Merupakan bagian dari rahmat Allah terhadap hambanya dan keutamaan-Nya atas mereka bahwa Ia memperingatkan serta menjelaskan sebab – sebab penyimpangan dan kesesatan mereka sebelum tiba – tiba datang hisab yang sulit dan balasan yang pedih atas penyimpangan mereka. Peringatan ini umum bagi seluruh kaum selain kaum mu’minin yang keimanannya shahih. Mereka adalah semua orang yang menyembah selain Allah yang berupa berhala. Mereka yang keluar dari kewajiban perintah – perintah Allah dan ajaran – ajaran-Nya dalam kitab Ilahiyah terdahulu. Mereka yang tidak mengikatkan diri dengan prinsip agama – agama yang satu yang tegak di atas mentauhidkan Allah azza wa jalla, istiqamah di atas perintah – perintah-Nya, taat kepada-Nya, berusaha untuk bernisbat hanya kepada umat tauhid, dan meninggalkan berwali kepada selain kaum mu’minin dan penolong mereka.
Inilah yang diuraikan oleh al-Qur’an al-Karim dalam mendeskripsikan kesalahan – kesalahan selain kaum mu’minin dengan firman-Nya:
قُلۡ أَتَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا یَمۡلِكُ لَكُمۡ ضَرࣰّا وَلَا نَفۡعࣰاۚ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡعَلِیمُ * قُلۡ یَـٰۤأَهۡلَ ٱلۡكِتَـٰبِ لَا تَغۡلُوا۟ فِی دِینِكُمۡ غَیۡرَ ٱلۡحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوۤا۟ أَهۡوَاۤءَ قَوۡمࣲ قَدۡ ضَلُّوا۟ مِن قَبۡلُ وَأَضَلُّوا۟ كَثِیرࣰا وَضَلُّوا۟ عَن سَوَاۤءِ ٱلسَّبِیلِ * لُعِنَ ٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ مِنۢ بَنِیۤ إِسۡرَ ٰۤءِیلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِیسَى ٱبۡنِ مَرۡیَمَۚ ذَ ٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ یَعۡتَدُونَ * كَانُوا۟ لَا یَتَنَاهَوۡنَ عَن مُّنكَرࣲ فَعَلُوهُۚ لَبِئۡسَ مَا كَانُوا۟ یَفۡعَلُونَ * تَرَىٰ كَثِیرࣰا مِّنۡهُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ ٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ۚ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَهُمۡ أَنفُسُهُمۡ أَن سَخِطَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِمۡ وَفِی ٱلۡعَذَابِ هُمۡ خَـٰلِدُونَ * وَلَوۡ كَانُوا۟ یُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلنَّبِیِّ وَمَاۤ أُنزِلَ إِلَیۡهِ مَا ٱتَّخَذُوهُمۡ أَوۡلِیَاۤءَ وَلَـٰكِنَّ كَثِیرࣰا مِّنۡهُمۡ فَـٰسِقُونَ
“Katakanlah (Muhammad), “Mengapa kamu menyembah yang selain Allah, sesuatu yang tidak dapat menimbulkan bencana kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?” Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia), dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus.” Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat. Kamu melihat banyak di antara mereka tolong-menolong dengan orang-orang kafir (musyrik). Sungguh, sangat buruk apa yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri, yaitu kemurkaan Allah, dan mereka akan kekal dalam azab. Dan sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Muhammad) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya, niscaya mereka tidak akan menjadikan orang musyrik itu sebagai teman setia. Tetapi banyak di antara mereka orang-orang yang fasik.” QS. Al-Ma’idah: 76-81.
Ayat – ayat yang mulia ini menerangkan sebab – sebab penyimpangan selain kaum mu’minin dari keimanan yang haq. Sebab – sebab tersebut ada lima yaitu:
1. Menyembah selain Allah ta’ala.
2. Berlebih – lebihan dalam urusan agama tanpa haq.
3. Durhaka terhadap perintah – perintah Allah.
4. Diam terhadap kemunkaran atau kesesatan dan ridha terhadapnya.
5. Berwali kepada selain orang – orang yang beriman terhadap Allah dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Adapun sebab penyimpangan yang pertama adalah sebab yang terpenting yaitu menyembah selain Allah yang tidak dapat menolak bahaya dan tidak dapat mendatangkan manfaat kepada yang menyembahnya. Demikian juga halnya sama saja kepada yang tidak menyembahnya. Maka tidaklah berhala – berhala itu mampu memberi manfaat kepada kaum musyrikin dan tidak pula mampu mendatangkan bahaya kepada mereka. ‘Isa ‘alaihissalam pun juga tidak mampu menimpakan bahaya kepada musuh – musuhnya dari kalangan Yahudi, bahkan mereka berusaha untuk membunuhnya dan menyalibnya. Nabi ‘Isa pun juga tidak mampu untuk mendahulukan datangnya manfaat bagi pengikut dan penolongnya sama saja apakah itu di dunia maupun di akhirat, meskipun bagi mereka yang membantu menentang penyiksaan dan pengusirannya. Allah sajalah yang Maha Mendengar segala suara atau bisikan, Maha Mengetahui segala sesuatu, maka hanya Dia lah yang berhak untuk disembah tanpa selainnya.
Sebab penyimpangan dan kerusakan yang kedua adalah berlebih – lebihan dalam agama dan melampaui batas dalam mensifati ‘Isa serta mengikuti hawa nafsu dan akal pikiran yang lemah tanpa hujjah dan bukti yang kuat. Mereka itu adalah kaum yang mengikuti orang – orang yang sesat sebelumnya dan mereka menyesatkan banyak sekali manusia. Mereka tersesat dari jalan yang pertengahan dan pikiran yang adil.
Sebab penyimpangan yang ketiga adalah durhaka terhadap perintah – perintah Allah dan melampaui batas atas makhluknya (zhalim). Mereka terus menerus dalam kedurhakaan dan pembangkangan. Maka mereka itu pantas menerima laknat yakni hilangnya rahmat Allah. Tidaklah generasi – generasi setelah mereka datang kecuali ada peringatan terhadap kemaksiatan dan kemunkaran serta dorongan untuk istiqomah terhadap perintah – perintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarangnya dan yang menyelisihinya.
Sebab penyimpangan yang keempat adalah ridha terhadap kejahatan dan diam terhadap kemunkaran. Karena orang yang diam berarti ridha terhadap suatu perbuatan dan dia adalah setan yang bisu. Oleh karena itu, hal itu merupakan benteng agama yang paling penting yang menjaga lingkaran kebenaran dan keadilan di dalamnya, serta meninggalkan kemunkaran hingga tidak tersebar seperti api dalam sekam atau tanaman kering. Merupakan kewajiban untuk menghimpun individu – individu dan jama’ah serta mengusahakan hilangnya pangkal kerusakan agama, fitrah, dan masyarakat dalam naungan penguasa yang beriman.
Sebab penyimpangan yang kelima adalah berwali kepada orang – orang kafir dan menjadikan mereka sebagai penolong. Sesungguhnya kebanyakan ahli kitab pada masa permulaan Islam berwali kepada kaum musyrikin Makkah dan saling membantu di antara mereka serta meninggalkan perwalian kepada kaum mu’minin.
Akan tetapi perwalian mereka kepada pasukan non mu’min itu justru merugikan diri mereka sendiri dan malah menghadapkan mereka kepada kebencian Allah dan kemurkaannya. Mereka kekal di dalam neraka dan kekal dalam adzabnya yang pedih. Kalaulah mereka memikirkan dengan baik, beriman terhadap Allah ta’ala satu – satunya tuhan, beriman terhadap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam penutup para nabi, beriman terhadap al-Qur’an al-Karim yang diturunkan Rabbnya kepadanya, tentu tidaklah mereka mengambil kaum musyrikin dan orang – orang yang kafir sebagai wali, penolong, teman dekat, dan pembantu. Akan tetapi kebanyakan mereka pada faktanya adalah orang – orang yang fasik yakni keluar dari lingkaran agama yang haq, keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan keluar dari perkara pokok agamanya. Hal ini karena mereka menghendaki penetapan kebenaran atas klaim yang dusta serta keberhasilan duniawi yang fana. Maka mereka pun kehilangan bagian dunia dan akhirat.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
Tafsir al-Wasith oleh Syaikh Wahbah Zuhailiy.