Setelah memasuki jenjang pernikahan, sudah sewajarnya bagi pasangan suami istri untuk memiliki buah keturunan sebagai sebuah fitrah manusia. Sebuah fitrah yang menjadikan orang tua bergembira karena datangnya buah hati tersebut sebagai perhiasan dunia di samping adanya harta. Allah berfirman:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi 18 : 46).
Setelah bergembira dengan datangnya buah hati dalam sebuah keluarga, setiap keluarga juga pastinya menginginkan agar anaknya kelak menjadi anak yang sukses secara gemilang. Bagi umat Islam, tentunya kesuksesan yang hakiki adalah ketika seorang anak sukses di dunia dan akhirat sebagaimana doa sapu jagat yang senantiasa dibaca dalam setiap kesempatan:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Al-Baqarah 2 : 201).
Sebuah kesuksesan gemilang yang tidak hanya sukses dalam menguasai matematika, IPA, Bahasa, dsb namun juga kesuksesan gemilang dalam hal yang lebih jauh lagi kesuksesan di akhirat nanti. Karena apa artinya sukses di dunia namun celaka di akhirat na’udzubillahi mindzalik.
Sebuah kesuksesan tidak datang begitu saja secara alami. Para orang tua lah yang memiliki peran yang sangat besar dalam mencapai kesuksesan itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tua nyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?” (HR. Bukhari).
Dari hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa orang tua lah yang memiliki andil yang besar untuk menjadikan anaknya sebagai seorang muslim, yahudi, nasrani, atau majusi. Bahkan orang tua yang muslim pun dalam menjadikan anaknya muslim masih akan bertingkat – tingkat lagi, ada yang islamnya hanya KTP, Islam yang liberal, Islam yang lurus, dsb. Maka sangat penting bagi orang tua untuk memainkan perannya dengan baik apabila anaknya ingin menjadi seorang anak yang sukses di dunia dan akhirat.
Lalu apa peran yang harus dimainkan oleh para orang tua muslim dalam mempersiapkan anak – anaknya untuk gemilang di usia belia? Setidaknya ada 4 hal yang harus diperankan oleh para orang tua muslim agar anak – anaknya nanti sukses di dunia dan akhirat insya Allah dengan izin Allah.
- Mendidik anak – anaknya dengan ilmu agama dan ilmu dunia.
Banyak sekali ayat – ayat di dalam al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita para orang tua untuk mendidik anak kita dengan baik.
Allah berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (QS. Thaha 20 : 132).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS. At-Tahrim 66 : 6).
Bagaimana bisa diri kita dan keluarga kita selamat dari api neraka apabila kita tidak mengenal Allah dan hukum – hukumnya? Oleh karena itu merupakan peran yang sangat penting bagi para orang tua untuk mendidik anak – anaknya agar mengetahui berbagai perkara dalam agama ini agar selamat dunia akhirat.
- Memberikan nafkah yang halal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [المؤمنون: 51] وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 172] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟ “
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?.” (HR. Muslim).
Adalah salah satu peran para orang tua yang sangat penting juga adalah memastikan setiap makanan, pakaian, dan hal – hal lainnya yang digunakan oleh anak – anaknya adalah harta yang halal. Sebab sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah shallallahu a’alaihi wasallam dalam hadits di atas, bagaimana mungkin kita mendapatkan kesuksesan yang hakiki di dunia dan akhirat apabila harta yang kita gunakan adalah harta haram?
- Menjadi qudwah hasanah atau suri teladan yang baik.
Allah berfirman mengenai Rasulullah:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab 33 : 21).
Sebagaimana Rasulullah yang menjadi suri teladan bagi umatnya, demikian juga hendaknya para orang tua menjadi suri teladan bagi anak – anaknya. Bagaimana mungkin umat Rasulullah akan mau mengikuti apa yang Beliau perintahkan kalau Rasulullah sendiri enggan untuk melakukannya? Begitu juga dengan para orang tua yang memerintahkan anak – anaknya untuk sholat namun mereka sendiri tidak sholat, tentu anak – anaknya juga akan enggan untuk melaksanakannya. Maka sesungguhnya pendidikan yang terbaik adalah dengan suri teladan langsung secara nyata.
- Memilihkan lingkungan yang baik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.” (HR. At-Tirmidzi. Beliau berkata, hadits ini hadits hasan gharib).
Salah satu penentu juga kesuksesan seorang anak adalah pergaulan dengan temannya. Seseorang yang tumbuh besar dalam lingkungan yang tidak baik juga akan menjadi anak yang tidak baik. Betapa banyak kita jumpai seorang anak yang baik dan sholeh namun berubah 180 derajat karena pergaulan dengan teman – temannya di sekolahnya. Oleh karena itu salah satu peran orang tua adalah memilihkan dan menjadikan lingkungan tempat tumbuh dan berkembangnya seorang anak adalah lingkungan yang kondusif untuk taat kepada Allah ta’ala.
Demikianlah sekilas peran para orang tua muslim dalam mempersiapkan anak – anaknya untuk sukses gemilang sejak usia belia. Sebagai sebuah keluarga kita semua akan diminta pertanggunggjawaban oleh Allah subhahanahu wa ta’ala kelak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan hidayah serta taufiq nya untuk dapat senantiasa mengemban amanah yang besar ini dengan baik. Amiiin