Salah Satu Sifat Wajib Bagi Allah : Sama’ (Mendengar)

Sifat ma’ani (jama’ dari ma’na yaitu sesuatu yang mengikuti dzat) sebagaimana telah dibahas sebelumnya yaitu sifat bagi Dzat yang dengan sifat tersebut Dzat Allah ta’ala disifati. Dalil atas sifat – sifat ma’ani bagi Allah ini adalah menurut ketetapan-Nya. Atau sebagaimana perkataan ulama’: setiap sifat yang berdiri bersama yang disifati maka sifat tersebut wajib baginya. Adapun sifat ma’ani yang berdiri di atas dalil ada tujuh:

Qudroh (kuasa), Iradah (kehendak), Ilmu, Hayah (hidup), Kalam, Sama’ (mendengar), Bashor (melihat).

Kami tidak menambah selain sifat tersebut kecuali berdasarkan dalil dari Qur’an dan Sunnah. Karena tidak boleh kita mensifati Allah ta’ala dengan suatu sifat yang Allah tidak mensifati diri-Nya dengan sifat tersebut dalam Qur’an maupun Sunnah. Tidaklah kita temukan di dalam Qur’an maupun Sunnah sifat – sifat ma’ani selain daripada sifat – sifat ini ataupun yang memiliki interpretasi ke sana. Berikut ini kita akan membahas mengenai sifat sama’ bagi Allah ta’ala:

Sama’

Sifat keenam dari sifat – sifat Allah ta’ala yang dikabarkan kepada kita adalah sifat sama’ (mendengar). Sungguh Allah tabaraka wa ta’ala telah mensifati dirin-Nya di dalam banyak sekali ayat bahwasanya Dia adalah mendengar, di antaranya adalah firman Allah ta’ala:

قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” QS. Al-Mujadilah: 1.

Dengan ini pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mensifatinya, sungguh Beliau telah berkata kepada orang – orang yang mengeraskan suaranya saat berdoa:

أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَيْسَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ

“Wahai sekalian manusia, rendahkanlah suara kalian! Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh. Tetapi kalian berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat. Dia selalu beserta kalian.” HR. Bukhari dan Muslim.

Akan tetapi, mendengarnya Allah ta’ala tidak sama dengan mendengarnya kita karena sifatnya Allah ta’ala tidak sama dengan sifatnya makhluk – makhluk sekalian. Kita mendengar dengan perantaraan telinga dan saraf pendengaran, suara apa saja yang menuju padanya akan menggetarkan membran telinga. Ini semua adalah hal yang mustahil bagi Allah ta’ala. Oleh karena itu para ulama’ mengatakan berkaitan dengan sifat mendengarnya Allah ta’ala:
Ia adalah sifat yang azali (telah ada sejak dulu) yang berdiri dengan Dzatnya Allah ta’ala yang berkaitan dengan sesuatu yang terdengar atau sesuatu yang terwujud (al-maujudat), sehingga Ia mengetahuinya dengan sebenar – benarnya tahu.

Maka para ulama’ sebagaimana kita lihat menetapkan apa saja yang dibawa oleh dalil dan tidak membahas mengenai bagaimana hakikat Allah itu mendengar, karena tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah ta’ala. Sebagai catatan, para ulama’ mengetahui bahwa pendengaran itu adalah apa saja yang dengannya tersingkap hal – hal yang terdengar, ini sangat jelas. Akan tetapi mereka menyandarkannya juga kepada al-maujudat (hal – hal yang terwujud) yakni yang terdengar dan yang selainnya. Namun tersingkapnya al-maujudat dengan pendengaran tidaklah tersingkap dengan ilmu Allah ataupun dengan sifat bashar (melihatnya Allah) supaya tidak tercampur menjadi satu antara sifat – sifat Allah tersebut.

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhah, Al-Mukhtashar al-Mufid fii Syarh Jauharat at-Tauhid.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *