Dari Ibnu ‘Abbas beliau berkata:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita, karena mereka mengingkari”. Ditanyakan: “Apakah mereka mengingkari Allah?” Beliau bersabda: “Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: ‘aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”. HR. Bukhari.
Penjelasan Lafadz – Lafadz Hadits
أُرِيتُ النَّارَ
Artinya “Aku diperlihatkan neraka”. Ini adalah penglihatan mata yang terjadi ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dinaikkan ke langit – langit yang tertinggi (peristiwa mi’raj).
يَكْفُرْنَ
Artinya “mereka (kaum wanita itu) mengingkari”. Kata kufur di sini bukanlah kata kufur yang dimaksud dengan kufur terhadap agama namun kufur di sini adalah kufur (mengingkari) nikmat dan kebaikan, sebagaimana firman Allah ta’ala:
أَفَبِٱلۡبَـٰطِلِ یُؤۡمِنُونَ وَبِنِعۡمَةِ ٱللَّهِ یَكۡفُرُونَ
“Mengapa (setelah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah?”. QS. Al-Ankabut: 67.
الْعَشِيرَ
Adalah suami yang bergaul dengannya. Dari kata العِشْرَة yang artinya menemani dan bersahabat.
الدَّهْرَ
Artinya adalah “masa”. Maksudnya adalah panjangnya masa, mulai dari permulaan hidup hingga akhir hayat.
رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا
Artinya “dia melihat satu saja kejelekan darimu”. Kata شَيْئًا dinakirahkan (tidak dibuat spesifik) untuk menunjukkan kecilnya perkara itu. Yakni sesuatu yang sangat kecil yang tidak pantas atau sesuatu yang tercela yang tidak mengherankan.
مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Artinya “aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”. Yakni dia mengingkari setiap kebaikan karena perasaan seorang perempuan mengalahkan akalnya. Oleh karena itulah ia cepat dalam mengingkari kemudian menyesali perbuatannya itu. Berbeda dengan laki – laki karena akalnya mengalahkan perasaannya.
Faidah Yang Dapat Diambil Dari Hadits
Pertama, haramnya mengingkari nikmat yang diberikan suami dan hak – haknya. Sesungguhnya perbuatan itu termasuk kemaksiatan dan perbuatan dosa besar.
Kedua, hadits ini mengandung peringatan bahwa kemaksiatan itu dapat mengurangi keimanan meskipun tidak sampai kepada kekafiran yang kekal di neraka.
Ketiga, dalam hadits ini terdapat petunjuk mengenai bolehnya sebutan kufur terhadap kufur nikmat. Oleh karena inilah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ
“Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan.”
Keempat, dalam hadits tersebut terdapat janji ancaman berupa neraka bagi yang mengingkari pemberian suami dan kebaikannya, hal ini menunjukkan bahwa keduanya merupakan dosa besar.
Kelima, dalam hadits ini terdapat pemisahan antara kufur dalam arti mengingkari kenikmatan dan kufur dalam arti mengingkari Allah. Kufur terhadap Allah akan menyebabkan pelakunya kekal abadi di neraka sementara kufur atau ingkar terhadap kebaikan mewajibkan ia diberi balasan.
Syaikh As-Shabuni menyampaikan: bila mengingkari nikmat suami dan kebaikannya saja mewajibkan diri seseorang ditimpa adzab, maka bagaimana halnya dengan orang yang mengingkari nikmat Sang Khaliq dan tidak mengakui keutamaan Zat yang memberinya berbagai macam kenikmatan? Maha Benar Allah:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَاۤۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَظَلُومࣱ كَفَّارࣱ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” QS. Ibrahim: 34.
Pengingat
Perkara kaum wanita sangat menakjubkan. Seorang laki – laki memberikan apa saja yang ada dalam kesanggupannya untuk menyediakan sebab – sebab yang dapat menentramkan dan membahagiakan pasangannya. Ia bekerja keras untuk dapat memberikan sesuatu kepada istrinya serta menjamin kebutuhan – kebutuhannya dan membahagiakannya. Ketika istrinya tersebut marah pada suatu hari, ia akan mengingkari setiap kebaikan yang pernah diberi dan berkata: “aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”.
Bagaimana bisa seorang istri mengingkari kebaikan suaminya? Sesungguhnya itu adalah naluri perasaan yang menguasai seorang wanita. Sungguh Allah ta’ala telah menganugerahkan perasaan ini kepada mereka untuk mengasuh anak – anak dan bersimpati kepada mereka. Pada seorang laki – laki terdapat akal dan perasaan akan tetapi akalnya lebih mendominasi daripada perasaannya. Demikian juga pada seorang wanita, padanya terdapat perasaan dan akal namun perasaannya lebih mendominasi akalnya. Seorang wanita dalam kondisi marah tidak berpikir dengan akalnya, oleh karena itulah ia mengingkari kebaikan suaminya dan mengatakan: “aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”. Kemudian setelah dirinya tenang, barulah ia menyadari kesalahannya sehingga ia menyesalinya. Oleh karena itulah sudah seharusnya bagi seorang laki – laki untuk tidak dikejutkan dengan perilaku yang demikian itu dari seorang istri dan janganlah membuatnya sangat marah hingga ia mendengar ucapan yang membuatnya jengkel dari istrinya itu. Maha Suci Allah Yang Maha Pemberi yang menganugerahkan kepada setiap makhluk sifat – sifat dan karakteristik yang sesuai untuk melanjutkan kehidupan. Oleh karena inilah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi nasehat mengenai wanita karena kelemahan mereka itu, beliau bersabda:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
“Nasehatilah para wanita karena wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah pangkalnya, jika kamu mencoba untuk meluruskannya maka dia akan patah namun bila kamu biarkan maka dia akan tetap bengkok. Untuk itu nasehatilah para wanita”. HR. Bukhari.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Disarikan dari Syarah al-Muyassar Li Shahih al-Bukhari oleh Syaikh Muhammad ‘Ali As-Shabuni.