Sifat Orang – Orang Munafik (3) – Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 14-15

Tags:

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15)

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.(14) Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. (15) (QS. Al-Baqarah 2 : 14-15)

Yakni, ketika orang – orang munafik tersebut bertemu dengan orang – orang mukmin: mereka berkata kami telah beriman. Mereka menampakkan keimanan dan loyalitas mereka sebagai tipuan, kemunafikan, dan kepura-puraan dari mereka bagi kaum mukmin dan juga agar mereka menjadi sekutu ketika mendapatkan kebaikan dan rampasan perang.

(وَإِذَا خَلَوْاْ إلى شَيَاطِينِهِمْ –Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka) yakni ketika mereka pergi dan sampai kepada syaitan – syaitan mereka. (خَلَوْا) meliputi makna “mereka pergi” untuk menunjukkan atas perbuatan mereka yang tersembunyi.

(شَيَاطِينِهِمْ -Syaitan – syaitan mereka) yaitu tuan – tuan mereka, pemimpin – pemimpin mereka, penguasa – penguasa mereka dari orang – orang alim Yahudi, dan penguasa – penguasa orang – orang musyrik dan orang – orang munafik. As-Sudiy berkata dari Ibnu Mas’ud: (وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ) yakni penguasa – penguasa mereka dalam kekafiran, Ibnu Abbas berkata: mereka adalah sahabat – sahabat mereka dari orang – orang Yahudi yang memerintahkan mereka dengan kedustaan dan penyelisihan terhadap apa – apa yang datang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Mujahid berkata: sahabat – sahabat mereka dari kalangan orang – orang munafik dan musyrik, Qatadah berkata: penguasa – penguasa mereka dan para pemimpin mereka dalam kesyirikan dan keburukan.

Ibnu Jarir berkata: Syaitan adalah segala sesuatu yang membangkang, dan adalah syaitan itu dari golongan manusia dan jin sebagaimana firman Allah ta’ala:

شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (QS. Al-An’am 6:112).

(قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ -mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu”) yakni sesungguhnya kami semisal kamu terhadap mereka.

(إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ – kami hanyalah berolok-olok) yakni sesungguhnya kami mengolok – olok kaum itu dan bersenda gurau dengan mereka. Ibnu Abbas berkata: (مُسْتَهْزِئُونَ) mereka mengolok – olok sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah ta’ala berfirman sebagai jawaban bagi mereka dan balasan yang sepadan atas perbuatan mereka:

اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. (QS. Al-Baqarah 2:15).

Ibnu Abbas berkata: Allah memperolok – olok mereka sebagai balasan atas perbuatan mereka (وَيَمُدُّهُمْ) artinya Allah menangguhkan bagi mereka. Mujahid berkata: (وَيَمُدُّهُمْ) artinya Allah menambah mereka sebagaimana firman Allah ta’ala:

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ (55) نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ (56)

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (QS. Al-Mukminun 23:55-56)

Ibnu Jarir berkata: Allah ta’ala mengabarkan bahwasanya Dia yang melakukan demikian itu terhadap mereka (membalas mereka) di hari kiamat pada firman-Nya:

يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ

Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”. Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”. Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (QS. Al-Hadid 57:13).

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا

Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka. (QS. Ali Imran 3:178)

Beliau berkata: Ayat ini dan juga ayat – ayat yang menyerupainya menerangkan olok – olok Allah ta’ala, makarNya, dan tipuanNya terhadap orang – orang munafik dan ahli syirik. Sebagian yang lain berkata: Allah mengolok – olok mereka sebagai bentuk hinaan dan celaan kepadaa mereka atas maksiyat yang mereka lakukan. Sebagian yang lain berkata: firman Allah:

(اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ – Allah akan (membalas) olok-olokan mereka), (يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ – mereka menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka), (نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ-Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka) dan yang menyerupai ayat – ayat tersebut merupakan kabar dari Allah bahwasanya Dia pasti akan memberikan balasan terhadap mereka dengan balas memperolok-olokkan dan menyiksa mereka dengan siksaan tipuan, sebagaimana tipuan yang telah mereka lakukan. Kemudian berita mengenai balasan Allah dan siksaan-Nya kepada mereka diungkapkan dengan gaya bahasa yang sama dengan perbuatan mereka yang menyebabkan mereka berhak mendapat siksaan-Nya, hanya dari segi lafaznya saja, tetapi maknanya berbeda. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa (QS. Asy-Syuro’ 42:40).

فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ

Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia. (QS. Al-Baqarah 2:194)

Kalimat pertama pada ayat – ayat di atas adalah kedzaliman, namun kalimat yang kedua adalah keadilan. Keduanya, meskipun memiliki lafaz yang sama namun memiliki makna yang berbeda. Berdasarkan pengertian inilah semua makna yang sejenis di dalam Al-Qur’an diartikan dengan pengertian seperti ini.

(والعَمَهُ-artinya adalah kesesatan). Dikatakan: ketika tersesat. Firman Allah ta’ala (فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ – terombang-ambing dalam kesesatan mereka) yakni mereka bimbang dan bingung di dalam kesesatan mereka dan kekafiran mereka. Mereka tidak menemukan jalan keluar darinya sama sekali karena sungguh Allah telah menutup hati mereka dan menguncinya. Penglihatan mereka buta dari hidayah sehingga mereka tidak dapat melihat petunjuk dan tidak dapat pula mengetahui jalannya. Berkata sebagian ulama: (العمه – buta di dalam hati), (والعمى – buta di dalam mata), adakalanya lafaz al-‘ama dipakai juga untuk pengertian buta hati, seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:

فَإِنَّها لَا تَعْمَى الْأَبْصارُ وَلكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46).

Maraji’:

Ash-Shaabuunii, Muhammad ‘Aliy. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *