Tafsir QS. Al-A’raf: 103 – 116
Allah ta’ala berfirman:
ثُمَّ بَعَثۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِم مُّوسَىٰ بِـَٔایَـٰتِنَاۤ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِی۟هِۦ فَظَلَمُوا۟ بِهَاۖ فَٱنظُرۡ كَیۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِینَ * وَقَالَ مُوسَىٰ یَـٰفِرۡعَوۡنُ إِنِّی رَسُولࣱ مِّن رَّبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ * حَقِیقٌ عَلَىٰۤ أَن لَّاۤ أَقُولَ عَلَى ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡحَقَّۚ قَدۡ جِئۡتُكُم بِبَیِّنَةࣲ مِّن رَّبِّكُمۡ فَأَرۡسِلۡ مَعِیَ بَنِیۤ إِسۡرَ ٰۤءِیلَ * قَالَ إِن كُنتَ جِئۡتَ بِـَٔایَةࣲ فَأۡتِ بِهَاۤ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّـٰدِقِینَ * فَأَلۡقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِیَ ثُعۡبَانࣱ مُّبِینࣱ * وَنَزَعَ یَدَهُۥ فَإِذَا هِیَ بَیۡضَاۤءُ لِلنَّـٰظِرِینَ * قَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِ فِرۡعَوۡنَ إِنَّ هَـٰذَا لَسَـٰحِرٌ عَلِیمࣱ * یُرِیدُ أَن یُخۡرِجَكُم مِّنۡ أَرۡضِكُمۡۖ فَمَاذَا تَأۡمُرُونَ * قَالُوۤا۟ أَرۡجِهۡ وَأَخَاهُ وَأَرۡسِلۡ فِی ٱلۡمَدَاۤىِٕنِ حَـٰشِرِینَ * یَأۡتُوكَ بِكُلِّ سَـٰحِرٍ عَلِیمࣲ * وَجَاۤءَ ٱلسَّحَرَةُ فِرۡعَوۡنَ قَالُوۤا۟ إِنَّ لَنَا لَأَجۡرًا إِن كُنَّا نَحۡنُ ٱلۡغَـٰلِبِینَ * قَالَ نَعَمۡ وَإِنَّكُمۡ لَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِینَ * قَالُوا۟ یَـٰمُوسَىٰۤ إِمَّاۤ أَن تُلۡقِیَ وَإِمَّاۤ أَن نَّكُونَ نَحۡنُ ٱلۡمُلۡقِینَ * قَالَ أَلۡقُوا۟ۖ فَلَمَّاۤ أَلۡقَوۡا۟ سَحَرُوۤا۟ أَعۡیُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسۡتَرۡهَبُوهُمۡ وَجَاۤءُو بِسِحۡرٍ عَظِیمࣲ
Setelah mereka, kemudian Kami utus Musa dengan membawa bukti-bukti Kami kepada Fir‘aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari bukti-bukti itu. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Musa berkata, “Wahai Fir‘aun! Sungguh, aku adalah seorang utusan dari Tuhan seluruh alam, aku wajib mengatakan yang sebenarnya tentang Allah. Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersamaku.” Dia (Fir‘aun) menjawab, “Jika benar engkau membawa sesuatu bukti, maka tunjukkanlah, kalau kamu termasuk orang-orang yang benar.” Lalu (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya. Dan dia mengeluarkan tangannya, tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya. Pemuka-pemuka kaum Fir‘aun berkata, “Orang ini benar-benar pesihir yang pandai, yang hendak mengusir kamu dari negerimu.” (Fir‘aun berkata), “Maka apa saran kamu?” (Pemuka-pemuka) itu menjawab, “Tahanlah (untuk sementara) dia dan saudaranya dan utuslah ke kota-kota beberapa orang untuk mengumpulkan (para pesihir), agar mereka membawa semua pesihir yang pandai kepadamu.” Dan para pesihir datang kepada Fir‘aun. Mereka berkata, “(Apakah) kami akan mendapat imbalan, jika kami menang?” Dia (Fir‘aun) menjawab, “Ya, bahkan kamu pasti termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku).” Mereka (para pesihir) berkata, “Wahai Musa! Engkaukah yang akan melemparkan lebih dahulu, atau kami yang melemparkan?” Dia (Musa) menjawab, “Lemparkanlah (lebih dahulu)!” Maka setelah mereka melemparkan, mereka menyihir mata orang banyak dan menjadikan orang banyak itu takut, karena mereka memperlihatkan sihir yang hebat (menakjubkan).
Tafsir dan Penjelasan
Allah ta’ala menyebutkan bahwasanya Allah mengutus Musa setelah para Rasul yang telah disebutkan sebelumnya seperti Nuh, Hud, Shalih, Luth, dan Syu’aib ‘alaihim as-salam. Allah ta’ala mengutus Musa dengan membawa tanda – tanda yakni hujah – hujah, dalil – dalil yang jelas, dan mukjizat – mukjizat yang menunjukkan pada kebenaran dirinya serta kebenaran risalah yang ia bawa. Allah ta’ala mengutusnya kepada Fir’aun, yaitu raja Mesir di zaman Musa, dan kepada para pemukanya yakni kepada kaumnya. Mereka mendustakan dan mengingkarinya dengan kezhaliman dan pembangkangan mereka. Maka perhatikanlah wahai Rasul (yakni Muhammad), bagaimanakah akhir dari orang – orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dengan membuat kezhaliman dan perbudakan manusia. Mereka adalah Fir’aun dan para pemukanya yang melarang dari jalan Allah dan mendustakan Rasul – Rasul-Nya. Yakni perhatikanlah wahai Muhammad bagaimanakah Kami perbuat terhadap mereka dan bagaimanakah Kami tenggelamkan mereka semuanya di saksikan Musa dan pengikutnya. Penenggelaman itu merupakan hukuman yang sangat mengena terhadap Fir’aun dan kaumnya serta sangat mengobati hati – hati para wali Allah: yaitu Musa dan kaumnya yang beriman terhadapnya. Ayat yang serupa dengan ini adalah firman-Nya ta’ala:
وَجَحَدُوا۟ بِهَا وَٱسۡتَیۡقَنَتۡهَاۤ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمࣰا وَعُلُوࣰّاۚ فَٱنظُرۡ كَیۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِینَ
Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. QS. An-Naml: 14.
Allah ta’ala berfirman:
إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِی۟هِۦ
“Kepada Fir‘aun dan pemuka-pemuka kaumnya.” QS. Al-A’raf: 103.
Dalam ayat tsb tidak dikatakan: “dan kaumnya”; karena orang – orang yang memperbudak mereka adalah Fir’aun dan para pembantunya, mereka adalah para pengikut kekuasaan dan sultan, bukan seluruh rakyat mesir. Sesungguhnya rakyat itu mengikut kepada penguasanya, jika Fir’aun beriman niscaya seluruh rakyat mengikutinya.
Firman Allah ta’ala:
فَٱنظُرۡ كَیۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِینَ
Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. QS. Al-A’raf: 103.
Dalam ayat tersebut terdapat penarik perhatian kepada apa yang akan disebutkan oleh Allah ta’ala berupa kesudahan yang buruk bagi Fir’aun dan para pemukanya serta keselamatan Musa dan Bani Israil.
Kemudian Allah ta’ala memulai penjelasan bagian -bagian kisahnya setelah menyebutkan hal yang menarik perhatian tersebut. Bagian pertama: Allah ta’ala mengabarkan perdebatan Musa dengan Fir’aun dan Musa mengalahkannya dengan hujah dan logika serta menampakkan tanda – tanda yang jelas dalam majelisnya Fir’aun dan kaumnya, orang – orang Qibti Mesir.
Musa berkata: Wahai Fir’aun yakni Wahai Penguasa Mesir, sesungguhnya Aku adalah utusan dari Rabb semesta alam, Penguasa segala sesuatu, Penciptanya, dan Pengaturnya. Sudah sepantasnya bagiku untuk tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya seorang Rasul itu tidak akan berdusta terhadap Allah yang di tangan-Nya lah kekuasaan segala sesuatu. Oleh karena itu sesungguhnya aku tidak akan mengabarkan mengenai Allah kecuali itu adalah kebenaran. Sebab aku tahu keagungan dan kebesaran-Nya.
Kedua kalimat tersebut mengandung aqidah tauhid: yakni bahwasanya bagi dunia – dunia seluruhnya, baik manusia dan jinnya itu memiliki satu Rabb, kemudian bahwasanya kenabian dan risalah itu dikuatkan oleh Allah ta’ala dengan penjagaan dalam penyampaian.
Di antara penguat -penguat itu adalah perkataannya: Sungguh aku datang kepada kalian dengan bukti dan hujah yang jelas dari Allah yang Dia berikan kepadaku sebagai dalil dan saksi atas kebenaranku pada apa saja yang aku kabarkan dari-Nya.
Firman-Nya:
مِّن رَّبِّكُمۡ
Dari Tuhanmu. QS. Al-A’raf: 105.
Menunjukkan bahwasanya seluruh manusia itu adalah hamba dan makhluk Allah, serta bahwasanya Fir’aun itu bukanlah Rabb dan bukan pula yang layak disembah. Kalimat ini juga menunjukkan bahwasanya bukti – bukti yang dibawanya itu bukanlah buatannya Musa.
Kemudian setelah Allah menetapkan kenabiannya dengan bukti yang jelas, Musa meminta Fir’aun agar membebaskan Bani Israil dari tawanannya, perbudakannya, dan penguasaannya. Ia memintanya agar membiarkan mereka pergi bersamanya kembali ke bumi Palestina yang merupakan tanah air mereka dan tempat lahir leluhur mereka agar mereka dapat mendedikasikan diri untuk beribadah kepada Rabb mereka dan Rabb nya. Sesungguhnya mereka adalah keturunannya Nabi yang mulia: Israil yaitu Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim KhalilurRahman.
Yang demikian itu terjadi ketika Yusuf ‘alaihissalam wafat dan habis anak cucunya, sehingga Fir’aun mengalahkan keturunan Bani Israil dan memperbudak mereka. Allah kemudian menolong mereka dengan Musa ‘alaihissalam. Jarak waktu antara Yusuf ‘alaihissalam masuk ke Mesir dengan waktu diutusnya Musa ‘alaihissalam adalah 400 tahunan.
Fir’aun menjawab Musa: Jika engkau diperkuat dengan tanda – tanda dari sisi Rabb mu, maka tampakkanlah. Sehingga kami bisa melihatnya jika memang engkau benar dalam klaimmu.
Maka Musa langsung menjawab tuntutannya dengan perbuatan, tidak dengan perkataan: Beliau melemparkan tongkatnya dari tangan kanannya ke atas tanah di depan Fir’aun, lalu tongkat tersebut menjadi ular jantan yang nyata. Yakni sangat jelas dan hakiki, bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Musa juga mengeluarkan tangannya dari kantong bajunya setelah beliau memasukkannya. Sehingga tangannya bercahaya putih bukan karena kusta dan penyakit, seperti matahari yang terang sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَأَدۡخِلۡ یَدَكَ فِی جَیۡبِكَ تَخۡرُجۡ بَیۡضَاۤءَ مِنۡ غَیۡرِ سُوۤءࣲ
Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan keluar menjadi putih (bersinar) tanpa cacat. QS. An-Naml: 12.
Ini adalah bagian kedua dari kisahnya Nabi Musa ‘alaihissalam.
Tidak perlu berpanjang lebar dalam membahas sifat – sifat ular, tongkat, dan tangan Nabi Musa ‘alaihissalam lebih dari apa yang ditunjukkan oleh ayat – ayat Al-Qur’an karena tidak ada sanad yang dapat dipercaya dalam hal ini. Yang ada adalah riwayat Israiliyat yang dimasukkan sebagian orang – orang pendatang yang tidak wara’ dan teliti. Seperti Ka’ab pendeta Israiliy dan Wahab Ibnu Munabbih yang asalnya dari Persia.
Merupakan hal yang diketahui bahwasanya provokasi fitnah – fitnah politik pada masa permulaan Islam kembali kepada kelompok Saba’iyyin (pengikut Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi) dan kelompok -kelompok Persia yang mereka itu masuk Islam untuk merusaknya dari dalam. Sungguh Umar bin Khattab telah dibunuh oleh Abu Lu’luah al-Farisi yang diutus oleh kelompok rahasia di Persia. Sedangkan Utsman bin Affan dibunuh oleh persekongkolan Abdullah bin Saba’.
Kemudian tibalah bagian yang ketiga dari kisah Nabi Musa ‘alaihissalam ini yang isinya adalah perkataan para pemuka Fir’aun: Berkatalah para tokoh kaumnya Fir’aun yang selaras dengannya dan yang menjadi penasehatnya:
إِنَّ هَـٰذَا لَسَـٰحِرٌ عَلِیمࣱ
Orang ini benar-benar pesihir yang pandai. QS. Al-A’raf: 109.
Yakni ahli dengan macam – macam sihir. Itu berbahaya karena dapat memikat orang -orang dengan sihirnya, sehingga menjadi sebab ia mengalahkan kita, mencabut kerajaan kita, dan mengeluarkan kita dari daerah kita dengan sihirnya. Semuanya itu dijelaskan dalam ayat yang lain ketika mereka berbicara kepada Musa dan saudaranya, Harun:
قَالُوۤا۟ أَجِئۡتَنَا لِتَلۡفِتَنَا عَمَّا وَجَدۡنَا عَلَیۡهِ ءَابَاۤءَنَا وَتَكُونَ لَكُمَا ٱلۡكِبۡرِیَاۤءُ فِی ٱلۡأَرۡضِ وَمَا نَحۡنُ لَكُمَا بِمُؤۡمِنِینَ
Mereka berkata, “Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa (kepercayaan) yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya (menyembah berhala), dan agar kamu berdua mempunyai kekuasaan di bumi (negeri Mesir)? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua.” QS. Yunus: 78.
Ini sebenarnya adalah gema dari apa yang Fir’aun katakan, dan Allah mengisahkan mengenainya dengan firman-Nya:
قَالَ لِلۡمَلَإِ حَوۡلَهُۥۤ إِنَّ هَـٰذَا لَسَـٰحِرٌ عَلِیمࣱ * یُرِیدُ أَن یُخۡرِجَكُم مِّنۡ أَرۡضِكُم بِسِحۡرِهِۦ فَمَاذَا تَأۡمُرُونَ
Dia (Fir‘aun) berkata kepada para pemuka di sekelilingnya, “Sesungguhnya dia (Musa) ini pasti seorang pesihir yang pandai, dia hendak mengusir kamu dari negerimu dengan sihirnya; karena itu apakah yang kamu sarankan?” QS. As-Syu’ara: 34-35.
Lalu terjadilah apa yang mereka takutkan, sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَنُرِیَ فِرۡعَوۡنَ وَهَـٰمَـٰنَ وَجُنُودَهُمَا مِنۡهُم مَّا كَانُوا۟ یَحۡذَرُونَ
Dan Kami perlihatkan kepada Fir‘aun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka. QS. Al-Qashash: 6.
Para pemuka itu melanjutkan perkataan dan mengeluarkan pendapat mereka: Para pemuka itu berkata kepada Fir’aun setelah ia berkonsultasi kepada mereka dengan perkataannya sebelumnya:
فَمَاذَا تَأۡمُرُونَ
“Maka apa saran kamu?” QS. Al-A’raf: 110:
Tunda keputusan urusannya dan urusan saudaranya. Utuslah sekelompok pasukanmu ke daerah – daerah dan kota – kota di kerajaanmu untuk mengumpulkan para tukang sihir dari seluruh negeri. Mereka mengatakan: “ke kota – kota”, karena sihir itu ramai di kota besar yang dihuni banyak orang.
Sihir di zaman mereka saat itu sangat umum. Maka mereka menduga bahwasanya apa yang dibawa Musa ‘alaihissalam adalah salah satu bentuk permainan sihir para tukang sihir. Sehingga mereka pun mengumpulkan para tukang sihir untuk melawannya dengan bukti – bukti yang serupa yang mereka lihat, sebagaimana Allah ta’ala mengabarkan mengenai Fir’aun:
قَالَ أَجِئۡتَنَا لِتُخۡرِجَنَا مِنۡ أَرۡضِنَا بِسِحۡرِكَ یَـٰمُوسَىٰ * فَلَنَأۡتِیَنَّكَ بِسِحۡرࣲ مِّثۡلِهِۦ فَٱجۡعَلۡ بَیۡنَنَا وَبَیۡنَكَ مَوۡعِدࣰا لَّا نُخۡلِفُهُۥ نَحۡنُ وَلَاۤ أَنتَ مَكَانࣰا سُوࣰى * قَالَ مَوۡعِدُكُمۡ یَوۡمُ ٱلزِّینَةِ وَأَن یُحۡشَرَ ٱلنَّاسُ ضُحࣰى * فَتَوَلَّىٰ فِرۡعَوۡنُ فَجَمَعَ كَیۡدَهُۥ ثُمَّ أَتَىٰ
Dia (Fir‘aun) berkata, “Apakah engkau datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami dengan sihirmu, wahai Musa? Maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu, maka buatlah suatu perjanjian untuk pertemuan antara kami dan engkau yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) engkau, di suatu tempat yang terbuka.” Dia (Musa) berkata, “(Perjanjian) waktu (untuk pertemuan kami dengan kamu itu) ialah pada hari raya dan hendaklah orang-orang dikumpulkan pada pagi hari (dhuha).” Maka Fir‘aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang kembali (pada hari yang ditentukan). QS. Tha-ha: 57-60.
یَأۡتُوكَ بِكُلِّ سَـٰحِرٍ عَلِیمࣲ
“Agar mereka membawa semua pesihir yang pandai kepadamu.” QS. Al-A’raf: 112.
Yakni, jika engkau mengirim mereka, mereka akan membawakan setiap penyihir yang ahli dalam seni sihir. Jelas bahwa maksud dari pendatangan para ahli itu adalah untuk mendapatkan kemenangan dan keunggulan. Az-Zamakhsyari berkata: Konspirasi ini dilakukan bersama kaum Qibthi.
Kemudian tibalah bagian yang keempat dari Kisah Nabi Musa ‘alihissalam yaitu peran para tukang sihir.
Datanglah para tukang sihir dari setiap tempat, mereka berkata kepada Fir’aun: Apakah ada balasan bagi kami jika kami dapat mengalahkan Musa? Fir’aun berkata: Benar, ada balasan yang besar bagi kalian dan kalian akan menjadi orang – orang yang dekat denganku dalam posisi dan majelis. Ini adalah godaan untuk mendapatkan gabungan kedudukan harta dan moral.
Berkatalah para tukang sihir itu kepada Musa pada hari yang ditentukan: Engkau yang melemparkan sihirmu terlebih dahulu, atau kami yang melemparkan apa yang ada pada kami? Dalam pilihan ini, mereka sangat bangga pada diri mereka sendiri, sangat percaya pada pengalaman mereka, dan tidak menaruh perhatian terhadap apa yang mampu diperbuat oleh Musa.
Maka Musa pun menjawab dengan jawaban yang cerdas lagi bijaksana. Karena orang yang paling akhir dalam menunjukkan kemampuannya itu akan tahu apa yang diperlukan dan disamping itu dia juga percaya diri dengan kedudukannya dan kemenangannya atas mereka: “Lemparkanlah apa yang hendak kalian lemparkan”.
Ini adalah izin untuk melakukannya terlebih dahulu. Bukan perintah kepada mereka untuk melakukan sihir. Musa dengan perkataannya menghendaki agar orang -orang melihat perbuatan mereka dengan penuh perhatian dan mereka mengeluarkan semua kemampuan yang mereka miliki. Ketika mereka telah selesai dengan kepalsuan dan permainan sihir mereka, kebenaran yang jelas pun tiba kepada mereka, sehingga hal itu lebih masuk ke dalam jiwa. Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:
فَلَمَّاۤ أَلۡقَوۡا۟ سَحَرُوۤا۟ أَعۡیُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسۡتَرۡهَبُوهُمۡ وَجَاۤءُو بِسِحۡرٍ عَظِیمࣲ
Maka setelah mereka melemparkan, mereka menyihir mata orang banyak dan menjadikan orang banyak itu takut, karena mereka memperlihatkan sihir yang hebat (menakjubkan). QS. Al-A’raf: 116.
Yakni mereka menipu mata bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah hakiki dan nyata, padahal itu hanyalah buat – buatan dan tipuan mereka semata, sebagaimana firman Allah ta’ala:
قَالَ بَلۡ أَلۡقُوا۟ۖ فَإِذَا حِبَالُهُمۡ وَعِصِیُّهُمۡ یُخَیَّلُ إِلَیۡهِ مِن سِحۡرِهِمۡ أَنَّهَا تَسۡعَىٰ * فَأَوۡجَسَ فِی نَفۡسِهِۦ خِیفَةࣰ مُّوسَىٰ * قُلۡنَا لَا تَخَفۡ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡأَعۡلَىٰ * وَأَلۡقِ مَا فِی یَمِینِكَ تَلۡقَفۡ مَا صَنَعُوۤا۟ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا۟ كَیۡدُ سَـٰحِرࣲۖ وَلَا یُفۡلِحُ ٱلسَّاحِرُ حَیۡثُ أَتَىٰ
Dia (Musa) berkata, “Silakan kamu melemparkan!” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berfirman, “Jangan takut! Sungguh, engkaulah yang unggul (menang). Dan lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya pesihir (belaka). Dan tidak akan menang pesihir itu, dari mana pun ia datang.” QS. Thaha: 66-69.
Menjadi nyatalah keyakinan Musa terhadap dirinya sendiri dan terhadap apa yang ada padanya bahwa itu adalah mukjizat ilahiah bukan jenis sihir. Allah ta’ala berfirman:
قَالَ مُوسَىٰ مَا جِئۡتُم بِهِ ٱلسِّحۡرُۖ إِنَّ ٱللَّهَ سَیُبۡطِلُهُۥۤ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُصۡلِحُ عَمَلَ ٱلۡمُفۡسِدِینَ * وَیُحِقُّ ٱللَّهُ ٱلۡحَقَّ بِكَلِمَـٰتِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُجۡرِمُونَ
Musa berkata, “Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu. Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan.” Dan Allah akan mengukuhkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukainya. QS. Yunus: 81-82.
Makna Firman Allah ta’ala:
فَلَمَّاۤ أَلۡقَوۡا۟ سَحَرُوۤا۟ أَعۡیُنَ ٱلنَّاسِ
Maka setelah mereka melemparkan, mereka menyihir mata orang banyak. QS. Al-A’raf: 116.
Yakni ketika mereka melemparkan tali dan kayunya, mereka menyihir mata orang – orang yang melihatnya, di antara yang melihat itu adalah Musa, sihir para tukang sihir itu membuat tali dan kayu tsb seolah – olah bergerak. Mereka datang dengan sihir yang hebat dan tampak, sangat membekas pada mata manusia. Diriwayatkan bahwa mereka mewarnai tali -tali dan kayu mereka serta menjadikannya seperti gerakan. Dikatakan juga: Mereka memberinya air raksa.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
Tafsir Al-Munir Syaikh Wahbah Zuhaili.