْثِرَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُ أَكْثَرُ وَأَطْيَبُ
Dari Nabi Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda: “Barangsiapa membaca QUL HUWA ALLAHU AHAD, sampai sepuluh kali, Allah membangunkan istana di surga baginya”. Umar bin Khattab berkata ‘Kalau begitu saya akan memperbanyak Wahai Rasulullah!.’ Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: ” Istana Allah lebih banyak dan lebih bagus” HR. Ahmad.
5. Keutamaan Berdoa Dengan Membaca Surat Al-Ikhlash
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ فَقَالَ لَقَدْ سَأَلْتَ اللَّهَ بِالِاسْمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ
Bahwa Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki mengucapkan; ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA ANNII ASYHADU ANNAKA ANTALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA ANTA Al AHAD, ASH SHAMAD ALLADZII LAM YALID WA LAM YUULAD WA LAM YAKUN LAHU KUFUWAN AHAD (ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dengan bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Dzat Yang Maha Esa dan tempat bergantung Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang menandingi-Nya). Kemudian beliau berkata: “Sungguh engkau telah meminta kepada Allah dengan perantara nama yang apabila Dia diminta dengannya pasti Dia akan mengabulkan.” HR. Abu Dawud.
6. Keutamaan Membaca Al-Ikhlash Bersama Dengan Surat Al-Falaq dan An-Nas.
Dari Uqbah bin Amir beliau berkata:
لَقِيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَابْتَدَأْتُهُ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ قَالَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا نَجَاةُ هَذَا الْأَمْرِ قَالَ يَا عُقْبَةُ احْرُسْ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ قَالَ ثُمَّ لَقِيَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَابْتَدَأَنِي فَأَخَذَ بِيَدِي فَقَالَ يَا عُقْبَةُ بْنُ عَامِرٍ أَلَا أُعَلِّمُكَ خَيْرَ ثَلَاثِ سُوَرٍ أُنْزِلَتْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالزَّبُورِ وَالْفُرْقَانِ الْعَظِيمِ قَالَ قُلْتُ بَلَى جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ قَالَ فَأَقْرَأَنِي قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ قَالَ يَا عُقْبَةُ لَا تَنْسَاهُنَّ وَلَا تَبِيتَ لَيْلَةً حَتَّى تَقْرَأَهُنَّ قَالَ فَمَا نَسِيتُهُنَّ مِنْ مُنْذُ قَالَ لَا تَنْسَاهُنَّ وَمَا بِتُّ لَيْلَةً قَطُّ حَتَّى أَقْرَأَهُنَّ قَالَ عُقْبَةُ ثُمَّ لَقِيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَابْتَدَأْتُهُ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِفَوَاضِلِ الْأَعْمَالِ فَقَالَ يَا عُقْبَةُ صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَأَعْرِضْ عَمَّنْ ظَلَمَكَ
“Saya berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu aku memulai dalam beruluk salam seraya meraih tangannya. Uqbah berkata, “Aku lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kesuksesan dari perkara ini?” beliau menjawab, “Wahai Uqbah, jagalah lisanmu, lapangkan rumahmu, dan menangislah atas kesalahan-kesalahanmu.” Uqbah berkata; Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemuiku, memulai dalam beruluk salam dan meraih tanganku, beliau lalu bersabda: “Wahai Uqbah bin Amir, maukah kamu aku ajari kebajikan dari tiga surat yang telah diturunkan dalam Taurat, Injil, Zabur dan Al Furqan Al Azhim?” Uqbah berkata, “Saya menjawab, “Tentu! Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.” Uqbah berkata, “Beliau kemudian membaca: ‘QUL HUWALLAHU AHAD’ dan, ‘QUL A’UUDZU BIRABBIL FALAQ’ serta, ‘QUL A’UUDZU BIRABBIN NAAS.’ Setelah itu beliau bersabda: “Wahai Uqbah, janganlah kamu melupakannya dan janganlah kamu bermalam hingga kamu membacanya.” Uqbah berkata; Maka saya pun tidak melupakannya sejak beliau mengatakan, “Janganlah kamu melupakannya.” Dan saya pun tidak pernah bermalam hingga aku membacanya. Uqbah berkata, “Kemudian saya menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beruluk salam dan memegang tangan beliau, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepadaku mengenai amalan-amalan yang lebih utama?” beliau kemudian bersabda: “Wahai Uqbah, sambunglah (jalinan silaturahmi) terhadap siapa yang memutus (hubungan dengan) kamu. Berikanlah sesuatu kepada orang yang telah mengharamkanmu, dan berpalinglah dari orang yang telah menzhalimi kamu.” HR. Ahmad.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Bahwa biasa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila hendak beranjak ke tempat tidurnya pada setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya dan membacakan: “QULHUWALLAHU AHAD..” dan, “QUL `A’UUDZU BIRABBIL FALAQ…” serta, “QUL `A’UUDZU BIRABBIN NAAS..” Setelah itu, beliau mengusapkan dengan kedua tangannya pada anggota tubuhnya yang terjangkau olehnya. Beliau memulainya dari kepala, wajah dan pada anggota yang dapat dijangkaunya. Hal itu, beliau ulangi sebanyak tiga kali. HR. Bukhari.
Makna – Maknanya
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
“Allah tempat meminta segala sesuatu”. QS. Al-Ikhlas : 2.
Ikrimah berkata dari Ibnu Abbas: yakni kepadaNya lah tempat bergantungnya makhluk – makhluk dalam memenuhi hajat – hajat mereka dan persoalan – persoalan mereka.
Ali bin Abu Thalhah berkata dari Ibnu Abbas: Dia adalah tuan yang sempurna dalam kemuliaannya. Dia adalah yang mulia yang sungguh sempurna dalam kemuliaannya. Dia adalah yang agung yang sungguh sempurna dalam keagungannya. Dia adalah penyantun yang sungguh sempurna dalam kesantunannya. Dia adalah yang mengetahui yang sungguh sempurna dalam ilmunya. Dia adalah yang bijaksana yang sungguh sempurna dalam kebijaksanaannya. Dia adalah yang sungguh sempurna dalam segala macam kemuliaan. Dia lah Allah yang Maha Suci. Sifat – sifat ini tidaklah layak kecuali baginya. Tidak ada yang setara dengannya dan tidak ada yang serupa dengannya. Maha Suci Allah yang Esa dan Maha Mengalahkan.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani dalam kitab sunnahnya mengatakan sesudah mengetengahkan banyak pendapat tentang tafsir As-Shamad. Bahwa semuanya itu benar termasuk sifat Rabb kita; yaitu yang menjadi tempat bergantung bagi segala keperluan. Dia adalah menjadi tujuan semuanya. Dia tidak berongga, tidak makan, dan tidak minum. Dan Dia kekal sesudah semua makhluk fana. Hal yang semisal dikatakan oleh Baihaqi.
Kemudian, mengenai Surat al-Ikhlas ayat 3-4:
لَمۡ یَلِدۡ وَلَمۡ یُولَدۡ * وَلَمۡ یَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ
(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” QS. Al-Ikhlas : 3-4.
Mujahid berkata: yakni tidak ada istri bagiNya.
Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala:
بَدِیعُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ أَنَّىٰ یَكُونُ لَهُۥ وَلَدࣱ وَلَمۡ تَكُن لَّهُۥ صَـٰحِبَةࣱۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَیۡءࣲۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمࣱ
Dia (Allah) pencipta langit dan bumi. Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. QS. Al-An’am: 101.
Yaitu Dialah Yang memiliki segala sesuatu dan Yang Menciptakannya, maka mana mungkin Dia mempunyai tandingan dari kalangan makhluk-Nya yang menyamai-Nya atau mendekati-Nya, Mahatinggi lagi Mahasuci Allah dari semuanya itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
وَقَالُوا۟ ٱتَّخَذَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ وَلَدࣰا * لَّقَدۡ جِئۡتُمۡ شَیۡـًٔا إِدࣰّا * تَكَادُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡهُ وَتَنشَقُّ ٱلۡأَرۡضُ وَتَخِرُّ ٱلۡجِبَالُ هَدًّا * أَن دَعَوۡا۟ لِلرَّحۡمَـٰنِ وَلَدࣰا * وَمَا یَنۢبَغِی لِلرَّحۡمَـٰنِ أَن یَتَّخِذَ وَلَدًا * إِن كُلُّ مَن فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ إِلَّاۤ ءَاتِی ٱلرَّحۡمَـٰنِ عَبۡدࣰا * لَّقَدۡ أَحۡصَىٰهُمۡ وَعَدَّهُمۡ عَدࣰّا * وَكُلُّهُمۡ ءَاتِیهِ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِ فَرۡدًا
Dan mereka berkata, “(Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak.” Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar, hampir saja langit pecah, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu), karena mereka menganggap (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak mungkin bagi (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba. Dia (Allah) benar-benar telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari Kiamat. QS. Maryam: 88-95.
Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Allah berfirman:
كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفْئًا أَحَدٌ
‘Anak Adam telah mendustakan-Ku, padahal ia tidaklah mempunyai alasan sedikit pun. Dan ia juga telah mencemoohku padahal ia tidak mempunyai alasan melakukan hal itu. Ada pun kedustaanya padaku adalah ungkapannya, ‘Dia tidak akan mengembalikanku sebagaimana ia telah menciptakanku pertama kali.’ Padahal penciptaan yang pertama tidak lebih mudah daripada hanya sekedar mengembalikannya. Adapun pelecehannya pada-Ku adalah ungkapannya, ‘Allah telah menjadikan anak untuk diri-Nya.’ Sementara Aku adalah Rabb Yang Maha Esa, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang serupa Dengan-Ku.'” HR. Bukhari.
Demikianlah makna dan keagungan dari surat al-Ikhlas ini. Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir.