Definisi kenabian secara syar’i adalah ketika Allah ta’ala memberi wahyu kepada seorang laki – laki berupa hukum syar’i taklifi (beban syariat kepadanya) sama saja apakah ia diperintahkan untuk menyampaikannya ataukah tidak. Kenabian ini adalah keutamaan dari Allah ta’ala, Dia memberikannya kepada siapa saja yang Ia kehendaki dari hamba – hamba-Nya. Allah ta’ala berfirman:
ٱللَّهُ أَعۡلَمُ حَیۡثُ یَجۡعَلُ رِسَالَتَهُۥ
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya.” QS. Al-An’am: 124.
Kenabian ini telah ditutup dengan kenabian sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Para Nabi itu memiliki tingkatan yang agung dalam hal ibadah, ketakwaan, dan kebaikan. Sebab Allah ta’ala menghendaki agar mereka itu menjadi teladan bagi makhluk-Nya dalam kesempurnaan manusiawi. Oleh karena itulah Allah menjaga mereka dari dosa – dosa dan menyiapkan mereka dengan persiapan khusus untuk mengemban tugas yang dibebankan kepada mereka. Allah ta’ala berfirman mengenai sayyidina Musa ‘alaihissalam:
وَلِتُصۡنَعَ عَلَىٰ عَیۡنِیۤ
“Dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku.” QS. Thaha: 39.
Allah ta’ala juga berfirman mengenai Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِیمࣲ
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” QS. Al-Qalam: 4.
أَلَمۡ یَجِدۡكَ یَتِیمࣰا فَـَٔاوَىٰ * وَوَجَدَكَ ضَاۤلࣰّا فَهَدَىٰ * وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلࣰا فَأَغۡنَىٰ
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu), dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk, dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” QS. Ad-Dhuha: 6-8.
أَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَكَ صَدۡرَكَ
“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?” QS. As-Syarh: 1.
Mereka berada di derajat yang tinggi dalam hal ibadah. Sebab Allah menghendaki mereka menjadi Nabi bukan bahwasanya mereka itu menjadi Nabi lantaran mereka itu berada pada derajat yang tinggi dalam hal ibadah. Maka kenabian adalah sebuah keutamaan dari Allah ta’ala bukan merupakan buah dari ketekunan dalam ibadah. Kemudian, sesungguhnya ibadah dan rasa takut kepada Allah itu sesuai dengan tingkatan ma’rifat atau mengenal Allah ta’ala, sedangkan mereka para Nabi itu adalah orang – orang yang paling mengenal Allah ta’ala.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhah, Al-Mukhtashar al-Mufid fii Syarh Jauharat at-Tauhid.