Pertemanan Orang – Orang Zhalim dan Celaan Atas Kaum Kafir Karena Tidak Beriman

Allah ta’ala berfirman:

وَكَذَ ٰ⁠لِكَ نُوَلِّی بَعۡضَ ٱلظَّـٰلِمِینَ بَعۡضَۢا بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ *  یَـٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ أَلَمۡ یَأۡتِكُمۡ رُسُلࣱ مِّنكُمۡ یَقُصُّونَ عَلَیۡكُمۡ ءَایَـٰتِی وَیُنذِرُونَكُمۡ لِقَاۤءَ یَوۡمِكُمۡ هَـٰذَاۚ قَالُوا۟ شَهِدۡنَا عَلَىٰۤ أَنفُسِنَاۖ وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَا وَشَهِدُوا۟ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ أَنَّهُمۡ كَانُوا۟ كَـٰفِرِینَ *  ذَ ٰ⁠لِكَ أَن لَّمۡ یَكُن رَّبُّكَ مُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ بِظُلۡمࣲ وَأَهۡلُهَا غَـٰفِلُونَ * وَلِكُلࣲّ دَرَجَـٰتࣱ مِّمَّا عَمِلُوا۟ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا یَعۡمَلُونَ

Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zhalim berteman dengan sesamanya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, mereka menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? Mereka menjawab, “(Ya), kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang kafir. Demikianlah (para rasul diutus) karena Tuhanmu tidak akan membinasakan suatu negeri secara zhalim, sedang penduduknya dalam keadaan lengah (belum tahu). Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. QS. Al-An’am: 129-132.

Tafsir Al-Wajiz

Sebagaimana manusia dan jin yang durhaka Kami buat senang pada satu sama lainnya, Kami kuasakan pula kegelapan jin atas kegelapan manusia, dan Kami kuasakan sebagian kegelapan atas sebagian lainnya sehingga membinasakan mereka. Sebagai balasan atas mereka karena perbuatan dosa mereka, kekufuran mereka, dan penentangan mereka.

Pada hari dikumpulkannya manusia, Allah ta’ala berfirman: Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu Rasul-Rasul dari kumpulan kalian yang menyeru kalian kepada keimanan, karena seluruh rasul itu berasal dari Bani Adam, mereka membacakan ayat – ayat-Ku yang diturunkan kepada kalian, dan mereka memperingatkan betapa mengerikannya adzab di hari kiamat. Mereka berkata: Kami mengakui bahwa para Rasul telah menyampaikan kepada kami risalah-Mu dan memperingatkan kami akan pertemuan dengan-Mu, sesungguhnya hari ini itu ada dengan pasti. Akan tetapi kehidupan dunia dengan perhiasan dan syahwatnya telah menipu mereka sehingga memalingkan mereka dari beriman kepada para Rasul dan melupakan mereka akan adanya hari perhitungan dan pembalasan. Mereka juga mengakui atas diri mereka sendiri bahwasanya mereka itu adalah orang – orang kafir di dunia terhadap Allah, Rasul – Rasul-Nya, Kitab – Kitab-Nya dan ayat – ayat-Nya.

Pengutusan para Rasul dan penurunan Kitab itu karena Allah ta’ala tidak akan membinasakan penduduk suatu kota dan negeri secara zhalim sedangkan penduduknya lengah, yakni tidak diutusnya seorang Rasul kepada mereka yang memberi penjelasan bagi mereka, sehingga kelengahan itu lenyap dengan diutusnya para Nabi.

Masing – masing orang dari kalangan jin maupun manusia yang dibebani tanggung jawab, baik itu yang melaksanakan ketaatan ataupun melaksanakan kemaksiatan: memiliki tingkatan – tingkatan yang berbeda – beda di akhirat, di surga dan di neraka, sesuai dengan amal – amal yang mereka perbuat. Allah itu Maha Mengawasi setiap amal perbuatan, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya, agar Dia memberi balasan kepada mereka di hari kebangkitan atas amal – amal perbuatan mereka itu.

Fiqih Kehidupan dan Hukum – Hukumnya

1. Ayat berikut ini:

وَكَذَ ٰ⁠لِكَ نُوَلِّی بَعۡضَ ٱلظَّـٰلِمِینَ بَعۡضَۢا بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ

Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zhalim berteman dengan sesamanya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. QS. Al-An’am: 129.

Menunjukkan bahwa manakala rakyat itu adalah orang – orang yang zhalim, maka Allah ta’ala akan menguasakan atas mereka orang yang zhalim yang semisal mereka. Jika mereka ingin lepas dari pemimpin yang zhalim itu, maka hendaklah mereka meninggalkan kezhaliman itu.

2. Ayat tersebut menunjukkan bahwa sudah semestinya ada pemimpin dan penguasa bagi umat manusia. Karena jika Allah tidak melepaskan orang – orang yang zhalim dari pemimpin yang zhalim, maka tentu Allah juga tidak melepaskan orang – orang yang shalih melainkan dari pemimpin yang akan membawa mereka pada bertambahnya kebaikan, itu tentu lebih utama.

‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata:

لا يصلح للناس إلا أمير عادل، أو جائر

“Tidaklah baik bagi suatu masyarakat jika tanpa pemimpin, baik dia adalah orang yang shalih ataupun orang yang zhalim.”

Ketika mereka mengingkari perkataan Ali tsb yaitu: “ataupun orang yang zhalim”, beliau menjawab: “Benar, dengan (pemimpin yang zhalim) itulah jalan-jalan terasa aman, rakyat bisa mengerjakan shalat dan berhaji ke Ka’bah”.

Ayat tersebut menyebutkan satu sunnah di antara sunnatullah – sunnatullah pada manusia yaitu bahwasanya manakala Allah ta’ala menjadi walinya kaum mu’minin yakni sebagai pelindung, penjaga, penyokong, dan penolong mereka, maka bagi mereka Dar as-Salaam (negeri penuh keselamatan) dan bahwa ahli neraka itu sebagiannya menjadi wali bagi sebagian lainnya, yakni bahwasanya penolong – penolong mereka adalah orang – orang yang serupa dengan mereka dalam kezhaliman dan kehinaan.

3. Tugas para Rasul ‘alaihim as-salam adalah: membacakan ayat – ayat Ilahiyah, menyampaikan ta’wil dan penjelasannya, memberi peringatan kepada manusia, dan menyampaikan ancaman akan adzab di hari kiamat.

Tidak ada orang – orang kafir yang tidak mengakui yang demikian itu, akan tetapi kehidupan dunia telah menipu mereka dan mereka mengira bahwasanya kehidupan dunia itu terus ada, mereka takut akan hilangnya dunia itu dari mereka jika mereka beriman dan mengakui kekufuran mereka.

4. Allah itu Maha Adil. Dia menyempurnakan keadilan dan melengkapinya. Oleh karena itu,   sesungguhnya adzab bagi orang – orang kafir itu adalah adil, haq, dan wajib. Allah tidak mengadzab mereka kecuali setelah adanya penjelasan dan peringatan. Allah tidak menghukum mereka kecuali setelah diutusnya para Nabi dan Rasul kepada mereka.

Pengutusan para Rasul itu adalah perkara yang tak terhindarkan dan mutlak diperlukan. Karena termasuk kekhususan Allah dan sifat-Nya bahwasanya Dia tidak akan membinasakan penduduk negeri dengan kesyirikan mereka sebelum diutusnya para Rasul kepada mereka, sehingga mereka tidak dapat berkata: “Tidak ada seorang pun yang datang kepada kami sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”.

5. Bagi setiap jin dan manusia yang beramal ada tingkatan – tingkatannya sesuai amal – amal mereka. Maka bagi yang melaksanakan ketaatan kepada Allah, ada derajat – derajatnya dalam pahalanya. Bagi yang melaksanakan kemaksiatan pun ada tingkatan – tingkatannya dalam hukumannya. Allah tidak lengah dan lupa dari setiap amal perbuatan, kecil ataupun besar.

6. Ayat berikut ini:

ذَ ٰ⁠لِكَ أَن لَّمۡ یَكُن رَّبُّكَ مُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ بِظُلۡمࣲ وَأَهۡلُهَا غَـٰفِلُونَ

Demikianlah (para rasul diutus) karena Tuhanmu tidak akan membinasakan suatu negeri secara zhalim, sedang penduduknya dalam keadaan lengah (belum tahu). QS. Al-An’am: 131.

Menunjukkan bahwasanya Allah tidak memberi beban hukum dan tidak mewajibkan sesuatu sebelum datangnya syara’ dan bahwa pada asalnya akal semata itu tidak menunjukkan atas beban hukum dan kewajiban sesuatu.

Rujukan:
1. Tafsir Al-Wajiz Syaikh Wahbah Zuhaili.
2. Tafsir Al-Munir Syaikh Wahbah Zuhaili.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *