Sebagian Dalil – Dalil Adanya Allah Ta’ala Dan KeEsaannya

Tags:

Alam semesta adalah segala sesuatu selain Allah. Alam semesta tersusun atas jism (benda atau tubuh) dan a’radh (karakteristik dari benda). Semuanya itu ada dari ketiadaan. Allah lah yang mewujudkannya dan menciptakannya sendiri. Allah ta’ala berfirman:

وَهُوَ ٱلَّذِی یَبۡدَؤُا۟ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ یُعِیدُهُ

“Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali”. QS. Ar-Rum: 27.

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya mengenai permulaan urusan ini (penciptaan makhluk). Beliau bersabda:

كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ

“Dialah Allah yang tidak ada sesuatu selain Dia…” (kemudian beliau menyebutkan mengenai proses penciptaan). HR. Bukhari.

Dalil aqli bahwa jisim itu hadits atau baru ada (حادث lawan dari qadim atau ada sejak dulu) adalah berlangsungnya kejadian – kejadian yang baru ada pada jisim itu seperti berkumpul dan berpisah, diam dan bergerak, warna, dimakan, dan berbau. Kejadian – kejadian yang baru ada itu semisal dengan jisim, karena ia tidak terpisahkan dari jisim. Dalil bahwa ‘aradh itu baru ada adalah bahwasanya sebagiannya dihapuskan oleh sebagian lainnya. Apa saja yang dapat dihapuskan tentu saja merupakan zat yang baru ada (hadits). Karena yang qadim itu senantiasa ada terus menerus dan tidak mungkin baginya ketiadaan.

Dalil bahwasanya hawadits (hal – hal yang baru ada) itu tidak bisa tidak pasti ada yang mengadakannya adalah kenyataan atau fakta. Hakikat al-muhdats (yang diadakan) itu adalah apa saja yang terwujud dari ketiadaan. Kalau tidak ada suatu wujud yang mewujudkannya, maka tentu terwujudnya ia tidak didahului oleh ketiadaan.

Tahapan penciptaan manusia dari nuthfah (air mani), kemudian menjadi segumpal darah, kemudian segumpal daging, kemudian tulang dan daging, menunjukkan atas adanya pencipta. Karena bila kita lihat perpindahan dari satu keadaan kepada keadaan lainnya ini, kita dapati manusia itu tidak memiliki kuasa untuk memindahkan dirinya sendiri dari satu keadaan kepada keadaan lainnya. Tidak juga kita dapati manusia itu dapat menciptakan anggota – anggota badannya sendiri. Ia lemah dari yang demikian itu. Demikian pula pertumbuhannya dalam kehidupan dari mulai anak – anak, pemuda, dewasa, dan orang tua. Padanya terdapat petunjuk bahwa ada yang memindahkannya dari satu tahap ke tahap lainnya dan mengatur apa yang ada padanya.

Sebagai contoh yang lain, tidak dapat tergambar kalau kapas itu berubah menjadi kain terpintal, kemudian menjadi baju yang terajut tanpa adanya pencipta dan pengaturnya. Demikian pula dengan tanah dan air, tidak mungkin menjadi sebuah bangunan tanpa dibuat oleh tukang bangunan. Karena tidak mungkin ada pencipta tanpa ciptaan maka demikian pula tidak mungkin dan tidak dapat tergambar ada ciptaan tanpa pencipta.

Al-Qur’an telah memberitahukan kepada kita mengenai ciptaan – ciptaan Allah ta’ala. Yang demikian itu menunjukkan kepada adanya pencipta bagi semuanya itu. Allah ta’ala berfirman:

وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِۦۤ أَنۡ خَلَقَكُم مِّن تُرَابࣲ ثُمَّ إِذَاۤ أَنتُم بَشَرࣱ تَنتَشِرُونَ * وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِۦۤ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَ ٰ⁠جࣰا لِّتَسۡكُنُوۤا۟ إِلَیۡهَا وَجَعَلَ بَیۡنَكُم مَّوَدَّةࣰ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِی ذَ ٰ⁠لِكَ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّقَوۡمࣲ یَتَفَكَّرُونَ *  وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِۦ خَلۡقُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفُ أَلۡسِنَتِكُمۡ وَأَلۡوَ ٰ⁠نِكُمۡۚ إِنَّ فِی ذَ ٰ⁠لِكَ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّلۡعَـٰلِمِینَ *  وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِۦ مَنَامُكُم بِٱلَّیۡلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱبۡتِغَاۤؤُكُم مِّن فَضۡلِهِۦۤۚ إِنَّ فِی ذَ ٰ⁠لِكَ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّقَوۡمࣲ یَسۡمَعُونَ *  وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِۦ یُرِیكُمُ ٱلۡبَرۡقَ خَوۡفࣰا وَطَمَعࣰا وَیُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَاۤءِ مَاۤءࣰ فَیُحۡیِۦ بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَاۤۚ إِنَّ فِی ذَ ٰ⁠لِكَ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّقَوۡمࣲ یَعۡقِلُونَ* وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِۦۤ أَن تَقُومَ ٱلسَّمَاۤءُ وَٱلۡأَرۡضُ بِأَمۡرِهِۦۚ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمۡ دَعۡوَةࣰ مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ إِذَاۤ أَنتُمۡ تَخۡرُجُونَ

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti. Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur). QS. Ar-Rum: 20-25.

Sebagian makhluk ini yaitu langit, bumi, air, udara, dan yang lainnya adalah jisim – jisim yang terbatas. Maka bukanlah itu semua bersifat qadim (dahulu). Karena al-qadim itu tidak punya sebab bagi wujudnya dan tidak ada akhirnya. Adapun makhluk, ia butuh kepada sebab yang mewujudkannya, juga terbatas dan akan tiada sehingga ia bukanlah qadim.

Dalil bahwasanya yang menciptakan segala yang ada ini hanyalah satu adalah: kalaulah ada dua pencipta maka akan berbeda – beda pengaturan dan sistematikanya, penciptaan dan kematiannya. Sehingga tidak terpenuhilah tujuannya, tidak sampainya tujuan adalah dalil atas kelemahan. Sesuatu yang lemah bukanlah tuhan yang qadim. Inilah yang dinyatakan oleh ayat berikut ini:

لَوۡ كَانَ فِیهِمَاۤ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ عَمَّا یَصِفُونَ

“Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.” QS. Al-Anbiya’: 22.

Allah azza wa jalla menyeru kita untuk mentauhidkanNya dalam banyak sekali ayat, di antaranya:

وَإِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهࣱ وَ ٰ⁠حِدࣱۖ لَّاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ ٱلرَّحِیمُ * إِنَّ فِی خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّیۡلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلۡفُلۡكِ ٱلَّتِی تَجۡرِی فِی ٱلۡبَحۡرِ بِمَا یَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَاۤءِ مِن مَّاۤءࣲ فَأَحۡیَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا وَبَثَّ فِیهَا مِن كُلِّ دَاۤبَّةࣲ وَتَصۡرِیفِ ٱلرِّیَـٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلۡمُسَخَّرِ بَیۡنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّقَوۡمࣲ یَعۡقِلُونَ

“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.” QS. Al-Baqarah: 163-164.

At-Thabari mengeluarkan satu riwayat dari Abi ad-Dhuha bahwasanya ketika turun ayat:

وَإِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهࣱ وَ ٰ⁠حِدࣱ

“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa”. QS. Al-Baqarah: 163.

Kaum musyrikin heran. Mereka berkata: “Sesungguhnya Muhammad berkata: Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.  Maka datangkanlah kepada kami bukti -buktinya jika memang termasuk orang – orang yang benar.” Maka Allah ta’ala menurunkan ayat:

إِنَّ فِی خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّیۡلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلۡفُلۡكِ ٱلَّتِی تَجۡرِی فِی ٱلۡبَحۡرِ بِمَا یَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَاۤءِ مِن مَّاۤءࣲ فَأَحۡیَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا وَبَثَّ فِیهَا مِن كُلِّ دَاۤبَّةࣲ وَتَصۡرِیفِ ٱلرِّیَـٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلۡمُسَخَّرِ بَیۡنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّقَوۡمࣲ یَعۡقِلُونَ

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.” QS. Al-Baqarah: 164.

Yakni sesungguhnya di dalam tanda – tanda ini yang digambarkan bagi penciptaan langit dan bumi merupakan petunjuk yang pasti atas adanya pencipta yang Esa.

Di dalam Sunnah dan atsar juga terdapat dalil rinci lainnya atas adanya Allah dan ke-Esaan-Nya. Di antaranya adalah bagaimana manusia itu diciptakan di dalam perut ibunya dan tulang sulbi bapaknya serta perkembangan penciptaannya sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Mu’minun dan yang lainnya. Al-Hakim mengeluarkan sebuah riwayat dalam al-Mustadraknya dari Ibnu ‘Abbas berkenaan dengan firman Allah ta’ala:

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَـٰكُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنَـٰكُمۡ

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu, kemudian membentuk (tubuh)mu”. QS. Al-A’raf: 11.

Beliau Ibnu Abbas berkata: Allah menciptakan mereka di dalam tulang sulbi laki – laki, kemudian membentuk mereka di dalam rahim wanita.

Ibnu Sunni di dalam at-Thib dan al-Ashbahani di dalam at-Targhibnya meriwayatkan dari Khalid bin Ma’dan beliau berkata: Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَخْلَصَ قَلْبَهُ لِلْإِيمَانِ وَجَعَلَ قَلْبَهُ سَلِيمًا وَلِسَانَهُ صَادِقًا وَنَفْسَهُ مُطْمَئِنَّةً وَخَلِيقَتَهُ مُسْتَقِيمَةً وَجَعَلَ أُذُنَهُ مُسْتَمِعَةً وَعَيْنَهُ نَاظِرَةً فَأَمَّا الْأُذُنُ فَقَمِعٌ وَالْعَيْنُ بِمُقِرَّةٍ لِمَا يُوعَى الْقَلْبُ وَقَدْ أَفْلَحَ مَنْ جَعَلَ قَلْبَهُ وَاعِيًا

“Beruntunglah orang yang memurnikan hatinya untuk keimanan, menjadikan hatinya bersih, lisannya jujur, jiwanya tenang, akhlaknya lurus, menjadikan telinganya mendengar dan matanya melihat. Telinga itu tunduk dan mata itu menurut dengan apa yang diperintahkan oleh hati, dan sungguh telah beruntung orang yang menjadikan hatinya bisa memahami.”

Ibnu ‘Adi mengeluarkan satu riwayat dalam al-Kamil, bagi riwayat tersebut juga ada yang mengikutinya sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Syaikh, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:

الْقَلْبُ مَلِكٌ ، وَلَهُ جُنُودٌ ، فَإِذَا صَلَحَ الْمَلِكُ صَلَحَتْ جُنُودُهُ ، وَإِذَا فَسَدَ الْمَلِكُ فَسَدَتْ جُنُودُهُ ، وَالأُذُنَانِ قِمَعٌ ، وَالْعَيْنَانِ مَسْلَحَةٌ ، وَاللِّسَانُ تُرْجُمَانٌ ، وَالْيَدَانِ جَنَاحَانِ ، وَالرِّجْلانِ بَرِيدٌ ، وَالْكَبِدُ رَحْمَةٌ ، وَالطِّحَالُ ضَحِكٌ ، وَالْكُلْيَتَانِ مَكْرٌ ، وَالرِّيةُ نَفَسٌ

“Hati/qolbu adalah raja, ia memiliki tentara – tentara. Bila baik rajanya maka baik pulalah tentara – tentaranya. Bila rusak rajanya maka rusak pulalah tentara – tentaranya. Dua telinga adalah corongnya, dua mata adalah penjaganya (yakni telinga dan mata yang digunakan untuk berwaspada), lisan adalah juru bicara, dua tangan menjadi sayap, dua kaki adalah kurir, hati adalah rahmat, limpa dan dua ginjal sebagai pengatur, dan paru-paru adalah nafas.”

Al-Baihaqi rahimahullah berkata: “Demikianlah riwayat ini datang secara mauquf (perkataan sahabat).”

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Dr. Wahbah Zuhailiy. Ushul al-Iman wa al-Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *