Kisah Nabi Syuaib ‘Alaihissalam

Tafsir QS. Al-A’raf, ayat 85-87

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ * وَلَا تَقۡعُدُوا۟ بِكُلِّ صِرَ ٰ⁠طࣲ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَن سَبِیلِ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِهِۦ وَتَبۡغُونَهَا عِوَجࣰاۚ وَٱذۡكُرُوۤا۟ إِذۡ كُنتُمۡ قَلِیلࣰا فَكَثَّرَكُمۡۖ وَٱنظُرُوا۟ كَیۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِینَ * وَإِن كَانَ طَاۤىِٕفَةࣱ مِّنكُمۡ ءَامَنُوا۟ بِٱلَّذِیۤ أُرۡسِلۡتُ بِهِۦ وَطَاۤىِٕفَةࣱ لَّمۡ یُؤۡمِنُوا۟ فَٱصۡبِرُوا۟ حَتَّىٰ یَحۡكُمَ ٱللَّهُ بَیۡنَنَاۚ وَهُوَ خَیۡرُ ٱلۡحَـٰكِمِینَ

Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syuaib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.” Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika ada segolongan di antara kamu yang beriman kepada (ajaran) yang aku diutus menyampaikannya, dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah sampai Allah menetapkan keputusan di antara kita. Dialah hakim yang terbaik. QS. Al-A’raf: 85-87.

Madyan adalah nama kabilah, dapat pula diartikan nama kota. Kalau yang dimaksud dengan kota, terletak di dekat Ma’an bila dari jalur Hijaz (Sekarang Ma’an adalah salah satu kota yang terkenal di Jordania).

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ

Dan ketika dia sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya). QS. Al-Qashash: 23.

Mereka adalah orang-orang yang memiliki sumur Aikah, seperti yang akan kami jelaskan nanti —insya Allah— pada tempatnya.

قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ

Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia.” QS. Al-A’raf: 85.

Itulah seruan yang dikemukakan oleh semua rasul.

قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ

Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. QS. Al-A’raf: 85.

Maksudnya, Allah telah menegakkan hujah-hujah dan bukti-bukti bagi kebenaran dari apa yang saya sampaikan kepada kalian ini.

Kemudian Nabi Syu’aib menasihati mereka agar dalam muamalah mereka dengan orang lain, hendaknya mereka berlaku adil dalam menakar dan menimbang barang-barangnya, dan janganlah sedikit pun mengurangi barang milik orang lain. Dengan kata lain, janganlah mereka berlaku khianat terhadap orang lain dalam harta bendanya, lalu mengambilnya dengan cara yang licik, yaitu dengan mengurangi takaran dan timbangannya secara sembunyi-sembunyi dan menipu. Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, mengancam para pelakunya:

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ

Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! QS. Al-Muthaffifin: 1.

sampai dengan firman-Nya:

لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

menghadap Tuhan seluruh alam. QS. Al-Muthaffifin: 6.

Di dalam ungkapan ayat-ayat ini terkandung pengertian ancaman yang keras dan peringatan yang pasti; semoga Allah menyelamatkan kita dari perbuatan tersebut.

Nabi Syu’aib ‘alaihissalam melarang mereka melakukan pembegalan di jalan, baik secara fisik maupun secara mental, yaitu melalui apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَلا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ

Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti. QS. Al-A’raf: 86.

Yaitu menakut-nakuti akan membunuhnya bila ia tidak memberikan hartanya kepada kalian. As-Suddi mengatakan bahwa mereka adalah para pemungut liar (pemeras).

Dari Ibnu Abbas dan Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti. (QS. Al-A’raf: 86) Yakni kalian menakut-nakuti orang-orang mukmin yang datang kepada Nabi Syu’aib untuk mengikutinya. Tetapi pendapat yang pertama lebih kuat, karena lafaz as-shirat artinya jalan.

Yang kedua disebutkan oleh firman-Nya:

وَتَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا

dan menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. QS. Al-A’raf: 86.

Maksudnya, kalian menghendaki agar jalan Allah bengkok dan menyimpang.

وَاذْكُرُوا إِذْ كُنْتُمْ قَلِيلا فَكَثَّرَكُمْ

Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. QS. Al-A’raf: 86.

Yaitu pada asal mulanya kalian lemah karena bilangan kalian yang sedikit (minoritas), kemudian menjadi kuat karena bilangan kalian telah banyak (mayoritas). Maka ingatlah kalian akan nikmat Allah kepada kalian dalam hal tersebut.

وَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. QS. Al-A’raf: 86.

Yakni nasib yang dialami oleh umat-umat terdahulu dan generasi-generasi di masa silam, serta azab dan pembalasan Allah yang menimpa mereka karena mereka berani berbuat durhaka terhadap Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَإِنْ كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ يُؤْمِنُوا

Jika ada segolongan di antara kamu yang beriman kepada (ajaran) yang aku diutus menyampaikannya, dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman. QS. Al-A’raf: 87.

Yaitu kalian berselisih pendapat tentang Aku.

فَاصْبِرُوا

maka bersabarlah. QS. Al-A’raf: 87.

Artinya, tunggulah oleh kalian.

حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا

sampai Allah menetapkan keputusan di antara kita. QS. Al-A’raf: 87.

Maksudnya, antara kalian dan kami. yakni Allah akan memutuskannya.

وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ

Dialah hakim yang terbaik. QS. Al-A’raf: 87.

Karena sesungguhnya Dia akan menjadikan kesudahan yang terpuji bagi orang-orang yang bertakwa, sedangkan orang-orang kafir mendapat kehancuran dan kebinasaan.

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Syaikh Muhammad ‘Ali As- Shabuni, “Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *