Makhluk Allah yang paling utama adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” QS. Al-Hujurat: 13.
Para Rasul adalah makhluk Allah yang paling bertakwa. Di antara mereka sendiri bertingkat – tingkat juga keutamaannya. Allah ta’ala berfirman:
تِلۡكَ ٱلرُّسُلُ فَضَّلۡنَا بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضࣲۘ
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain.” QS. Al-Baqarah: 253.
Yang paling utama di antara para Rasul itu adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena para Rasul itu masing – masing diutus kepada kaumnya secara khusus. Sedangkan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus kepada manusia seluruhnya baik itu yang ada di zamannya maupun yang ada sesudahnya hingga hari kiamat. Sungguh Allah ta’ala telah menjaga kitab yang diturunkan kepadanya dan juga menjaga sunnahnya. Maka seolah – olah ia adalah naungan hidup di antara manusia yang menunjukkan mereka kepada jalan yang benar. Allah pun menampakkan agamanya, menegakkan daulahnya (negaranya), dan memuliakan ummatnya. Hal ini tidak ada pada diri Rasul – Rasul yang lain. Sungguh beliau telah menyatakan yang demikian itu dengan sabdanya:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
“Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat kelak, aku adalah orang yang muncul lebih dahulu dari kubur, aku adalah orang yang paling dahulu memberi syafa’at, dan aku adalah orang yang paling dahulu dibenarkan memberi syafa’at.” HR. Muslim.
Allah ta’ala menunjukkan kepada keutamaannya dalam firman-Nya:
كُنتُمۡ خَیۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” QS. Ali Imran: 110.
Rasul dari umat terbaik adalah Rasul terbaik.
Adapun sabdanya shallallahu ‘alaihi wasallam:
لَا تُخَيِّرُونِي عَلَى مُوسَى
“Jangan kalian lebihkan aku diatas Musa” HR. Bukhari dan Muslim.
Dalam riwayat lain:
لَا تُفَضِّلُوا بَيْنَ أَنْبِيَاءِ اللَّهِ
“Janganlah kamu mengutamakan seorang nabi daripada nabi Allah yang lain.” HR. Bukhari dan Muslim.
Hadits tersebut merupakan hadits dalam bahasan tawadhu’ dan ta’dib (pengajaran) bagi umatnya hingga tidak melampaui batas dalam pengutamaan sehingga sampai pada salah satu jenis perbuatan yang merendahkan martabat para Nabi. Yang demikian itu adalah tidak diperkenankan.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhah, Al-Mukhtashar al-Mufid fii Syarh Jauharat at-Tauhid.