Keutamaan Salam dan Perintah Untuk Menyebarkannya

Dari Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma: Bahwasanya seorang laki – laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ

“Islam yang bagaimanakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Engkau memberi makan dan menebarkan salam terhadap orang yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal.” Muttafaqun ‘alaih.

Bahasa Hadits

أَيُّ الْإِسْلَامِ
Apa amal – amalnya.

خَيْرٌ
Paling banyak pahalanya.

تَقْرَأُ السَّلَامَ
Mengucapkan salam.

Faidah Hadits

1. Disunnahkannya memberi makan karena dengannya dapat melunakkan hati, menambah kasih sayang, dan menunjukkan atas kemurahan jiwa.

2. Disunnahkan mengucapkan salam kepada orang yang kita kenal dan yang tidak kita kenal. Mengucapkan salam ini merupakan sunnah muakkad bagi individu dan sunnah kifayah bagi jamaah. Membalas salam adalah wajib kifayah bagi jamaah dan wajib ‘ain bagi individu. Mengucapkan salam itu lebih utama daripada membalasnya. Penyebutan salam dalam hadits ini dikhususkan bersama dengan penyebutan memberi makan karena memberi salam merupakan wasilah untuk berkasih sayang di antara kaum muslimin.

3. Susunan kata ucapan penghormatan yang lain seperti صباح الخير (selamat pagi), مرحبا (selamat datang), atau yang lainnya, tidak dapat menggantikan ucapan salam.

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
al-Bugha, Dr. Musthafa dkk. Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhus Shalihin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *