Sunnah haiat sholat jum’at ada empat:
1. Mandi dan membersihkan badan.
2. Memakai pakaian putih.
3. Memotong kuku.
4. Memakai wangi – wangian.
Dari Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
لَا يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الْإِمَامُ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى
“Tidaklah seorang laki-laki mandi pada hari Jum’at lalu bersuci semaksimal mungkin, memakai wewangian miliknya atau minyak wangi keluarganya, lalu keluar rumah menuju Masjid, ia tidak memisahkan dua orang pada tempat duduknya lalu dia shalat yang dianjurkan baginya dan diam mendengarkan khutbah Imam, kecuali dia akan diampuni dosa-dosanya yang ada antara Jum’atnya itu dan Jum’at yang lainnya.” HR. Bukhari.
Menurut riwayat Ahmad:
وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِه
“Dan memakai pakaiannya yang paling baik.”
Adapun dipilihnya warna putih adalah berdasarkan khabar yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan yang lainnya:
الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمْ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ
“Pakailah pakaian kalian yang berwarna putih, karena itu merupakan sebaik-baik pakaian kalian. Kafanilah dengannya mayit-mayit kalian.”
Al-Bazzar meriwayatkan dalam musnadnya:
أنه صلى الله عليه وسلم كان يقلم أظافره ويقص شاربه يوم الجمعة.
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memotong kuku – kukunya dan memotong kumisnya pada hari jum’at.”
Merupakan hal yang mustahab (disukai/disunnahkan) untuk diam memdengarkan pada saat khatib berkhutbah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
“Jika kamu berkata kepada temanmu pada hari Jum’at ‘diamlah’, padahal Imam sedang memberikan khutbah maka sungguh kamu sudah berbuat sia-sia (tidak mendapat pahala).” HR. Bukhari dan Muslim.
Menurut riwayat Abu Dawud dari Ali radhiyallahu ‘anhu:
وَمَنْ لَغَا فَلَيْسَ لَهُ فِي جُمُعَتِهِ تِلْكَ شَيْء
“Dan barangsiapa berbuat sia – sia, maka ia tidak mendapatkan bagian dari Jum’atnya.”
Yakni tidak mendapatkan pahala sholat jumat yang sempurna. Perbuatan yang sia – sia adalah perkataan apa saja yang tidak membuat jadi lebih baik.
Kemudian sunnah yang lainnya pada sholat jum’at adalah barang siapa yang masuk ke tempat sholat jumat sementara Imam sedang berkhutbah, maka hendaknya ia sholat dua rakaat yang ringan terlebih dahulu, baru kemudian setelah itu ia duduk mendengarkan khutbah.
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَلْيَتَجَوَّزْ فِيهِمَا
“Jika salah seorang dari kalian datang pada hari Jum’at, sedangkan Imam sedang berkhutbah, maka hendaklah ia shalat dua raka’at dengan ringan.” HR. Muslim.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
al-Bugha, Dr. Musthafa Diib. At-Tadzhib fii Adillat Matan al-Ghayah wa at-Taqrib.