Kisah Adam dan Hawa Memakan Buah Yang Diharamkan Allah

Tafsir QS. Al-A’raf, ayat 22-23

فَدَلاهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ * قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” QS. Al-A’raf: 22-23.

Dari Ibnu Abbas beliau berkata: pohon yang Allah melarang Adam dan istrinya memakannya ialah pohon gandum. Setelah keduanya memakan buah pohon itu, maka dengan serta-merta kelihatanlah aurat keduanya. Tersebutlah bahwa yang digunakan oleh keduanya untuk menutupi aurat adalah kukunya masing-masing. Lalu keduanya segera memetik dedaunan surga (yaitu daun pohon tin) dan menambalsulamkan satu sama lainnya untuk dijadikan penutup aurat keduanya. Kemudian Adam ‘alaihissalam berlari ke dalam kebun surga, dan bergantunglah pada kepalanya suatu jenis pohon surga. Maka Allah memanggilnya, “Hai Adam, apakah engkau lari dari-Ku?” Adam menjawab, “Tidak, tetapi saya malu kepada Engkau, wahai Tuhanku.” Allah berfirman, “Apakah segala sesuatu yang Aku anugerahkan dan Aku perbolehkan untukmu dari buah-buahan surga tidak cukup sehingga engkau berani memakan apa yang Aku haramkan kepadamu?” Adam menjawab, “Tidak, wahai Tuhanku. Tetapi demi keagungan-Mu, saya tidak menduga bahwa ada seseorang yang berani bersumpah dengan menyebut nama Engkau secara dusta.” Ibnu Abbas mengatakan bahwa hal tersebut adalah apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu,” (Al-A’raf:21); Allah berfirman, “Demi Keagungan-Ku, Aku benar-benar akan me­nurunkan kamu ke bumi.” Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Adam lalu diturunkan dari surga, padahal sebelum itu keduanya memakan buah surga dengan berlimpah ruah dan tanpa susah payah. Kemudian ia diturunkan ke tempat (dunia) yang makanan dan minumannya tidak berlimpah, tetapi harus dengan susah payah. Maka mulailah Adam diajari membuat alat besi, dan diperintahkan untuk membajak, lalu Adam membajak dan menanam tanaman serta mengairinya. Ketika telah tiba masa panen, maka ia menuainya dan memilih biji-bijiannya serta menggilingnya menjadi tepung, lalu mem­buat adonan roti darinya, setelah itu baru ia memakannya. Tetapi Adam tidak dapat melakukan itu kecuali setelah Allah mengizinkannya.

Sa’id ibnu Jubair berkata dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. (Al-A’raf: 22) Bahwa daun-daunan surga itu adalah daun pohon tin.

Mujahid mengatakan bahwa keduanya mulai menambal sulam daun-daunan surga seperti pakaian.

Wahb ibnu Munabbih mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:

يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا

Dengan menanggalkan pakaian keduanya. QS. Al-A’raf: 27.

Beliau berkata: Pakaian Adam dan Hawa yang menutupi kemaluan keduanya adalah nur, sehingga Adam tidak dapat melihat aurat Hawa. Begitu pula sebaliknya, Hawa tidak dapat melihat aurat Adam. Tetapi ketika keduanya memakan buah terlarang itu, maka kelihatanlah aurat masing-masing oleh keduanya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir dengan sanad yang sahih.

Qatadah berkata: Adam berkata: “Wahai Tuhanku, bagaimanakah jika saya bertaubat dan memohon ampun kepada Engkau?” Allah berfirman, “Kalau demikian, niscaya Aku masukkan kamu ke dalam surga.” Tetapi iblis tidak meminta tobat, hanya meminta masa tangguh. Maka masing-masing pihak diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala apa yang diminta masing-masing.

Ibnu Jarir mengatakan, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa setelah Adam memakan buah pohon terlarang itu, maka dikatakan kepadanya, “Mengapa engkau memakan buah pohon yang telah Aku larang engkau memakannya?” Adam menjawab, “Hawalah yang menganjurkannya kepadaku.” Allah berfirman, “Maka sekarang Aku akan menghukumnya, bahwa tidak sekali-kali ia hamil melainkan dengan susah payah, dan tidak sekali-kali ia melahirkan anak melainkan dengan susah payah.” Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa pada saat itu juga Hawa mengeraskan suara menangis. Maka dikatakan kepadanya, “Engkau dan anakmu akan mengeraskan suara menangis.”

Ad-Dahhak ibnu Muzahim mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” QS. Al-A’raf: 23.

Inilah kata – kata yang diterima oleh Adam dari Rabbnya.

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Syaikh Muhammad ‘Ali As- Shabuni, “Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *