Mandi yang disunnahkan ada tujuh belas:
- Mandi Jumat.
Riwayat Bukhari, Muslim, dan yang lainnya dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ
Jika salah seorang dari kalian hendak menunaikan shalat Jum’at, hendaklah ia mandi terlebih dahulu.
Khabar yang disampaikan oleh at-Tirmidzi menjadikan hukum mandi sebelum shalat jumat adalah tidak wajib:
مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ وَمَنْ اغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ أَفْضَلُ
Barang siapa yang berwudhu pada hari Jum’at maka hal itu sudah mencukupinya dan baik, akan tetapi barang siapa yang mandi, maka mandi itu lebih utama.
- Sebelum shalat idul fitri dan idul adha
Imam Malik meriwayatkan di dalam kitab al-Muwaththa’ nya bahwasanya Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mandi pada hari raya idul fitri sebelum pergi ke musholla. Adapun sunnahnya mandi sebelum shalat idul adha diqiyaskan kepada hari raya idul fitri pada riwayat tersebut.
- Sebelum sholat Istisqa’ (meminta hujan)
- sholat khusuf (gerhana bulan)
- sholat kusuf (gerhana matahari)
Kami tidak menemukan dalil naqli mengenai disukainya mandi sebelum melaksanakan ketiga shalat tersebut. Barangkali para ulama’ mengqiyaskan disukainya mandi sebelum melaksanakan ketiga shalat tersebut kepada shalat jumat dan shalat dua hari raya karena pada maknanya memiliki kesamaan dari sisi disyariatkannya jamaah pada shalat tersebut dan berinteraksinya manusia pada saat melaksanakannya.
- Mandi setelah memandikan mayit.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مِنْ غُسْلِهِ الْغُسْلُ وَمِنْ حَمْلِهِ الْوُضُوءُ يَعْنِي الْمَيِّتَ
Setelah memandikan mayit, mandi dan setelah mengangkatnya berwudlu, yakni mayit. (HR. At-Tirmidzi dan yang lainnya. Beliau berkata hadits ini hadits hasan).
- Orang kafir ketika ia masuk Islam.
عَنْ قَيْسِ بْنِ عَاصِمٍ أَنَّهُ أَسْلَمَ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ
Dari Qais bin ‘Ashim bahwasanya setelah dia masuk Islam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkannya untuk mandi dengan air dan daun bidara. (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi, beliau berkata hadits ini hadits hasan).
At-Tirmidzi mengatakan berkata setelah meriwayatkan hadits tersebut: Ahlul ilmi mengamalkannya dengan berpendapat sunnah bagi orang yang baru masuk Islam untuk mandi dan mencuci pakaiannya.
Mandi ini bukan merupakan kewajiban karena ketiadaan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada setiap orang yang baru masuk Islam untuk mandi terlebih dahulu.
- Gila dan,
- Orang yang pingsan ketika ia tersadar.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata:
ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَصَلَّى النَّاسُ قُلْنَا لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ قَالَ ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ قَالَتْ فَفَعَلْنَا فَاغْتَسَلَ فَذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَلَّى النَّاسُ قُلْنَا لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ قَالَتْ فَقَعَدَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ ذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ أَصَلَّى النَّاسُ قُلْنَا لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ فَقَعَدَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ ذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ أَصَلَّى النَّاسُ فَقُلْنَا لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
Pernah suatu hari ketika sakit Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam semakin berat, beliau bertanya: “Apakah orang-orang sudah shalat?” Kami menjawab, “Belum, mereka masih menunggu engkau” Beliau pun bersabda: “Kalau begitu, bawakan aku air dalam bejana.” Maka kamipun melaksanakan apa yang diminta beliau. Beliau lalu mandi, lalu berusaha berdiri dan berangkat, namun beliau jatuh pingsan. Ketika sudah sadarkan diri, beliau kembali bertanya: “Apakah orang-orang sudah shalat?” Kami menjawab, “Belum wahai Rasulullah, mereka masih menunggu engkau.” Kemudian beliau berkata lagi: “Bawakan aku air dalam bejana.” Beliau lalu duduk dan mandi. Kemudian beliau berusaha untuk berdiri dan berangkat, namun beliau jatuh pingsan lagi. Ketika sudah sadarkan diri kembali, beliau berkata: “Apakah orang-orang sudah shalat?” Kami menjawab lagi, “Belum wahai Rasulullah, mereka masih menunggu engkau.” Kemudian beliau berkata lagi: “Bawakan aku air dalam bejana.” Beliau lalu duduk dan mandi. Kemudian beliau berusaha untuk berdiri dan berangkat, namun beliau jatuh dan pingsan lagi. Ketika sudah sadarkan diri, beliau pun bersabda: “Apakah orang-orang sudah shalat?” Kami menjawab lagi, “Belum wahai Rasulullah, mereka masih menunggu engkau.”….(HR. Bukhari dan Muslim).
(ثَقُلَ) semakin berat sakitnya.
(الْمِخْضَبِ) bejana tempat mencuci pakaian.
(لِيَنُوءَ) bangkit dengan sungguh – sungguh dan kesulitan.
Orang yang gila diqiyaskan kepada orang yang pingsan karena gila semakna dengan pingsan bahkan gila lebih kehilangan akal daripada pingsan.
- Mandi ketika ihram.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahua ‘anhu:
أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَجَرَّدَ لِإِهْلَالِهِ وَاغْتَسَلَ
Bahwasanya beliau melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ihram dengan melepas pakaian beliau lalu mandi. (HR. At-Tirmidzi. Beliau berkata hadits ini hadits hasan gharib).
(لِإِهْلَالِهِ) yaitu untuk ihramnya. (الإِهْلَالِهِ) yaitu mengeraskan suara ketika bertalbiyah saat ihram.
- Mandi untuk masuk kota Makkah.
Dari Nafi’:
كَانَ لَا يَقْدَمُ مَكَّةَ إِلَّا بَاتَ بِذِي طَوًى حَتَّى يُصْبِحَ وَيَغْتَسِلَ ثُمَّ يَدْخُلُ مَكَّةَ نَهَارًا وَيَذْكُرُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ فَعَلَهُ
bahwa Ibnu Umar tidak pernah memasuki kota Makkah kecuali ia bermalam terlebih dahulu di Dzi Thuwa sampai waktu pagi datang. Setelah itu, ia mandi dan baru memasuki kota Makkah pada siang harinya. Ia menyebutkan bahwa hal tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau melakukannya. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Mandi untuk wukuf di Arafah.
Dari Nafi’:
كَانَ يَغْتَسِلُ لِإِحْرَامِهِ قَبْلَ أَنْ يُحْرِمَ وَلِدُخُولِهِ مَكَّةَ وَلِوُقُوفِهِ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ
bahwa Abdullah bin Umar mandi untuk ihram sebelum dia berihram, mandi untuk memasuki kota Makkah dan mandi untuk wukuf pada malam Arafah. (HR. Malik).
- Mandi untuk mabit di Muzdalifah.
Yang lebih shahih adalah tidak disunnahkan mandi untuk mabit di Muzdalifah.
- Mandi untuk melempar tiga jumrah.
- Mandi untuk Thawaf.
Yang lebih kuat adalah tidak disunnahkan mandi untuk thawaf.
- Mandi untuk sa’i.
- Mandi untuk masuk kota Madinah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maraji’:
al-Bugha, Dr. Musthafa Diib. At-Tadzhib fii Adillat Matan al-Ghayah wa at-Taqrib.