Tafsir QS. Al-An’am: 17-19
Allah ta’ala berfirman:
وَإِن یَمۡسَسۡكَ ٱللَّهُ بِضُرࣲّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥۤ إِلَّا هُوَۖ وَإِن یَمۡسَسۡكَ بِخَیۡرࣲ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ قَدِیرࣱ * وَهُوَ ٱلۡقَاهِرُ فَوۡقَ عِبَادِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡحَكِیمُ ٱلۡخَبِیرُ * قُلۡ أَیُّ شَیۡءٍ أَكۡبَرُ شَهَـٰدَةࣰۖ قُلِ ٱللَّهُۖ شَهِیدُۢ بَیۡنِی وَبَیۡنَكُمۡۚ وَأُوحِیَ إِلَیَّ هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانُ لِأُنذِرَكُم بِهِۦ وَمَنۢ بَلَغَۚ أَىِٕنَّكُمۡ لَتَشۡهَدُونَ أَنَّ مَعَ ٱللَّهِ ءَالِهَةً أُخۡرَىٰۚ قُل لَّاۤ أَشۡهَدُۚ قُلۡ إِنَّمَا هُوَ إِلَـٰهࣱ وَ ٰحِدࣱ وَإِنَّنِی بَرِیۤءࣱ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ
Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dia Mahabijaksana, Maha Mengetahui. Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” Katakanlah, “Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai (Al-Qur’an kepadanya). Dapatkah kamu benar-benar bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?” Katakanlah, “Aku tidak dapat bersaksi.” Katakanlah, “Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).” QS. Al-An’am: 17-19
Tafsir Al-Wajiz:
Jika kalian wahai manusia menghadapi bahaya berupa kefakiran atau sakit, tidak ada seorang pun yang kuasa untuk mengangkat madharat itu kecuali Allah. Jika engkau memperoleh kebaikan berupa kekayaan atau kesehatan, maka sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu berupa sampainya kebaikan, keburukan, atau selainnya.
Allah itu adalah Yang Menguasai hamba – hamba-Nya, Dia Maha Bijaksana dalam perbuatan – perbuatan-Nya, Dia Maha Mengetahui yang baik bagi hamba – hamba-Nya.
Katakanlah wahai Rasul kepada orang yang menuntut adanya kesaksian atas kenabian dan kebenaranmu: yakni saksi yang lebih agung dan lebih utama dalam membenarkan. Katakanlah: Allah adalah saksi bagiku, Dia adalah saksi yang paling agung bagi Rasul-Nya di hadapan makhluk-Nya. Allah mewahyukan kepadaku al-Qur’an ini untuk memberi peringatan berupa adzab bagi siapa saja yang durhaka dan tidak beriman. Aku memberi peringatan dengannya bagi manusia mana saja yang sampai kepadanya risalah ini hingga hari kiamat. Dapatkah kamu wahai kaum musyrikin benar-benar bersaksi tanpa hujah bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah? Katakanlah kepada mereka: Aku tidak dapat bersaksi akan adanya tuhan – tuhan lain bersama Allah, maka hal itu membatalkan kesaksian – kesaksian itu, dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian katakan dan kalian sekutukan berupa berhala – berhala itu. Pemimpin – pemimpin Makkah berkata: Wahai Muhammad kami tidak melihat seorang pun yang membenarkanmu terhadap apa yang kamu katakan berupa risalah itu, maka tunjukkanlah kepada kami siapa yang akan bersaksi bagimu bahwasanya engkau adalah Rasul sebagaimana engkau klaim. Maka kemudian Allah ta’ala menurunkan ayat ini.
Fiqih Kehidupan dan Hukum – Hukumnya
Setiap yang memiliki sesuatu maka baginya ada hak untuk bertindak secara mutlak pada sesuatu itu. Pada setiap yang mewujudkan sesuatu terdapat kuasa untuk mendatangkan apa yang bermanfaat bagi sesuatu itu dan menghalau apa yang membahayakan bagi sesuatu itu. Allah adalah pemilik langit dan bumi dan apa yang ada pada keduanya, Dia adalah al-Khaliq atau Pencipta segala sesuatu, maka hanya Dia saja yang kuasa untuk mendatangkan manfaat bagi makhluk-Nya dan menghalau bahaya dari makhluk – makhluk-Nya. Engkau wahai Muhammad dan setiap manusia yang ada, sesungguhnya diturunkan terhadapmu kesulitan berupa kefakiran atau sakit, tidak ada yang dapat mengangkatnya dan tidak ada yang dapat mengubahnya kecuali Dia. Jika Ia memberimu kesehatan, kemakmuran, dan kenikmatan, maka Dia lah Yang Sempurna Kuasanya atas segala sesuatu baik itu berupa kebaikan atau keburukan.
Allah juga lah yang menguasai dan mengawasi hamba – hamba-Nya. Akan tetapi Dia menguasainya dengan hikmah dalam perintah-Nya, dan mengetahui dengan sebenar – benarnya mengetahui secara mendalam terhadap amal – amal hamba-Nya.
Allah adalah saksi yang paling besar, paling agung, dan paling benar. Dia adalah saksi yang benar dengan ketuhanannya. Sungguh telah tegak dalil – dalil dan bukti – bukti dalam diri kita dan alam semesta ini atas ke-Esaan-Nya. Maka menegakkan bukti – bukti atas ke-Esaan-Nya adalah kesaksian yang paling besar dan paling agung. Telah ada dalam fitrah manusia itu sesuatu yang memberi petunjuk kepada keimanan terhadap adanya tuhan yang satu yang disifati dengan sifat – sifat yang sempurna. Orang – orang yang adil dan berakal bersaksi terhadap ke-Esaan-Nya sebagaimana firman-Nya ta’ala:
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلۡعِلۡمِ قَاۤىِٕمَۢا بِٱلۡقِسۡطِۚ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡحَكِیمُ
Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Maha-bijaksana. QS. Ali Imran: 18.
Allah juga bersaksi terhadap kebenaran risalah Rasul dengan kabar dalam Qur’an-Nya:
مُّحَمَّدࣱ رَّسُولُ ٱللَّه
Muhammad adalah utusan Allah. QS. Al-Fath: 29.
إِنَّاۤ أَرۡسَلۡنَـٰكَ بِٱلۡحَقِّ بَشِیرࣰا وَنَذِیرࣰا
Sungguh, Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. QS. Al-Baqarah: 119.
Allah juga bersaksi dengan menguatkannya dengan mukjizat di antaranya yang paling penting adalah al-Qur’an al-Karim, mukjizat Islam yang besar yang tetap ada hingga hari kiamat. Kitab – kitab sebelumnya juga bersaksi baginya, para Rasul sebelumnya juga memberi berita gembira akan kedatangannya, yang demikian itu masih ada dalam kitab – kitab orang Yahudi dan Nashara.
Setiap kesaksian ini adalah penguat yang menunjukkan bahwa Allah adalah saksi antara Muhammad Nabi-Nya dan antara kaum musyrik bahwasanya dia menyampaikan risalah kepada mereka, telah menunaikan amanah, benar dalam perkataan, dan telah menasehati ummat. Juga sebagai penguat bahwasanya Allah adalah saksi dalam penetapan ke-Esaan-Nya dan kesucian-Nya dari sekutu – sekutu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu diperintahkan untuk menyampaikan al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan firman Allah ta’ala:
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ مَاۤ أُنزِلَ إِلَیۡكَ مِن رَّبِّكَ
Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. QS. Al-Ma’idah: 67.
Dalam Shahih Bukhari dari Abdullah bin ‘Amru dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Sampaikan dariku sekalipun satu ayat”.
Muqotil berkata: Barangsiapa yang sampai al-Qur’an kepadanya baik itu dari kalangan Jin dan Manusia, maka itu adalah peringatan baginya.
Dari apa yang diwahyukan kepada Nabi yang dengannya ia memberi peringatan dapat disimpulkan: bahwasanya pernyataan tauhid itu adalah benar dan wajib, sedangkan pernyataan syirik itu adalah batil dan tertolak.
Sungguh amatlah berat mengemban al-Qur’an itu kepada kaum musyrikin. Mereka mencelanya dan mencaci makinya. Dalam ayat ini dan ayat -ayat lainnya, perilaku mereka yang menjadikan tuhan – tuhan lain bersama Allah itu diingkari. Ketika mereka memaksa Nabi untuk bersaksi atas kesyirikan mereka, Nabi tidak mau bersaksi atasnya. Jika telah kokoh batilnya kesyirikan, maka pernyataan tauhid itu adalah suatu perkara yang wajib. Pernyataan meng-Esakan Allah dan berlepas diri dari kesyirikan adalah pernyataan yang dikatakan oleh Nabi dan kaum mu’minin.
Kalimat dalam QS. Al-An’am ayat 19:
لَّاۤ أَشۡهَدُۚ قُلۡ إِنَّمَا هُوَ إِلَـٰهࣱ وَ ٰحِدࣱ وَإِنَّنِی بَرِیۤءࣱ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ
“Aku tidak dapat bersaksi.” Katakanlah, “Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).”
menunjukkan kepada wajibnya bertauhid dan berlepas diri dari syirik dalam tiga cara:
Pertama, firman-Nya: “Katakanlah: Aku tidak dapat bersaksi.” yakni aku tidak dapat bersaksi dengan apa yang mereka sebutkan berupa penetapan adanya sekutu bagi Allah.
Kedua, firman-Nya: “Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa”. Kata “sesungguhnya” di sini berfaedah pembatasan, dan kata Esa di sini jelas memunjukkan kepada tauhid dan menafikan sekutu – sekutu.
Ketiga, firman-Nya: “Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”. Di dalamnya terdapat penegasan terhadap berlepas dirinya dari menetapkan adanya sekutu – sekutu.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
1. Tafsir Al-Wajiz Syaikh Wahbah Zuhaili.
2. Tafsir Al-Munir Syaikh Wahbah Zuhaili.