Kaum munafik itu memiliki ciri malas dan berat dalam melaksanakan sholat. Kemalasan itu disebabkan karena ketiadaan iman yang mendorong mereka untuk melaksanakannya, ketiadaan niat, serta tidak mengerti mengenai makna sholat itu sendiri. Ini adalah sifat dzhahir mereka.
Adapun sifat batin – batin mereka adalah mereka ingin agar ketika melaksanakan sholat, manusia melihat mereka sholat. Yakni tiada keikhlasan pada diri mereka dan tiada hubungan antara mereka dengan Allah. Bahkan sesungguhnya mereka menginginkan manusia melihat mereka sebagai orang yang beramal sholeh. Mereka memaksudkan sholat mereka untuk riya’ dan sum’ah (reputasi). Riya’ itu sendiri adalah menampakkan keindahan agar dilihat oleh manusia, bukan karena mengikuti perintah Allah. Oleh karena itu mereka banyak meninggalkan sholat yang tidak dilihat oleh manusia pada umumnya seperti sholat isya’ dan subuh.
Allah ta’ala berfirman:
(إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا)
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” QS. An-Nisa’ : 142.
Dari Abu Hurairah beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَيْسَ صَلَاةٌ أَثْقَلَ عَلَى الْمُنَافِقِينَ مِنْ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang Munafik kecuali shalat shubuh dan ‘Isya.” HR. Bukhari dan Muslim.
Kemudian sifat orang munafik yang selanjutnya sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nisa’ : 142 di atas adalah bahwasanya mereka itu sedikit sekali menyebut Allah. Yakni di dalam sholat mereka tidak ada kekhusyu’an. Mereka tidak tahu apa yang mereka katakan, bahkan mereka itu lalai dari sholat mereka. Mereka itu pada faktanya tidaklah sholat kecuali sedikit. Ketika tidak ada seorang pun yang melihat mereka maka mereka tidak sholat.
Dalam menggambarkan sifat sholatnya orang munafik, sahabat Anas bin Malik meriwayatkan, beliau berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِينَ تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِينَ تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِينَ يَجْلِسُ أَحَدُهُمْ حَتَّى إِذَا اصْفَرَّتْ الشَّمْسُ وَكَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيْ الشَّيْطَانِ أَوْ عَلَى قَرْنِ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَ أَرْبَعًا لَا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا
“Itu adalah shalatnya orang munafik, itu adalah shalatnya orang munafik, itu adalah shalatnya orang munafik. Seseorang dari kalian duduk-duduk hingga jika cahaya matahari sudah mulai menguning, yaitu saat berada di antara dua tanduk setan atau di atas tanduk setan, lalu dia mematuk empat kali. Dia tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” HR. Malik.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
Tafsir Al-Munir karya Syaikh Wahbah Zuhaili.