Salah Satu Sifat Wajib Bagi Allah: Qiyamuhu Bi Nafsihi (Berdiri Sendiri)

Maksud dari sifat wajib Allah ta’ala qiyamuhu bi nafsihi adalah Ia tidak memerlukan kepada selain dirinya serta ketiadaan kebutuhan terhadap tempat dan kekhususan.

Para ulama’ membagi hal – hal yang dapat diindra menjadi dua bagian: zat dan aradh (عرض). Ketika kita katakan:

هذا كتاب اخضر مستطيل

“Ini adalah kitab yang berbentuk persegi berwarna hijau”.

Maka kitab dalam kalimat itu adalah zat, berwarna hijau dan berbentuk persegi adalah aradh (karakter benda/zat). Kita dalam menggambarkan suatu zat pastilah juga menggambarkan aradh nya mulai dari warnanya, panjangnya, ketebalannya, volumenya, tempatnya, zamannya, dst.

Tidaklah kita menggambarkan aradh – aradh tersebut kecuali dengan zat tempat aradh itu berada. Maka tidaklah kita menggambarkan suatu warna hijau kecuali warna hijau itu terwujud pada suatu zat yang berwarna hijau. Tidaklah kita mampu menggambarkan warna tersebut secara sendiri terbebas dari zat tempat ia berada. Tidaklah menggambarkan suatu panjang kecuali dengan sesuatu dzat yang panjang. Tidaklah kita menggambarkan panjang tersebut secara mandiri terbebas dari dzat yang panjang tempat ia berada. Oleh karena itu bagi setiap aradh dikatakan juga seperti itu misalnya saja gerakan, diam, mendekat, menjauh, dst.

Setiap dzat – dzat itu dan aradh – aradh itu butuh untuk terwujud. Ini semua mustahil bagi Allah ta’ala. Allah tidak butuh kepada sesuatu pun untuk berdiri sebagaimana aradh yang butuh kepada dzat. Allah tidak butuh untuk diwujudkan sebagaimana al-hawadits (yang baru) dari dzat – dzat dan aradh karena Allah ta’ala adalah qadimun (dahulu) sementara semuanya ini adalah hawadits (baru). Dan Dia maha kaya dari hawadits itu sebelum hawadits itu ada ataupun sesudah hawadits itu ada.

Kemudian, aradh itu tidak disifati dengan qudroh (berkuasa), mendengar, melihat, dan berkehendak. Adapun Allah ta’ala adalah qadirun (berkuasa), mendengar, melihat, berkehendak, mengetahui, dan berbicara. Telah kita bahas sebelumnya bahwa Allah ta’ala itu qadim (dahulu) dan tidak butuh untuk terwujud.

Ini adalah penjelasan ulama – ulama kita dalam menjelaskan kepada orang – orang yang sesat yang mensifati Allah ta’ala dengan apa – apa yang digunakan untuk mensifati makhluknya. Mereka menggambarkan Allah berdiri bersama sebagian makhluknya mulai dari matahari, bulan, manusia, dst. Oleh karena itulah adalah agama Islam yang mensucikan Allah secara mutlak. Firman Allah ta’ala menyatakan yang demikian itu:

(سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ)

“Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka sifatkan.” QS. As-Shaffat : 180.

Yakni mensucikan-Nya dari apa – apa yang disifatkan oleh manusia dengan sifat – sifat yang menyerupai makhluk – makhluk-Nya. Serta mensucikan-Nya dari bayangan/khayalan orang – orang yang membayangkannya.

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhah, Al-Mukhtashar al-Mufid fii Syarh Jauharat at-Tauhid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *