Keutamaan Bulan Ramadhan dan Berpuasa Di Dalamnya

Sesungguhnya aku ingin memohon izin kepada pembaca sekalian untuk berpindah dari tulisan yang bersifat fiqih menuju kepada tulisan adabi dalam beberapa halaman ini karena apa yang berkumpul di dalam dada mengenai keutamaan Ramadhan dan keutamaan berpuasa.

Apakah engkau ingin mengenal Ramadhan?

Bila demikian:

Apakah engkau mengetahui bunga mawar itu tersenyum karena embun?

Apakah engkau mengetahui kupu – kupu itu menari – nari karena bunga – bunga?

Apakah engkau mengetahui burung bulbul itu bernyanyi karena keindahan?

Apakah engkau mengetahui malam itu berakhir karena terbitnya fajar?

Apakah engkau mengetahui kehidupan itu diperbarui karena tibanya musim semi?

Apakah engkau mengetahui jiwa itu menjadi bening karena waktu petang dan waktu sahur?

Apakah engkau mengetahui orang yang jatuh cinta itu leleh hatinya ketika memori yang dicintainya kembali lagi?

Jika kalian mengetahui yang demikian ini, maka kalian mengetahui perasaan seorang mu’min ketika muncul hilal Ramadhan, atau ketika kembali lagi memori mengenainya.

Ia menatapnya dengan tersenyum bersorak atas kabar gembira penuh rahmat. Yang terpancar bersama permulaan benang fajar pada permulaan hari bulan yang mulia ini. Untuk menerangi dunianya dengan sinar rahmat dan ampunan dalam naungan ibadah badaniyah, kebesaran ruhiyah, berserah diri, rendah hati, dan ketundukan kepada Pencipta bumi dan langit.

Hatinya khusyu’ dalam mihrab ibadah. Menyenandungkan Kitabullah. Mengembalikannya dalam kemurnian alam semesta ini. Setelah ditahan darinya dosa – dosa syetan dan ditutupnya pintu – pintu neraka serta dibukanya pintu – pintu surga. Maka meluaplah ruh – ruh mereka di atas bumi untuk meliputinya dengan kenikmatan cinta, keikhlasan, suka cita, dan kesucian dari apa yang menjadikan seorang mu’min berpuasa. Ia merasakan salah satu jenis kebahagiaan yang dilihatnya pada alam keabadian itu. Maka seakan – akan urusan dunia ia benamkan dengan urusan langit. Maka diperlihatkan bagi yang berpuasa dengan lapar, dahaga, dan kesucian dirinya. Diperlihatkan kepadanya surga dan sungguh surga dihias untuk menerimanya. Sebagai hadiah baginya atas puasanya ketika Allah menggembirakannya tatkala bangkit di hari kiamat di tanganNya.

Dengan yang demikian itu menyingsinglah harapan orang yang berpuasa. Setelah hampir – hampir berakhir kesusahan dan kesedihan. Terhadap hari – hari kelam yang umat Islam lalui di setiap tempat. Maka kehidupan pun diperbarui, kekuatan disusun, dan memancarlah energi di dalamnya. Dimulailah amal yang sungguh – sungguh dari awal. Seolah – olah ia adalah makhluk yang baru. Maka perjalanan pun berlanjut dengan kapal harapan setelah dibuang darinya hantu keputusasaan. Yang menakut – nakutinya di hari – hari penuh cobaan. Mudah – mudahan sampai kepada tepi pantai yang aman, sebagaimana kehidupan yang ia bayangkan di masa yang panjang.

Benar…sesungguhnya ia adalah bulan yang mana masjid – masjid diserbu oleh jutaan muslimin. Antara hamba yang bersungguh – sungguh dan orang yang menyesal lagi bertaubat. Kembali kepada Rabbnya dengan bertaubat. Mereka mengalir kepadanya dari segala tempat yang tinggi dan dari segala arah. Mengharapkan diri mereka, hati – hati mereka, jiwa – jiwa mereka, dan akal – akal mereka dari rahmat Allah yang muncul di malam hari bulan yang mulia ini. Dibebaskanlah pada setiap malamnya dari api neraka. Setiap orang yang puasa di Rumah Allah ingin menjadi bagian dari mereka. Maka kembali ke masjid menjadi sebuah pergerakan dan berjalan di dalamnya adalah sebuah kehidupan. Setelah masa kemerosotan yang hampir – hampir masjid itu dilupakan. Supaya ada bukti yang jelas bahwa kesucian dalam kehidupan itu tidak dapat terwujud kecuali dengan naiknya jiwa dalam hidup.

فِی بُیُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرۡفَعَ وَیُذۡكَرَ فِیهَا ٱسۡمُهُۥ یُسَبِّحُ لَهُۥ فِیهَا بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡـَٔاصَالِ* رِجَالࣱ لَّا تُلۡهِیهِمۡ تِجَـٰرَةࣱ وَلَا بَیۡعٌ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِیتَاۤءِ ٱلزَّكَوٰةِ یَخَافُونَ یَوۡمࣰا تَتَقَلَّبُ فِیهِ ٱلۡقُلُوبُ وَٱلۡأَبۡصَـٰرُ * لِیَجۡزِیَهُمُ ٱللَّهُ أَحۡسَنَ مَا عَمِلُوا۟ وَیَزِیدَهُم مِّن فَضۡلِهِۦۗ وَٱللَّهُ یَرۡزُقُ مَن یَشَاۤءُ بِغَیۡرِ حِسَابࣲ

“(Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang, orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat), (mereka melakukan itu) agar Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas.” QS. An-Nur: 36-38.

Sesungguhnya bulan itu adalah bulan dibukanya perbendahaaran kaum mu’minin dengan apa yang Allah kuasakan kepada mereka berupa harta benda. Untuk mengembalikan keseimbangan kepada kehidupan dengan menjadikan yang faqir menjadi kaya dan menolak bahaya dari orang – orang yang sengsara lagi membutuhkan. Dengan apa yang Allah wajibkan atas mereka berupa zakat harta – harta mereka. Dan menghilangkan rasa sakit hati dari barisan – barisan masyarakat.

Sesungguhnya bulan itu adalah bulan saling sambung menyambungnya suara – suara kaum mu’minin yang mengesakan Allah dengan bacaan al-Qur’an al-Karim. Mereka menghidupkan kembali janji cinta lama kepada Yang Menciptakan mereka dan menganugerahkan nikmat kepada mereka dengan seringkali membaca firmanNya dan berpanjang – panjang dalam munajat kepadaNya.

Hati – hati mereka berdegup cinta kepadaNya, lisan – lisan mereka bersyukur dan memujiNya, dan mata – mata mereka berlinang air mata.

Siangnya mereka menyempurnakan puasa. Malamnya mereka sujud dan sholat malam.

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمۡ عَنِ ٱلۡمَضَاجِعِ یَدۡعُونَ رَبَّهُمۡ خَوۡفࣰا وَطَمَعࣰا وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ یُنفِقُونَ

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” QS. As-Sajdah : 16.

Sesungguhnya bulan itu adalah bulan keagungan spiritual, perbaikan akhlak, dan kesucian hati. Yang menjadikan kehidupan di barisan – barisan kaum mu’minin kehidupan para pembesar yang tinggi menyerupai kehidupan orang – orang yang berasal dari bumi dan tanah liat (rakyat jelata).

Ya Allah muliakanlah kami dengan hadirnya kami di bulan yang agung ini. Tenggelamkanlah kami di dalamnya dengan rahmatMu yang Engkau janjikan kepada hambaMu yang beriman. Anugerahkanlah kepada kami ampunan dengan puasa dan sholat malam, serta anugerahkanlah kepada kami bebas dari api neraka.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

“Apabila datang bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka sedang pintu-pintu neraka ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu”.

At-Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim, dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

“Pada malam pertama bulan Ramadhan syaitan-syaitan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satupun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru, wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan”.

Bagaimana bisa seorang manusia tidak mendahulukan urusan ibadah dan ketaatan di bulan yang agung ini, padahal sungguh Allah telah menjadikan puasanya sebagai kafarat bagi dosa – dosanya yang telah lalu?

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Bagaimana tidak…sungguh Allah telah mengkhususkan satu pintu dari pintu – pintu surga, tidak memasukinya kecuali orang yang berpuasa?

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sahl bin Sa’d dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:

فِي الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ لَا يَدْخُلُهُ إِلَّا الصَّائِمُونَ

“Di surga ada delapan pintu, diantaranya ada yang dinamakan pintu ar-Rayyan yang tidak akan memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa”.

Bagaimana bisa seorang manusia enggan datang kepada ketaatan di bulan yang agung ini padahal Allah menyediakan pahala yang tidak terpikirkan sama sekali dalam benak dari apa yang Allah tinggalkan baginya karena kemurahanNya?

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah ‘azza wajalla berfirman; ‘Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.’ Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika ia berbuka, dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kesturi.”

Bagaimana pendapatmu wahai saudaraku bila ada seorang raja dari raja – raja yang terkenal dengan pemberian dan kedermawanannya berkata kepada rakyatnya: barang siapa yang mematuhi perintah fulan, maka baginya hadiah senilai seribu dinar. Kecuali barang siapa yang mengerjakan perintah fulan secara khusus, yang tidak ia kerjakan kecuali karena sang raja saja maka baginya kekhususan. Sesungguhnya aku tidak menetapkan balasannya dengan tepat seribu dinar akan tetapi aku tinggalkan hal itu kepada kederrmawananku saja.

Bagaimana menurutmu, apa yang akan diberikan oleh sang raja? Apakah ia akan memberi orang yang melaksanakannya secara khusus itu dengan seribu seratus dinar, seribu lima ratus dinar, atau dua ribu dinar? Jawabannya adalah tidak. Sesungguhnya tidak diragukan lagi bahwasanya ia akan memberi kepadanya yang pantas dengan kerajaannya, kedermawanannya, dan kedudukannya di antara manusia dan para raja.

Demikian jugalah balasan bagi orang yang berpuasa. Allah tidak menetapkan balasannya secara pasti sebagaimana ibadah – ibadah lainnya. Sesungguhnya Ia meninggalkan balasan dan pahalanya kepada kedermawananNya semata. Dari apa yang tidak pernah dilihat oleh mata. Tidak pernah didengar oleh telinga. Tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Kita tidak mengetahui sifat dari balasan itu dan jenis – jenisnya. Akan tetapi kita dapat memastikan bahwa balasannya itu dari apa yang sesuai dan pantas dengan kedermawanan Allah azza wa jalla.

Yang demikian itu karena puasa itu adalah khusus bagi Allah saja. Tidak masuk ke dalamnya hasrat, syahwat, dan hawa nafsu. Puasa itu adalah berasal dari apa yang berlawanan dengannya. Oleh karena itu Allah berfirman:

إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي

“Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.”

Maka rasa nikmatlah bagi kalian wahai kaum muslim yang berpuasa dalam puasa dan sholat kalian. Dan bergembira dengan apa yang Allah sediakan bagi kalian berupa pahala yang berlimpah dan pemberian yang sempurna.

Berhati – hatilah terhadap hal – hal yang merusak puasamu yaitu berbuat kotor, berbuat bodoh, dan berbuat fasik atau durhaka sehingga gugurlah amalmu. Jika engkau diperlakukan dengan bodoh oleh orang maka katakanlah sebagaimana yang diajarkan kepadamu oleh sang pengajar kebaikan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ

“Shaum (puasa) itu adalah benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shaum (beliau mengulang ucapannya dua kali).”

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:

Fiqih As-Shiyam oleh Dr. Muhammad Hasan Hitou

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *