Faktor – Faktor Yang Menguatkan Kesabaran dan Keteguhan Hati Nabi dan Sahabat – Sahabatnya

Published by:

Orang yang masih memiliki perasaan tentu akan bertanya dan orang-orang yang berakal tentu tak habis pikir, apa sebab dan faktor yang dimiliki orang-orang Muslim sampai batasan ini serta mengapa mereka masih tabah? Bagaimana mungkin mereka bisa bersabar menghadapi berbagai macam tekanan yang bisa membuat kulit merinding dan hati bergetar hanya dengan mendengarkannya saja? Karena pertanyaan-pertanyaan yang mengusik hati inilah kami merasa perlu mengisyaratkan secara ringkas beberapa faktor dan sebab tersebut.

1. Iman kepada Allah Continue reading

Tahun Berduka Bagi Rasulullah

Published by:

Kematian Abu Thalib

Sakit Abu Thalib semakin bertambah parah, tinggal menunggu saat-saat kematian, dan akhirnya dia meninggal pada bulan Rajab tahun kesepuluh dari nubuwah, selang enam bulan setelah keluar dari pemboikotan. Ada yang berpendapat, dia meninggal dunia pada bulan Ramadhan, tiga bulan sebelum wafatnya Khadijah radhiyallahu ‘anha.

Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Al-Musayyab, bahwa tatkala ajal menghampiri Abu Thalib, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menemuinya, yang saat itu di sisinya ada Abu Jahal. Continue reading

Utusan Quraisy Terakhir Yang Menemui Abu Thalib

Published by:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari tempat pemboikotan, lalu berbuat seperti biasanya. Sekalipun orang-orang Quraisy sudah tidak mengusik masalah pemboikotan, toh mereka masih tetap melancarkan tekanan terhadap orang-orang Muslim dan menghalangi orang dari jalan Allah. Abu Thalib sendiri masih melindungi anak saudaranya. Tetapi usianya yang sudah udzur, yaitu lebih delapan puluh tahun, ditambah lagi penderitaan dan kesulitan yang harus dijalani sebelum itu selama masa pemboikotan itu, dia pun jatuh sakit. Orang orang Quraisy merasa takut terhadap nama baik mereka di kalangan bangsa Arab jika berbuat yang tidak-tidak terhadap anak saudaranya setelah Abu Thalib meninggal dunia. Maka dari itu mereka mengirim utusan sekali lagi, dan ini merupakan utusan Quraisy terakhir yang menemui Abu Thalib. Continue reading

Pemboikotan Nabi dan Kaummnya Secara Menyeluruh

Published by:

Selama empat pekan, tepatnya selama jangka waktu yang relatif singkat, ada empat kejadian besar di mata orang-orang musyrik, yaitu: Hamzah masuk Islam, disusul Umar, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menolak tawaran mereka dan kesepakatan bersama yang dijalin Bani Al-Muththalib dan Bani Hasyim , yang kafir maupun yang Muslim, untuk melindungi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka orang-orang musyrik merasa bingung dan memang mereka layak untuk merasa bingung. Mereka sadar, jika darah Muhammad tumpah karena ulah mereka, maka Makkah pasti akan digenangi darah manusia dan bahkan bisa membinasakan mereka semua. Karena menyadari hal ini, mereka beralih ke bentuk kezhaliman lain yang bukan pembunuhan, tetapi dengan sasaran yang sama. Continue reading

Abu Thalib Mengumpulkan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib

Published by:

Perjalanan situasi dan kondisi telah banyak yang berubah. Tetapi Abu Thalib masih dibayangi kekhawatiran terhadap gangguan orang-orang musyrik terhadap anak saudaranya. Dia menyimak kembali satu dua peristiwa yang sudah terjadi. Orang-orang musyrik pernah mengancamnya agar dia menghentikan anak saudaranya, kemudian berusaha menukarnya dengan Ammarah bin Al-Walid untuk dibunuh, Abu Jahal pernah mendatangi anak saudaranya sambil membawa batu untuk ditimpukkan kepadanya, Uqbah bin Abu Mu’ith pernah menjerat leher anak saudaranya dengan pakaiannya dengan maksud untuk membunuhnya, dan lain-lainnya. Abu Thalib mengingat-ingat kembali semua kejadian ini. Dia bisa mencium bau busuk yang menyengat di dalam sanubarinya dan merasa yakin bahwa orang-orang musyrik hendak merusak perlindungannya, dengan maksud menghabisi anak saudaranya. Hamzah atau Umar atau siapa pun tentu tak akan sanggup menghalangi orang-orang musyrik itu.

Abu Thalib merasa yakin dengan hal itu, bahwa mereka telah sepakat untuk membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara terang-terangan. Kesepakatan itu juga telah diisyaratkan di dalam firman Allah,

أَمْ أَبْرَمُوا أَمْرًا فَإِنَّا مُبْرِمُونَ

“Bahkan mereka telah menetapkan satu tipu daya (jahat), maka sesungguhnya Kami menetapkan (pula).” (Az-Zukhruf:79)

Lalu apa yang dikatakan Abu Thalib? Dia berdiri di tengah anggota keluarganya dari Bani Hasyim, Bani Al-Muththalib dan Abdi Manaf, meminta kesediaan mereka untuk melindungi anak saudaranya. Ternyata mereka menyanggupinya, yang kafir maupun yang Muslim, sebagai langkah untuk menjaga kekerabatan. Yang tidak bergabung dalam kesediaan ini adalah saudaranya, Abu Lahab. Dia memisahkan diri dari mereka dan bergabung bersama orang-orang Quraisy lainnya.

Rujukan:
Sirah Nabawiyah/Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri; Penerjemah: Kathur Suhardi; Penyunting: Yasir Maqosid; cet. 1–Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997.

Duta Quraisy Tercenung di Hadapan Rasulullah

Published by:

Setelah dua pahlawan yang gagah berani masuk Islam, yaitu Hamzah dan Umar, maka mendung serasa menggelantung dan orang-orang musyrik kerepotan mencari bentuk penyiksaan dan tekanan terhadap orang-orang Muslim. Mereka berusaha mengajukan berbagai macam penawaran kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang memungkinkan bisa diajukan, dengan satu tujuan, menghentikan dakwah. Mereka tidak sadar, apa pun yang sudah mendapat siraman sinar matahari, tak kan lagi ada artinya sehelai sayap nyamuk di hadapan dakwah beliau. Tidak heran jika kemudian mereka gagal mencapai apa yang mereka harapkan. Continue reading

Umar bin Al-Khaththab Masuk Islam

Published by:

Di tengah udara yang pengap karena dipenuhi awan kesewenang-wenangan dan kezhaliman, muncul berkas cahaya lain yang lebih terang dari cahaya yang pertama, yaitu keislaman Umar bin Al-Khaththab. Dia masuk Islam pada bulan Dzul Hijjah pada tahun keenam dari nubuwah, tepatnya tiga hari setelah keislaman Hamzah bin Abdul Muththalib. Continue reading