Sungguh Allah ta’ala telah menjanjikan bagi orang – orang yang sholih pahala dan surga sedangkan bagi orang – orang yang kafir dan berbuat maksiat Allah mengancamnya dengan neraka. Bukti – bukti akan hal ini sangatlah banyak di dalam Kitabullah dan sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan telah mantap di dalam diri – diri kaum mu’minin bahwasanya surga adalah bagi orang – orang yang taat dan neraka disediakan bagi orang – orang yang bermaksiat dan bagi orang -orang yang kafir. Akan tetapi para ulama’ menimbulkan dua masalah syar’i (yakni dilandaskan pada kaidah – kaidah syar’iyah bukan pada kaidah -kaidah aqliyah), mereka berkata:
1. Apakah mungkin Allah tidak memberikan balasan kebaikan bagi orang – orang yang taat? Yakni bahwasanya Dia tidak memenuhi apa yang dijanjikan-Nya kepada mereka? Para ulama’ telah sepakat bahwa hal ini tidak mungkin secara syar’i karena bertentangan dengan kemuliaan ilahiyah.
2. Mereka berkata juga: apakah mungkin secara syar’i bahwa Dia tidak mengadzab orang -orang yang berbuat maksiat dan orang -orang yang kafir? Yakni bahwasanya Dia tidak memenuhi hukuman yang dijanjikan bagi mereka? Para ulama’ berbeda pendapat dalam hal ini, Asya’irah berkata: sesungguhnya hal ini mungkin secara syar’i karena maaf itu adalah termasuk dari tabiat kemuliaan, meninggalkan hukuman tidak menafikan kemuliaan bahkan termasuk salah satu hal yang menetapkannya.
Maturidiyah mengatakan: hal ini tidak mungkin secara syar’i, karena disebabkan oleh bahwasanya Allah ta’ala mengabarkan sesuatu kepada kita namun tidak terjadi yaitu hukuman bagi orang -orang yang bermaksiat (berarti Allah berdusta bila tidak memenuhi janjinya?).
Sesungguhnya kami katakan: (secara syar’i) bahwasanya masalah itu adalah masalah syariat dan dalilnya juga syariat, kecuali dari sisi aqliyah bahwa boleh – boleh saja adanya maaf bagi para pelaku kemaksiatan dan orang – orang yang kafir. Dapat engkau lihat bahwa masalah itu semuanya adalah bagian dari perkara – perkara yang bersifat asumsi. Sementara di dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam disebutkan bahwa janji balasan kebaikan bagi orang – orang yang taat dan ancaman siksa yang pedih bagi para pelaku kemaksiatan. Maka berdasarkan ini mari kita beramal sholih dan meninggalkan kemaksiatan. Terhadap apa yang ada pada kami dan asumsi – asumsi itu yang menjadikan berani berbuat maksiat, sungguh Allah berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” QS. Al-Zalzalah: 7-8.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhah, Al-Mukhtashar al-Mufid fii Syarh Jauharat at-Tauhid.
Kok gini