Mengingat Nikmat Allah Atas Rasul dan Kaum Muslimin

Tags:

Ibnu Jarir at-Thabari mengeluarkan riwayat dari ‘Ikrimah dan Yazid bin Abi Ziyad bahwa suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar bersama Abu Bakar, Utsman, ‘Ali, Thalhah, dan ‘Abdur Rahman bin ‘Auf. Mereka masuk ke tempat Ka’ab bin al-Asyraf dan Yahudi Bani Nadhir untuk meminta mereka merealisasikan pembayaran diyat yang menimpanya. Bani Nadhir kemudian berkata: baik, duduklah hingga kami menyediakan makanan dan memberikan apa yang engkau minta kepada kami. Maka kemudian Nabi duduk. Berkatalah Huyay bin Akhthob kepada para sahabatnya: aku tidak melihat ada kesempatan yang lebih dekat daripada kesempatan sekarang ini. Lemparkanlah batu kepadanya sehingga ia terbunuh dan tidak akan engkau lihat keburukan lagi selama – lamanya. Maka mereka pun datang ke tempat tinggi hendak menimpakan batu kepada Nabi. Kemudian Allah menahan batu tersebut dari tangan – tangan mereka hingga Jibril datang di tempat itu. Maka Allah pun menurunkan ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.” QS. Al-Ma’idah: 11.

Dalam riwayat lain dari Qatadah, suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di bawah pohon kurma pada peperangan yang ketujuh (yakni perang Dzatur Riqo’), kemudian Bani Tsa’labah dan Bani Maharib hendak membunuh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga mereka mengutus seorang arab Badwi yang kemudian datang kepada Nabi saat beliau tidur. Kemudian ia pun mengambil senjata Nabi dan berkata: siapakah yang akan menghentikan antara aku dan engkau? Nabi bersabda kepadanya: Allah. Maka kemudian pedangnya disarungkan dan Nabi tidak membalasnya.

Abu Nu’aim dalam Dalail an-Nubuwwah mengeluarkan riwayat dari jalan al-Hasan dari Jabir bin Abdullah bahwa ada seorang laki – laki dari Maharib (dikatakan namanya adalah Ghaurats bin al-Harits) berkata kepada kaumnya: aku akan membunuh Muhammad bagi kalian. Maka kemudian ia menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang pada waktu itu sedang duduk dan pedangnya disarungkam. Dia berkata: Wahai Muhammad, apakah engkau lihat pedangmu ini? Beliau menjawab: ya. Kemudian ia pun mengambil pedang Nabi dan mengeluarkannya dari sarungnya dan ia hendak menebaskannya, maka Allah ta’ala pun menahannya. Ia berkata lagi: Wahai Muhammad apakah engkau takut kepadaku? Beliau menjawab: tidak. Lalu ia bertanya lagi: apakah engkau takut kepadaku dan pedang yang ada di tanganku? Beliau menjawab: tidak. Allah akan menahannya dari mu. Kemudian ia menyarungkan pedangnya dan memberikannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka kemudian Allah menurunkan QS. Al-Ma’idah ayat 11 tadi.

Al-Qusyairiy berkata: sungguh ayat ini diturunkan dalam suatu kisah kemudian turun penyebutannya sekali lagi sebagai pengingat yang telah lalu.

Dalam surat al-Ma’idah ayat 11 tadi, Allah ta’ala mengingatkan kaum mu’minin atas nikmat yang Allah berikan kepada mereka dengan menolak keburukan dan musibah terhadap Nabi mereka serta membalikkan tipu daya musuh – musuh mereka yang banyak dan kuat sedangkan kaum muslimin lemah dan sedikit. Musuh – musuh mereka itu bermaksud dan berazam untuk menyergap kalian. Akan tetapi Allah menguatkan rasul-Nya dan menolong agama-Nya serta menyempurnakan cahayanya meskipun orang – orang kafir tidak menyukainya.

Mengingat nikmat Allah yang tidak terhitung menuntut adanya komitmen untuk bertaqwa. Oleh karena itu Allah ta’ala memerintahkan untuk bertaqwa dan bertawakal kepada Allah setelah mengingatkan atas nikmat-Nya dalam surat al-Ma’idah ayat 11 di atas. Allah ta’ala berfirman:

وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.” QS. Al-Ma’idah: 11.

Yakni jadikanlah ketaqwaan kepada Allah sebagai persiapan yang bermanfaat dan tempat berlindung bagi kalian dari adzab Allah. Bertawakal lah kepada Allah dengan sebenar – benarnya tawakal. Maka barangsiapa yang bertawakal kepada Allah – setelah ia menjalani sebab – sebab – maka Allah akan memenuhi apa saja yang menjadi maksudnya, menjaganya dan melindunginya dari keburukan manusia.

Wallahu ‘alam bi as-shawab

Rujukan:
Tafsir Al-Munir karya Syaikh Wahbah Zuhaili.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *