Orang yang Memulai Kebiasaan Baik atau Buruk (1)

Dari Abi Amru Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:

كُنَّا في صَدْر النَّهارِ عِنْد رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَجاءهُ قوْمٌ عُرَاةٌ مُجْتابي النِّمار أَو الْعَباءِ. مُتَقلِّدي السُّيوفِ عامَّتُهمْ من مضر، بَلْ كُلُّهُمْ مِنْ مُضرَ، فَتمعَّر وجهُ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، لِما رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقة، فدخلَ ثُمَّ خَرَجَ، فَأَمر بِلالاً فَأَذَّن وأَقَامَ، فَصلَّى ثُمَّ خَطبَ، فَقالَ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ} إِلَى آخِرِ الآية: {إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً} ،وَالآيةُ الأُخْرَى الَّتِي في آخر الْحشْرِ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ} تَصدَّق رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاع بُرِّه مِنْ صَاعِ تَمرِه حَتَّى قَالَ: وَلوْ بِشقِّ تَمْرةٍ” فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ الأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كادتْ كَفُّهُ تَعجزُ عَنْهَا، بَلْ قَدْ عَجزتْ، ثُمَّ تَتابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْميْنِ مِنْ طَعامٍ وَثيابٍ، حتَّى رَأَيْتُ وجْهَ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، يَتهلَّلُ كَأَنَّهُ مذْهَبَةٌ، فَقَالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: “مَنْ سَنَّ في الإِسْلام سُنةً حَسنةً فَلَهُ أَجْرُهَا، وأَجْرُ منْ عَملَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ ينْقُصَ مِنْ أُجُورهِمْ شَيءٌ، ومَنْ سَنَّ في الإِسْلامِ سُنَّةً سيَّئةً كَانَ عَليه وِزْرها وَوِزرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بعْده مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزارهمْ شَيْءٌ” رواه مسلم.

Ketika kami berada dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada permulaan siang, tiba-tiba datang segerombongan orang berpakaian lusuh, berpakaian selembar kain yang diselimutkan ke badan mereka sambil meletakkan pedang di leher – leher mereka. Kebanyakan mereka, mungkin seluruhnya berasal dari suku Mudlar. Ketika melihat mereka, wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terharu lantaran kemiskinan mereka. Beliau masuk ke rumahnya dan keluar lagi. Maka disuruhnya Bilal adzan dan iqamah, sesudah itu beliau shalat. Sesudah shalat, beliau berkhutbah. Beliau membacakan firman Allah: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri…, ” hingga akhir ayat, “Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian.” kemudian ayat yang terdapat dalam surat Al Hasyr: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)…, ” telah bersedekah seorang laki-laki dengan dinar dan dirhamnya, pakaiannya, satu sha’ gandum, satu sha’ kurma sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Meskipun hanya dengan setengah biji kurma.” Maka datanglah seorang laki-laki Anshar membawa sekantong yang hampir tak tergenggam oleh tangannya, bahkan tidak terangkat. Demikianlah, akhirnya orang-orang lain pun mengikuti pula memberikan sedekah mereka, sehingga kelihatan olehku sudah terkumpul dua tumpuk makanan dan pakaian, sehingga kelihatan olehku wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berubah menjadi bersinar bagaikan emas. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Barangsiapa yang memulai mengerjakan kebiasaan baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang memulai kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim).

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (مُجْتابي النِّمار), yaitu dengan jim dan sesudah alif ada ba’ bertitik satu. (النِّمَارِ) adalah jama’nya (نَمِرَةٍ), artinya pakaian dari bulu yang bergaris-garis (bagaikan macan lurik), sedang makna (مُجْتَابِيهَا) ialah mengenakannya sesudah melobangi di bagian kepala orang-orang yang memakainya. Ini berasal dari kata (الجَوْبُ), artinya memotong, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ

dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah (QS Al-Fajr 89:9). Yakni memahat dan memotongnya.

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam (تَمَعَّرَ), dengan ‘ain muhmalah, artinya berubah.

Adapun kata Rawi (yang meriwayatkan Hadis ini): (رَأَيْتُ كَوْمَينِ), boleh difathahkan kafnya dan boleh pula didhammahkan, artinya “Saya melihat dua buah tumpukan atau dua buah gundukan.”

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: (كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ), itu dengan menggunakan dzal mu’jamah dan fathahnya ha’ serta ba’ bertitik satu. Demikianlah yang dikatakan oleh al-Qadhi ‘lyadh dan lain-lain. Tetapi sebagian alim-ulama ada yang menulisnya lalu diucapkan (كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ) dengan menggunakan dal muhmaiah dan dhammahnya ha’ serta nun. Demikian ini yang dibenarkan oleh al-Humaidi. Tetapi yang shahih serta masyhur ialah yang pertama. Adapun artinya menurut kedua macam itu sama saja yakni bersih serta bercahaya.

Bahasa Hadits:

(صَدْر): permulaan

(عُرَاةٌ): jama’ dari (عَار) yaitu bertelanjang, maksudnya di sini adalah orang yang mengenakan pakaian yang lusuh atau usang.

(مُتَقلِّدي السُّيوفِ): meletakkan pedang – pedang mereka di leher – leher mereka seperti kalung.

(مُضرَ): qabilah dari qabilah – qabilah arab.

(رَقِيباً): menjaga amal – amal kalian.

(مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ): kebaikan apa yang telah dipersiapkan untuk hari kiamat.

(تَصدَّق): ini adalah fi’il madhi (kata kerja lampau), ia adalah khabar yang bermakna perintah, yakni hendaknya bershadaqah. Disebutkan dengan kata kerja lampau karena keadaannya yang lebih dapat menyampaikan maksud.

(صَاع): takaran orang – orang Madinah.

(بُرِّه): gandum.

(صُرَّةٍ): yang dipergunakan untuk meletakkan sesuatu di dalamnya kemudian mengikatnya.

(يَتهلَّلُ): bersinar dan bercahaya.

(سُنةً): jalan, cara, kebiasaan.

(وِزْرها): beban dosa.

Faidah Hadits:

  1. Merupakan kewajiban bagi orang yang memiliki kemudahan/kekayaan, untuk mengunjungi orang – orang yang membutuhkan dan bersegera untuk menolak bahaya (meringankan beban) dari mereka.
  2. Hadits ini menunjukkan kasih sayang Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dan kesedihan beliau atas orang – orang yang faqir dan membutuhkan.
  3. Kegembiraan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk kegembiraan para fuqara’, juga ikhtiar beliau untuk mendatangkan barang – barang yang bermanfaat dan dapat membahagiakan mereka.
  4. Baiknya pengarahan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan hikmahnya dalam menguatkan sisi persaudaraan dan kecintaan di antara kaum muslimin dan mengalihkan perhatian kepada kebutuhan untuk saling tolong – menolong.
  5. Kesan/pengaruh iman kepada Allah ta’ala dan hari akhir pada tingkah laku seorang muslim dan kesegeraan untuk berbuat kebaikan.
  6. Dorongan untuk shadaqah dan infaq meskipun dengan sesuatu yang sedikit, karena yang banyak itu tersusun dari yang sedikit.
  7. Bergegasnya kaum muslimin untuk menjawab petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, dan berlomba – lombanya mereka untuk mengerjakan kebaikan.
  8. Anjuran bagi seorang muslim untuk menjadi teladan yang shalih dalam kebaikan dan kebajikan serta peringatan terhadap orang yang menjadi teladan keburukan dalam kebatilan dan kemunkaran.
  9. Siapa yang berbuat kebaikan maka baginya pahala semisal orang yang mengikutinya untuk mengerjakannya, barangsiapa yang berbuat keburukan maka baginya dosa semisal orang yang mengikutinya.
  10. Perkara – perkara baru yang di dalamnya terdapat maslahat dan manfaat adalah termasuk bid’ah hasanah (hal – hal baru yang baik). Apabila di dalam perkara – perkara yang baru tersebut terdapat keburukan dan kesesatan maka ia termasuk dalam bid’ah sayyiah dan dholalah (hal – hal baru yang buruk dan sesat).

Maraji’:

al-Bugha, Dr. Musthafa dkk. Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhus Shalihin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *