Salah Satu Sifat Wajib Bagi Allah: Al-Baqa’ (Kekal)

Maknanya adalah bahwa mustahil bagi keberadaan Allah itu menjadi tiada dikemudian hari, yakni mustahil datang setelah keberadaannya suatu ketiadaan yang menghilangkanNya.

Secara bahasa engkau katakan:

انا باق في المسجد انشاء الله حتى تطلع الشمس

“Aku baaqin (tetap) berada di masjid insya Allah hingga terbit matahari”.

Yakni ketika matahari telah terbit, engkau keluar dari masjid dan hilanglah keberadaanmu di dalam masjid.

Engkau juga mengatakan secara bahasa:

هذ البناء باق الى مشاء الله

“Bangunan ini baaqin (tetap demikian) hingga waktu yang dikehendaki Allah”.

Yakni apabila Allah ta’ala menghendaki hilangnya keberadaan bangunan tersebut maka hilanglah bangunan tersebut dan kemudian diikuti dengan ketiadaan.

Engkau juga mengatakan secara bahasa:

فلان مسافر وانا باق

“Fulan adalah musafir dan aku baaqin (menetap).”

Yakni ia menetap setelah safarnya. Akan tetapi menetapnya itu terputus oleh safar ataukah maut.

Seluruh makna – makna tersebut bagi kata (البقاء) bukanlah makna yang dimaksud bagi baqa’ nya (kekalnya) Allah ta’ala. Akan tetapi yang dimaksud dengan baqa’nya Allah ta’ala adalah mustahil bagi keberadaan Allah itu menjadi tiada yang memutuskan kehidupanNya.

Engkau katakan juga: ahli surga itu baqa’ (menetap) di dalam surga selama – lamanya, yakni hingga waktu yang tiada batasnya. Pernyataan ini adalah shahih. Akan tetapi, kekalnya mereka di dalam surga bukan karena dzat nya mereka kekal namun karena kehendak Allah ta’ala. Untuk yang demikian itu Allah ta’ala berfirman:

(وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۖ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ)

“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” QS. Hud : 108.

Maka kekalnya mereka di dalam surga bukan karena dzat mereka kekal, namun karena itu adalah kehendak Allah. Adapun kekalnya Allah ta’ala adalah kekal dzatNya. Karena Ia Yang Maha Mulia dan Maha Kuasa adalah qadim (dahulu). Makna qadim sebagaimana telah dibahas adalah mustahil bagiNya tiada di masa lampau. Sehingga wujudnya Allah ta’ala adalah wujudnya dzat, qidam nya Allah ta’ala adalah qidamnya dzat, dan baqa’ nya Allah ta’ala adalah baqa’ nya dzat. Wujudnya Allah, qidamnya Allah, dan baqa’ nya Allah bukanlah karena yang lain.

Adapun selainNya, keberadaannya itu disebabkan oleh yang lainnya. Maka ia adalah haadits (baru). Makhluk yang baru tidaklah ia qadim dan baqa’ secara dzatNya. Kemudian, segala sesuatu yang baqa’ (tetap) selain Allah ta’ala memperhitungkan zaman. Adapun Allah ta’ala adalah pencipta zaman dan tempat. KeberadaanNya mendahului zaman dan tempat, maka Ia tidak butuh kepada zaman dan tempat. Keduanya yaitu zaman dan tempat juga tidak mempengaruhi sifat – sifatNya, maka sifat – sifatNya itu juga qadim (dahulu).

Allah ta’ala berfirman:

(وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ ۘ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ)

“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” QS. Al-Qashash : 88.

(كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ)
(وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ)

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” QS. Ar-Rahman : 26-27.

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhah, Al-Mukhtashar al-Mufid fii Syarh Jauharat at-Tauhid.

Syaikh Abdul Karim Tataan & Syaikh Muhammad Adib al-Kailani, ‘Awnul Murid Syarah Jauharat at-Tauhid.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *