Tidak wajib puasa bagi anak – anak muslim yang belum baligh karena pena pencatat amal masih diangkat (belum dicatat) atas mereka.
Kecuali bila yang melakukan puasa adalah anak – anak yang telah mumayyiz (dapat membedakan mana yang bermanfaat dan berbahaya bagi dirinya) maka sah puasanya dan ia mendapatkan balasannya.
Wajib atas seorang ayah memerintahkan puasa kepada anak – anaknya ketika telah mencapai usia tujuh tahun dan ia mampu untuk melaksanakannya serta memukulnya bila ia enggan puasa di usia sepuluh tahun. Hal ini sebagaimana nash dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam perkara sholat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلَاةَ ابْنَ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا ابْنَ عَشْرٍ
“Ajarkanlah shalat kepada anak-anak diumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika meninggalkan shalat di umur sepuluh tahun.” HR. At-Tirmidzi.
Shaum (puasa) diqiyaskan dengan sholat dalam hal ini. Maka anak – anak diperintahkan untuk puasa di usia tujuh tahun dan dipukul di usia sepuluh tahun bila ia mampu namun enggan melaksanakannya.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ar-Rubaiyyi’ binti Mu’awwidz mengenai puasa asyura’, beliau berkata:
فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا وَنَجْعَلُ لَهُمْ اللُّعْبَةَ مِنْ الْعِهْنِ فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الْإِفْطَارِ
“Setelah itu kami selalu berpuasa dan kami juga mendidik anak-anak kecil kami untuk berpuasa dan kami sediakan untuk mereka semacam alat permainan terbuat dari bulu domba, apabila seorang dari mereka ada yang menangis meminta makan maka kami beri dia permainan itu. Demikianlah terus kami lakukan hingga tiba waktu berbuka”.
Rujukan:
Fiqih As-Shiyam oleh Dr. Muhammad Hasan Hitou