Tafsir QS. Al-An’am: 33-35.
Allah ta’ala berfirman:
قَدۡ نَعۡلَمُ إِنَّهُۥ لَیَحۡزُنُكَ ٱلَّذِی یَقُولُونَۖ فَإِنَّهُمۡ لَا یُكَذِّبُونَكَ وَلَـٰكِنَّ ٱلظَّـٰلِمِینَ بِـَٔایَـٰتِ ٱللَّهِ یَجۡحَدُونَ * وَلَقَدۡ كُذِّبَتۡ رُسُلࣱ مِّن قَبۡلِكَ فَصَبَرُوا۟ عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا۟ وَأُوذُوا۟ حَتَّىٰۤ أَتَىٰهُمۡ نَصۡرُنَاۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَـٰتِ ٱللَّهِۚ وَلَقَدۡ جَاۤءَكَ مِن نَّبَإِی۟ ٱلۡمُرۡسَلِینَ * وَإِن كَانَ كَبُرَ عَلَیۡكَ إِعۡرَاضُهُمۡ فَإِنِ ٱسۡتَطَعۡتَ أَن تَبۡتَغِیَ نَفَقࣰا فِی ٱلۡأَرۡضِ أَوۡ سُلَّمࣰا فِی ٱلسَّمَاۤءِ فَتَأۡتِیَهُم بِـَٔایَةࣲۚ وَلَوۡ شَاۤءَ ٱللَّهُ لَجَمَعَهُمۡ عَلَى ٱلۡهُدَىٰۚ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡجَـٰهِلِینَ
Sungguh, Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Dan tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat (ketetapan) Allah. Dan sungguh, telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu. Dan jika keberpalingan mereka terasa berat bagimu (Muhammad), maka sekiranya engkau dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit lalu engkau dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka, (maka buatlah). Dan sekiranya Allah menghendaki, tentu Dia jadikan mereka semua mengikuti petunjuk, sebab itu janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang bodoh. QS. Al-An’am: 33-35.
Tafsir al-Wajiz
Kami mengetahui dengan pasti bahwasanya apa yang kaum musyrikin katakan berupa pendustaan terhadap engkau itu menyedihkanmu wahai Rasul. Maka janganlah bersedih. Sesungguhnya mereka itu tidak mendustakanmu sembunyi – sembunyi maupun terang – terangan karena mereka tahu bahwasanya engkau itu jujur. Akan tetapi orang – orang yang zhalim terhadap dirinya sendiri itu pada hakikatnya mendustakan ayat – ayat Allah dan mengingkarinya. Abu Jahal berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya kami tidak mendustakanmu, akan tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa”. Maka diturunkanlah ayat ini.
Sungguh para Rasul terdahulu telah didustakan juga sebagaimana kaummu mendustakanmu. Mereka bersabar atas pendustaan dan penganiayaan itu. Maka bersabarlah sebagaimana mereka bersabar. Hingga datang pertolongan Kami sebagaimana datang pembinasaan kepada mereka. Tidak ada yang dapat mengganti janji Allah berupa pertolongan kepada Rasul-Nya. Janji-Nya kepada musuh – musuh mereka adalah mereka dibiarkan terlantar tanpa pertolongan. Sungguh telah sampai kepadamu sebagian kabar – kabar Rasul yang diutus berupa selamatnya mereka dan hancurnya musuh – musuh mereka.
Jika terasa berat dan mencabik – cabik atasmu berpalingnya kaum musyrikin dari risalahmu itu, maka hal ini telah ada dalam ilmunya Allah yang dahulu. Jika engkau mampu membuat terowongan di dalam bumi, atau membuat tangga untuk naik ke langit, maka datangkanlah kepada mereka ayat yang luar biasa yang memaksa mereka untuk beriman. Lakukanlah itu! Akan tetapi tetap saja mereka tidak beriman dengan yang demikian itu. Kalau Allah berkehendak menunjuki mereka niscaya mereka mendapat petunjuk semuanya. Akan tetapi Ia tidak menghendaki yang demikian itu. Maka janganlah engkau menjadi orang – orang yang jahil terhadap yang demikian itu dan terhadap hikmah Allah dalam urusan itu.
Fiqih Kehidupan dan Hukum – Hukumnya
Yang sebenarnya ada di dalam benak kaum kafir yang memusuhi dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bahwasanya beliau itu orang yang jujur dan dapat dipercaya. Mereka tidak pernah mendapatinya sebagai orang yang berdusta dan berkhianat sekalipun. Oleh karena itu mereka tidak menisbatkan kepadanya dusta dalam urusan itu, akan tetapi mereka mengklaim bahwa apa yang dibawanya lah yang berupa kabar – kabar ghaib, iman, hari kebangkitan, dan hari pembalasan adalah dusta bukan kenyataan. Ar-Razi berkata: Zhahirnya ayat – ayat ini menetapkan bahwasanya mereka tidak mendustakan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi mereka mengingkari ayat – ayat Allah. Kemudian ar-Razi menyebutkan empat aspek penafian pendustaan dan penetapan pengingkaran itu:
1. Sesungguhnya mereka tidak mendustakannya dalam keadaan sembunyi – sembunyi, akan tetapi mereka mendustakannya secara terang – terangan, dan yang mereka ingkari adalah al-Qur’an dan kenabian.
2. Sesungguhnya mereka tidak mengatakan: Sesungguhnya ia adalah pendusta. Karena mereka telah bersama dengannya dalam waktu yang lama dan mereka tidak mendapati dusta pada dirinya sama sekali. Mereka menyebutnya dengan sebutan al-amin (yang dapat dipercaya). Akan tetapi mereka mengingkari keshahihan kenabian dan risalahnya. Mereka meyakini bahwasanya dia berkhayal bahwa ia adalah Rasul dari sisi Allah.
3. Sesungguhnya kaum itu tidak mendustakanmu, sesungguhnya mereka mendustakan-Ku. Karena mendustakan Rasul itu seperti mendustakan yang mengutusnya. Mereka itu meskipun telah ditampakkan mukjizat yang menguatkan dakwahnya Nabi, mereka tetap mendustakannya. Maka pendustaan mereka itu adalah pendustaan terhadap ayat – ayat Allah yang menguatkan Nabi.
4. Sesungguhnya mereka tidak menyinggungmu dengan kedustaan, tetapi mereka mengingkari petunjuk mukjizat atas kebenaran itu secara mutlak. Mereka berkata pada setiap mukjizat: Sesungguhnya itu adalah sihir. Maka dengan hal ini lah mereka mendustakan seluruh para Nabi dan Rasul.
Adapun pelipur lara dan penghiburan bagi Nabi serta perintah-Nya untuk bersabar sebagaimana Ia memerintahkannya kepada seluruh Rasul, itu adalah perkara – perkara yang mutlak diperlukan bagi keselamatan dan kemenangan. Di dalam ayat itu terdapat kabar gembira bagi Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penguat bagi pelipur lara bahwasanya Allah akan menolongnya atas kaum yang mendustakan dan zhalim itu.
Tidak ada pengubahan atas janji Allah berupa pertolongan bagi Rasul-Nya dan kaum mu’minin, juga janji-Nya bagi orang – orang kafir, orang – orang fasik, dan orang – orang yang durhaka. Yang demikian itu adalah prinsip umum yang menuntut adanya keadilan dan hikmah serta untuk keperluan membedakan antara orang -orang yang taat dan orang – orang yang menentang.
Adapun upaya – upaya untuk memenuhi tuntutan dan permintaan kaum musyrikin dengan selain cara Allah, dengan pengandaian, maka sesungguhnya itu akan sia – sia dan akan gagal karena semua mukjizat yang tampak di tangan Nabi atau Rasul semuanya itu terjadi dengan kehendak dan izin Allah. Kalau tidak dengan izin Allah itu semua tidak akan terjadi.
Perkara hidayah itu kembali kepada Allah. Bila Ia menghendaki niscaya semua manusia diberi petunjuk semuanya dengan diciptakannya mereka semua sebagai seorang mu’min. Demikian pula kekufuran mereka itu atas kehendak Allah juga.
Maka janganlah engkau sekali – kali wahai Rasul, dengan keinginanmu atas Islamnya kaummu itu, dan upaya memenuhi tuntutan serta melaksanakan tuntutan mereka itu, kamu termasuk orang – orang yang bodoh terhadap sunnatullah dalam ciptaannya. Janganlah bersedih atas kekafiran mereka sehingga engkau mendekat kepada keadaan orang – orang yang bodoh.
Janganlah engkau terlalu bersedih atas mereka ketika mereka tidak beriman karena engkau tidak lah mampu untuk memberi mereka petunjuk.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
1. Tafsir Al-Wajiz Syaikh Wahbah Zuhaili.
2. Tafsir Al-Munir Syaikh Wahbah Zuhaili.