Perintah Untuk Menyampaikan Wahyu Serta Seruan Kepada Ahli Kitab Untuk Beriman Terhadap Risalah Rasul

Tags:

Allah ta’ala berfirman:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ مَاۤ أُنزِلَ إِلَیۡكَ مِن رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ وَٱللَّهُ یَعۡصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَـٰفِرِینَ * قُلۡ یَـٰۤأَهۡلَ ٱلۡكِتَـٰبِ لَسۡتُمۡ عَلَىٰ شَیۡءٍ حَتَّىٰ تُقِیمُوا۟ ٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِیلَ وَمَاۤ أُنزِلَ إِلَیۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡۗ وَلَیَزِیدَنَّ كَثِیرࣰا مِّنۡهُم مَّاۤ أُنزِلَ إِلَیۡكَ مِن رَّبِّكَ طُغۡیَـٰنࣰا وَكُفۡرࣰاۖ فَلَا تَأۡسَ عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَـٰفِرِینَ * إِنَّ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِینَ هَادُوا۟ وَٱلصَّـٰبِـُٔونَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ وَعَمِلَ صَـٰلِحࣰا فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡهِمۡ وَلَا هُمۡ یَحۡزَنُونَ

“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.” Dan apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu pasti akan membuat banyak di antara mereka lebih durhaka dan lebih ingkar, maka janganlah engkau berputus asa terhadap orang-orang kafir itu. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Sabi’in dan orang-orang Nasrani, barangsiapa beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, dan berbuat kebajikan, maka tidak ada rasa khawatir padanya dan mereka tidak bersedih hati.” QS. Al-Ma’idah: 67-69.

Asbabun Nuzul

Ayat 67

Abu As-Syaikh Ibnu Hayyan meriwayatkan dari Al-Hasan al-Bashri: Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إن الله بعثني برسالة، فضقت بها ذرعا، وعرفت أن الناس مكذبي، فوعدني لأبلغنّ أو ليعذبني، فنزلت: يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ.

“Sesungguhnya Allah mengutusku dengan risalah, dada menjadi sempit karenanya, dan aku tahu bahwa manusia mendustakanku, maka Dia berjanji kepadaku agar aku menyampaikannya atau Dia akan mengazabku. Maka turunlah ayat: “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.” QS. Al-Ma’idah: 67.

Ibnu Abu Hatim juga meriwayatkan dari Mujahid beliau berkata: Ketika turun ayat: “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.” QS. Al-Ma’idah: 67, Beliau berkata:

يا ربّ، كيف أصنع وأنا وحدي يجتمعون علي

Ya Rabb, bagaimana aku melakukannya sedangkan aku ini sendiri tentu mereka akan mengeroyokku.” Maka tu­runlah firman-Nya: “Jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” QS. Al-Maidah: 67.

Al-Hakim dan At-Tirmidzi juga meriwayatkan dari ‘Aisyah beliau berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحْرَسُ حَتَّى نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةَ
{ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنْ النَّاسِ }
فَأَخْرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأْسَهُ مِنْ الْقُبَّةِ فَقَالَ لَهُمْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ انْصَرِفُوا فَقَدْ عَصَمَنِي اللَّهُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa dijaga (oleh para sahabat dari gangguan orang kafir) hingga ayat ini turun, Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia QS Al Ma`idah: 67, Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengeluarkan kepalanya dari kubah kemudian bersabda kepada para sahabat: “Wahai sekalian manusia, bubarlah, karena Allah telah menjagaku.”

As-Suyuthi berkata: Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa ayat ini diturunkan malam hari saat Rasul berada di tempat tidurnya.

Ibnu Hibban dalam Shahihnya meriwayatkan dari Abu Hurairah, beliau berkata:

كُنَّا إِذَا أَصْبَحْنَا وَرَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فِي سَفَرٍ تَرَكْنَا لَهُ أَعْظَمَ شَجَرَةٍ وَأَظَلَّهَا فَيَنْزِلُ تَحْتَهَا فَنَزَلَ ذَاتَ يَوْمٍ تَحْتَ الشَّجَرَةِ وَعَلَّقَ سَيْفَهُ فِيهَا فَجَاءَ رَجُلٌ وَأَخَذَهُ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : ” اللَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْكَ، ضَعِ السَّيْفَ ” فَوَضَعَهُ فَنَزَلَتْ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ

“Bila kami menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam suatu perjalanan, kami mencarikan sebuah pohon yang paling besar dan paling rindang untuknya, lalu beliau turun istirahat di bawahnya. Pada suatu hari beliau Shalallahu’alaihi Wasallam turun di bawah sebuah pohon, kemudian beliau gantungkan pedangnya pada pohon tersebut. Lalu datanglah seorang lelaki mengambil pedang itu, kemudian lelaki itu berkata, “Hai Muhammad, siapakah yang akan melindungimu dariku?” Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda: Allahlah yang akan melindungiku darimu. Sekarang letakkanlah pedang itu, maka seketika itu juga dia langsung meletakkan pedangnya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya: “Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” QS. Al-Maidah: 67.

Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya: Ayat apakah dari langit yang diturunkan sangat berat kepada Engkau? Maka beliau menjawab:

كنت بمنى أيام موسم، واجتمع مشركو العرب وأفناء الناس (أي لا يعلم ممن هم) فنزل علي جبريل فقال: يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ الآية، فقمت عند العقبة فقلت: أيها الناس، من ينصرني على أن أبلغ رسالات ربي، ولكم الجنة؟. أيها الناس، قولوا: لا إله إلا الله، وأنا رسول الله إليكم، تفلحوا، ولكم الجنة، قال صلّى الله عليه وسلّم: فما بقي رجل ولا أمة ولا صبي إلا يرمون علي بالتراب والحجارة، ويقول: كذاب صابئ، فعرض علي عارض، فقال: اللهم اهد قومي فإنهم لا يعلمون، وانصرني عليهم أن يجيبوني إلى طاعتك، فجاء العباس عمه فأنقذه منهم وطردهم عنه.

“Aku sedang berada di Mina pada suatu musim, sedang orang-orang musyrik Arab dan masyarakat (yakni tak diketahui dari kabilah manakah mereka itu) berkumpul pada musim tersebut. Maka turunlah kepadaku Jibril membacakan: “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.” QS. Al-Ma’idah: 67. Lantas aku berdiri di Aqabah lalu menyeru, “Wahai sekalian manusia siapakah di antaramu yang menolong aku untuk menyampaikan risalah – risalah Rabbku dan kamu akan memperoleh surga? Hai sekalian manusia katakanlah tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku (Muhammad) adalah utusan Allah kepadamu niscaya kamu akan beruntung dan kamu memperoleh surga.” Kata Nabi, “Tidak ada seorang pun baik laki-laki maupun perempuan, baik hamba sahaya perempuan dan anak-anak kecil, melainkan semua mereka itu melempariku dengan tanah dan batu sambil berteriak, “Pendusta yang murtad!” Kemudian muncullah seseorang kepadaku. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pun berdoa, “Ya Allah, berilah petunjuk kaumku ini, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui dan tolonglah aku supaya mereka mengikuti ajakan-ajakanku agar mereka taat kepadamu.” Kemudian datanglah Abbas paman Rasul menolongnya dan mengusir orang-orang itu.”

As-Suyuthi berkata: Hal ini menetapkan bahwasanya ayat tersebut adalah Makkiyah, namun zhahirnya menyelisihinya (karena Surat Al-Ma’idah adalah Madaniyah).

Ar-Razi berkata: Ketahuilah bahwa meskipun riwayat – riwayat ini banyak, yang utama adalah membawanya kepada makna bahwa Allah ta’ala melindunginya dari makar orang – orang Yahudi dan Nashrani serta memerintahkannya untuk menampakkan penyampaian dakwah tanpa mempedulikan akibatnya dari mereka dengan hal itu.

Ayat 68

Ibnu Jarir at-Thabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas beliau berkata: Rafi’ bin Haritsah, Sallam bin Miskin, Malik bin Shaif, dan Rafi’ bin Harmalah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka berkata:

يَا مُحَمَّدُ ، أَلَسْتَ تَزْعُمُ أَنَّكَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَدِينِهِ ،وَتُؤْمِنُ بِمَا عِنْدَنَا مِنَ التَّوْرَاةِ ، وَتَشْهَدُ أَنَّهَا مِنَ اللَّهِ حَقٌّ ؟

“Ya Muhammad, bukankah engkau mengaku bahwasanya engkau itu berada di atas agama (millah) Ibrahim, engkau beriman terhadap apa yang ada di sisi kami berupa Taurat, dan engkau bersaksi bahwasanya Taurat itu benar dari Allah?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

بَلَى ، وَلَكِنَّكُمْ أَحْدَثْتُمْ وَجَحَدْتُمْ مَا فِيهَا مِمَّا أُخِذَ عَلَيْكُمْ مِنَ الْمِيثَاقِ ، وَكَتَمْتُمْ مِنْهَا مَا أُمِرْتُمْ أَنْ تُبَيِّنُوهُ لِلنَّاسِ ، وَأَنَا بَرِيءٌ مِنْ أَحْدَاثِكُمْ!

“Ya benar, akan tetapi kalian mengada – adakan dan mengingkari apa yang ada di dalamnya dari apa – apa yang diambil atas kalian berupa perjanjian, dan kalian menyembunyikan apa saja yang kalian diperintahkan untuk menjelaskannya kepada manusia. Aku berlepas diri dari apa yang kalian ada – adakan itu!”

Mereka berkata:

فَإِنَّا نَأْخُذُ بِمَا فِي أَيْدِينَا ، فَإِنَّا عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى ، وَلَا نُؤْمِنُ بِكَ ، وَلَا نَتَّبِعُكَ !

“Sesungguhnya kami telah mengambil dengan apa yang ada pada tangan – tangan kami. Sesungguhnya kami berada di atas kebenaran dan petunjuk. Kami tidak beriman terhadapmu dan kami tidak mengikutimu!”

Maka Allah ta’ala pun menurunkan firman-Nya:

قُلۡ یَـٰۤأَهۡلَ ٱلۡكِتَـٰبِ لَسۡتُمۡ عَلَىٰ شَیۡءٍ حَتَّىٰ تُقِیمُوا۟ ٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِیلَ وَمَاۤ أُنزِلَ إِلَیۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡۗ وَلَیَزِیدَنَّ كَثِیرࣰا مِّنۡهُم مَّاۤ أُنزِلَ إِلَیۡكَ مِن رَّبِّكَ طُغۡیَـٰنࣰا وَكُفۡرࣰاۖ فَلَا تَأۡسَ عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَـٰفِرِینَ

“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.” Dan apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu pasti akan membuat banyak di antara mereka lebih durhaka dan lebih ingkar, maka janganlah engkau berputus asa terhadap orang-orang kafir itu.” QS. Al-Ma’idah: 68.

Ibnu Abbas berkata: Sekelompok orang dari Kalangan Yahudi datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka berkata: Bukankah engkau mengakui bahwasanya Taurat adalah benar berasal dari sisi Allah? Beliau menjawab: Benar. Mereka berkata: Sesungguhnya kami beriman dengannya dan tidak beriman dengan selainnya. Maka turunlah ayat itu.

Yakni: Tidaklah kalian dipandang beragama hingga kalian mengetahui apa – apa yang terdapat dalam dua Kitab berupa keimanan terhadap Muhammad ‘alaihissalam dan beramal dengan apa yang diwajibkannya dari keduanya.

Tafsir dan Penjelasan

Allah ta’ala memerintahkan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menyeru kepadanya dengan sifat kerisalahan agar menyampaikan seluruh yang Allah turunkan kepadanya. Maka beliau menegakkannya dengan penegakkan yang sempurna, menyampaikan risalah, menunaikan amanah, dan memberi nasehat bagi ummat. Allah pun memberinya balasan dengan sebaik – baik balasan. Al-Bukhari berkata dalam tafsir mengenai ayat ini dari haditsnya ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَمَ شَيْئًا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَقَدْ كَذَبَ وَاللَّهُ يَقُولُ
{ يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ }
الْآيَةَ

“Siapapun yang berkata bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyembunyikan sebagian dari yang telah diwahyukan kepadanya, maka dia telah berdusta. Karena Allah telah berfirman: Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu.. (QS. Al-Maidah: 67).

Demikian juga Muslim, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i meriwayatkannya.

Di dalam Shahih Muslim dari ‘Aisyah juga bahwasanya beliau berkata:

وَلَوْ كَانَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَاتِمًا شَيْئًا مِمَّا أُنْزِلَ عَلَيْهِ لَكَتَمَ هَذِهِ الْآيَةَ
{ وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَاهُ }

“Kalau seandainya Muhammad telah menyembunyikan sebagian dari wahyu yang diturunkan kepadanya, niscaya dia menyembunyikan ayat ini: “(Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang mana Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya, ‘Tahanlah terus isterimu dan bertaqwalah kepada Allah’, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu sesuatu yang mana Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti).” (QS. al-Ahzab: 37).

Adapun makna QS. Al-Ma’idah ayat 67 ini adalah: Wahai Rasul yang diutus dari sisi Rabbnya dengan risalah bagi seluruh manusia, sampaikanlah seluruh apa yang diturunkan Rabbmu kepadamu. Jangan takut kepada seorang pun pada yang demikian itu. Jangan takut kemalangan akan menimpamu.

Jika engkau tidak menyampaikannya secara langsung apa yang diturunkan kepadamu dan tidak menyampaikan kepada manusia apa saja yang engkau diutus dengannya, dengan engkau sembunyikan meskipun sejenak saja, maka tidaklah engkau dianggap telah menegakkan kewajiban menyampaikan kepada manusia. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

مَّا عَلَى ٱلرَّسُولِ إِلَّا ٱلۡبَلَـٰغُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تُبۡدُونَ وَمَا تَكۡتُمُونَ

“Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan (amanat Allah), dan Allah mengetahui apa yang kamu tampakkan dan apa yang kamu sembunyikan.” QS. Al-Ma’idah: 99.

Hikmah dalam perintah untuk menyampaikan dan penegasannya dengan firman-Nya: “Jika tidak engkau lakukan…(QS. Al-Ma’idah: 67) dengan menjadikan penyembunyian terhadap sebagiannya adalah semisal dengan penyembunyian seluruhnya, juga bahwasanya Rasul itu adalah ma’shum dari penyembunyian sesuatu yang diturunkan Allah kepada mereka, hikmahnya adalah ayat itu sebagai informasi bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam itu pasti menyampaikan. Tidak boleh baginya ada ijtihad untuk menunda sesuatu dari waktunya.

Hikmah dari ayat tersebut dengan disandarkan kepada manusia adalah agar mereka mengetahui hakikat ini dengan nash, sehingga mereka tidak berselisih karenanya.

Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyampaikan secara langsung seluruh yang diturunkan kepadanya berupa al-Qur’an. Al-Bukhari berkata: Az-Zuhri berkata: Risalah adalah dari Allah, bagi Rasul adalah menyampaikannya, sedangkan bagi kita adalah menerimanya. Sungguh ummatnya telah bersaksi baginya atas disampaikannya risalah dan ditunaikannya amanah. Beliau menanyakan yang demikian itu kepada orang banyak dalam khutbahnya di hari Haji Wada’. Saat itu terdapat sahabat – sahabatnya kurang lebih sebanyak empat puluh ribu orang sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim dari Jabir bin Abdullah: Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam khutbahnya pada hari itu:

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ مَسْئُولُونَ عَنِّي، فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟ ” قَالُوا: نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلّغت وأدّيتَ وَنَصَحْتَ. فَجَعَلَ يَرْفَعُ إِصْبَعَهُ إِلَى السَّمَاءِ ويَقلبها إِلَيْهِمْ وَيَقُولُ: “اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ، اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ”.

“Hai manusia, sesungguhnya kalian akan ditanyai mengenai diriku, maka apakah yang akan kalian katakan? Mereka menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menunaikan risalah dan menyampaikan amanat serta menasihati umat.” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengangkat jari telunjuknya ke langit, lalu menun­jukkannya kepada mereka seraya bersabda: Ya Allah apakah aku telah menyampaikan?”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada saat Haji Wada’:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ حَرَامٌ قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قَالُوا بَلَدٌ حَرَامٌ قَالَ فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا قَالُوا شَهْرٌ حَرَامٌ قَالَ إِنَّ أَمْوَالَكُمْ وَدِمَاءَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا ثُمَّ أَعَادَهَا مِرَارًا ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ مِرَارًا قَالَ يَقُولُ ابْنُ عَبَّاسٍ وَاللَّهِ إِنَّهَا لَوَصِيَّةٌ إِلَى رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ قَالَ أَلَا فَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

“Wahai sekalian manusia, hari apakah ini?” Orang-orang menjawab; “Ini adalah hari yang suci.” Beliau bertanya: “Negeri apakah ini?” Mereka menjawab; “Ini adalah negeri Al-Haram (suci).” Nabi bertanya lagi: “Dan bulan apakah ini?” Mereka menjawab; “Bulan yang suci.” Nabi berkata: “Sesungguhnya harta, darah dan kehormatan kalian adalah haram bagi kalian (tidak boleh sembarangan diambil/dirampas) sebagaimana haramnya hari kalian ini di negeri kalian ini pada bulan kalian ini.” Kemudian Nabi mengulanginya dan terus mengulanginya, kemudian ia mengangkat kepalanya ke atas dan berkata: “Ya Allah, telah aku sampaikan, ” berulang kali. Ia (Imam Ahmad) berkata; Ibnu ‘Abbas berkata; “Demi Allah, sesungguhnya itu adalah wasiat untuk kembali kepada Rabbnya ‘azza wajalla.” Kemudian beliau bersabda: “Maka hendaklah yang hadir memberitahu yang tidak hadir, dan janganlah kalian kembali kepada kekufuran setelahku dimana kalian saling membunuh.”

Kemudian Allah ta’ala menyatakan bahwa ada jaminan-Nya bagi nabi-Nya berupa penjagaan-Nya dari manusia. Yakni bahwasanya Dia melindunginya dari pembunuhan serta tidak memberi kemungkinan bagi musuh – musuhnya untuk melakukan apa yang mereka kehendaki. Sungguh kaum musyrikin telah mencoba untuk membunuhnya dan mereka telah memutuskan yang demikian itu di Dar An-Nadwah setelah kematian Abu Thalib. Allah pun melindunginya dan berhijrahlah beliau ke Madinah. Demikian pula yang diperbuat oleh kaum Yahudi setelah beliau hijrah. Maksud dari penjagaan Allah di sini adalah penjagaan dari pembunuhan. Maka hal itu tidak menolak bahwasanya beliau itu pernah mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin Makkah dan di Thaif, serta setelah beliau hijrah pada hari perang Uhud ketika beliau terluka di wajah dan patahnya gigi beliau (semoga sholawat Allah tercurah kepadanya).

At-Tirmidzi, Abu Syaikh Ibnu Hayyan, Al-Hakim, Abu Nu’aim, dan al-Baihaqi meriwayatkan dari beberapa sahabat: “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dijaga di Makkah sebelum turunnya ayat ini, dan Abbas adalah salah seorang yang menjaganya. Ketika turun ayat (QS. Al-Ma’idah: 67), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalkan penjagaan tersebut.”

Diriwayatkan: “Bahwa Abu Thalib mengutus seseorang yang menjaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau keluar rumah hingga turun ayat “Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia”. Maka Abu Thalib pun pergi untuk mengutus seseorang bersama Nabi, beliau lalu bersabda: “Wahai Paman, sesungguhnya Allah telah menjagaku. Tidak ada hajat bagiku kepada orang yang engkau utus”.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dijaga oleh Sa’ad dan Hudzaifah. Hingga turunlah ayat ini. Maka beliau pun saat itu mengeluarkan kepalanya dari Kubah dan bersabda:

انْصَرِفُوا يَا أَيُّهَا النَّاسُ فَقَدْ عَصَمَنِي اللَّهُ مِنَ النَّاسِ

“Bubarlah wahai sekalian manusia, karena Allah telah menjagaku dari manusia.”

Ayat ini adalah ayat Makkiyah, diletakkan dalam konteks penyampaian kepada ahli kitab yang diperintahkan di Madinah untuk menunjukkan atas apa yang dihadapi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berupa gangguan mereka. Sebagaimana beliau berhadapan dengan gangguan kaum musyrikin. Dan Allah lah yang melindunginya dari kedua kelompok tersebut.

Dikatakan juga: Ayat ini diturunkan setelah hari Perang Uhud dengan dalil firman-Nya:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَـٰفِرِینَ

“Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” QS. Al-Ma’idah: 67.

Maknanya adalah: Sesungguhnya Dia tidak memberi kemungkinan kepada mereka untuk menunaikan yang mereka kehendaki atasmu berupa kebinasaan.

Ayat ini memiliki makna yang lebih umum dalam kenyataannya yaitu: Sampaikanlah olehmu, sungguh Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Ia kehendaki dan menyesatkan siapa yang Ia kehendaki sebagaimana firman-Nya:

لَّیۡسَ عَلَیۡكَ هُدَىٰهُمۡ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُ

“Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.” QS. Al-Baqarah: 272.

فَإِنَّمَا عَلَیۡكَ ٱلۡبَلَـٰغُ وَعَلَیۡنَا ٱلۡحِسَابُ

“Maka sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, dan Kamilah yang memperhitungkan (amal mereka).” QS. Ar-Ra’d: 40.

Kemudian Al-Qur’an mengungkapkan bagi setiap manusia yaitu ahli kitab dan kaum muslimin mengenai hakikat hal yang sangat penting yaitu bahwasanya penyandaran kepada agama itu tidak bermanfaat kecuali dengan mengamalkannya. Allah berfirman:

قُلۡ یَـٰۤأَهۡلَ ٱلۡكِتَـٰبِ لَسۡتُمۡ عَلَىٰ شَیۡءٍ

“Katakanlah, “Wahai Ahli Kitab! Kamu tidak dipandang beragama sedikit pun.” QS. Al-Ma’idah: 68.

Yakni katakanlah wahai Muhammad kepada ahli kitab (Yahudi dan Nashara): Tidaklah kamu dipandang beragama secara signifikan hingga kamu menegakkan Taurat dan Injil pada apa yang diperintahkan. Berupa tauhid yang murni dan amal sholih serta pada apa yang ada pada keduanya yaitu iman terhadap Muhammad dan perintah untuk mengikutinya dan beriman terhadap pengutusannya serta menegakkan syariatnya dan beramal dengan apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian yakni al-Qur’an al-Adhim yang Allah sempurnakan agama dengannya dan menutup risalah para Nabi dengan risalah Muhammad.

Kemudian Allah ta’ala mengulang kembali apa yang disebutkannya dalam ayat sebelumnya (QS. Al-Ma’idah: 64): Yaitu sumpah dari Allah ta’ala bahwa tidaklah Al-Qur’an itu menambah bagi diri kebanyakan ahli kitab kecuali malah berlebih – lebihan dalam pendustaan dan kekafiran karena fanatisme turun temurun, kedengkian, dan hasad pada diri mereka (QS. Al-Baqarah: 109) serta kelalaian mereka untuk berpikir secara adil dan objektif.

فَلَا تَأۡسَ عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَـٰفِرِینَ

“Maka janganlah engkau berputus asa terhadap orang-orang kafir itu.” (QS. Al-Ma’idah: 68)

Yakni jangan bersedih Ya Muhammad dan janganlah menyesali mereka karena bertambahnya kedurhakaan dan kekufuran mereka. Sesungguhnya bahaya dari sikap yang demikian itu kembali kepada mereka sendiri, tidak kepada engkau, dan kaum mu’minin sendiri tidak butuh kepada mereka.

Adapun sebagian kecil dari mereka yang beriman kepada Allah saja tanpa menyekutukan-Nya serta beriman terhadap kitab-Nya dan Rasul-Nya, maka tidaklah Al-Qur’an itu menambah sesuatu bagi diri mereka melainkan petunjuk dan kebahagiaan.

Setelah pengungkapan hakikat kewajiban tersebut, Al-Qur’an meletakkan hukum umum yang berlaku bagi setiap manusia yaitu:

إِنَّ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِینَ هَادُوا۟ وَٱلصَّـٰبِـُٔونَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ وَعَمِلَ صَـٰلِحࣰا فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡهِمۡ وَلَا هُمۡ یَحۡزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Sabi’in dan orang-orang Nasrani, barangsiapa beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, dan berbuat kebajikan, maka tidak ada rasa khawatir padanya dan mereka tidak bersedih hati.” QS. Ql-Ma’idah: 69.

Yakni sesungguhnya orang – orang yang membenarkan Allah, membenarkan Rasul-Nya, muslim, orang Yahudi yang mengemban Taurat mengikuti Musa ‘alaihissalam, as-Shabi’un seperti orang – orang yang keluar dari agama – agama seluruhnya, dan orang – orang Nashara yang mengikuti al-Masih ‘alaihissalam, barang siapa yang beriman di antara mereka terhadap Allah, Rasul-Nya, dan hari akhir dengan keimanan yang benar – benar shahih, serta beramal sholih, maka tiada rasa khawatir atas mereka selama – lamanya dari adzab di hari kiamat. Tidak pula mereka bersedih hati selama – lamanya atas lezatnya dunia dan kenikmatannya. Tidak pula ada yang menimpa mereka di akhirat melainkan mereka berada di Jannah yang penuh dengan kenikmatan.

Fiqih Ayat

Ayat tabligh (QS. Al-Ma’idah: 67) menunjukkan bantahan terhadap perkataan orang – orang yang berkata: Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyembunyikan sesuatu dari urusan agama ini karena taqiyyah (takut). Kaum Syiah Rafidhah lah yang berada di atas pendapat yang batil tersebut. Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyembunyikan sesuatu pun dari perkara agama ini dari seseorang karena makna “sampaikanlah semua yang diturunkan kepadamu” adalah tampak secara zhahir.

Ibnu Abbas berkata: “Makna ‘Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu”, jika ada sesuatu yang disembunyikan darinya maka tidaklah sampai risalah-Nya.” Ini adalah pengajaran bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengajaran bagi para pengemban ilmu dari kalangan umatnya untuk tidak menyembunyikan syariat-Nya sedikitpun. Sungguh Allah ta’ala telah memberitahukan perkara Nabi-Nya bahwasanya dia tidak menyembunyikan wahyu-Nya sedikitpun.

Ayat “Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia.” menunjukkan kenabiannya shallallahu ‘alaihi wasallam karena Allah azza wa jalla mengabarkan bahwasanya beliau itu ma’shum (terjaga). Di antara bentuk jaminan Allah subhanahu atasnya adalah penjagaan tersebut. Maka tidak boleh meninggalkan sesuatupun dari apa yang diperintahkan Allah kepadanya.

Ayat “Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” Yakni Allah tidak memberi mereka petunjuk karena taufik kepada kebaikan dan kebahagiaan itu terhalang dari Allah atas orang – orang yang kafir. Mereka itu dengan sebab kekufuran mereka terhalang dari rahmat Allah.

Ayat “Wahai Ahli Kitab! Kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.” menunjukkan bahwa kaum Yahudi dan Nashara tidaklah dianggap beragama secara faktual hingga mereka beramal dengan Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Sehingga mereka beriman dengan Muhammad ‘alaihissholatu wasallam dan beramal sesuai dengan itu sebagaimana yang disebutkan dalam dua kitab suci itu.

Barangsiapa yang kafir maka Allah akan menambah kekafiran atas kekufuran mereka itu dan kedurhakaan mereka yakni melampaui batas dalam kezhaliman dan berlebih – lebihan di dalamnya.

Ibrah bagi seorang muslim dari ayat – ayat ini adalah mengetahui bahwasanya ia tidak dianggap berada di atas sesuatu dalam urusan agama ini hingga ia menegakkan Al-Qur’an sehingga dia mendapat petunjuk dengan petunjuknya dan berkomitmen dengan hukum – hukumnya.

Ayat “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi….” QS. Al-Ma’idah: 69 mengisyaratkan bahwa ahli kitab itu tidaklah menegakkan agama Allah. Mereka tidak menjaga nash – nash kitab yang diturunkan dan tidak membiarkan apa yang ada di sisi mereka sesuai dengan zhahirnya namun mereka menakwilkannya dengan penakwilan yang fasad. Mereka tidak beriman terhadap Allah dan hari akhir serta tidak beramal sholih.

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Tafsir Al-Munir karya Syaikh Wahbah Zuhaili.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *