Islam Dibangun Di Atas Lima Perkara

Syarah Shahih Bukhari Hadits No. 8

Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata: Iman itu adalah perkataan dan perbuatan, serta bertambah dan berkurang. Allah ta’ala berfirman:

وَیَزۡدَادَ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ إِیمَـٰنࣰا

“Agar orang yang beriman bertambah imannya”. QS. Al-Muddatstsir: 31.

Allah subhanahu juga berfirman:

وَمَا زَادَهُمۡ إِلَّاۤ إِیمَـٰنࣰا وَتَسۡلِیمࣰا

“Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka.” QS. Al-Ahzab: 22.

Cinta karena Allah dan benci karena Allah merupakan keimanan.

Umar bin Abdul Aziz menulis:

إِنَّ لِلإِيمَانِ فَرَائِضَ وَشَرَائِعَ وَحُدُودًا وَسُنَنًا ، فَمَنِ اسْتَكْمَلَهَا اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَكْمِلْهَا لَمْ يَسْتَكْمِلِ الإِيمَانَ

“Sesungguhnya iman memiliki beberapa kewajiban, syariat, hudud (batasan) dan sunnah-sunnah. Barangsiapa menyempurnakannya maka sempurnalah imannya dan barangsiapa tidak menyempurnakannya maka tidak sempurna pula imannya.”

Mu’adz berkata:

اجْلِسْ بِنَا نُؤْمِنْ سَاعَةً

“Duduklah bersama kami, mari kita beriman sejenak.”

Ibnu Umar berkata:

لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ حَقِيقَةَ التَّقْوَى حَتَّى يَدَعَ مَا حَاكَ فِي الصَّدْرِ

“Tidaklah seorang hamba mencapai hakikat takwa hingga dia meninggalkan apa yang meresahkan dalam hatinya.”

Hadits No. 8, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun diatas lima (perkara); persaksian tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan”. HR. Bukhari.

Penjelasan Lafadz – Lafadznya

بُنِيَ الْإِسْلَامُ
Artinya adalah “Islam dibangun”. Diambil dari kata بِنَاء (bangunan). Islam diserupakan dengan bangunan yang agung lagi besar dan tegak di atas tiang – tiang. Jika tiang – tiang tersebut tidak ada, maka runtuhlah bangunan itu dan hancurlah asasnya. Ini adalah sebuah permisalan yang sangat bagus sekali.

شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Artinya “persaksian tidak ada tuhan selain Allah” yakni persaksian akan ke-Esaan Allah dan kenabian atau kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

وَإِقَامِ الصَّلَاةِ
Artinya “mendirikan shalat”. Yakni menunaikannya dengan sempurna. Menunaikan rukun – rukunnya, kewajiban – kewajibannya, adab – adabnya, tunduk, dan khusyu’. Oleh karena inilah digunakan ungkapan الإِقَامَة (pendirian) pada seluruh lafadz – lafadz yang terkait dengan sholat.

وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ
Artinya “menunaikan zakat”, yakni memberikan zakat kepada para fakir miskin dan kepada penerima zakat lainnya yang keseluruhan berjumlah 8 golongan. Hikmah zakat ini adalah menolak kikir dari diri. Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” QS. Al-Hasyr: 9.

وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Artinya “puasa Ramadhan”. Yakni menjalankan puasa di bulan Ramadhan yang diberkahi. Bulan diturunkannya al-Qur’an.

وَالْحَجِّ
Artinya “haji”. Yakni menunaikan haji ke Baitullah Masjidil Haram bagi siapa saja yang mampu.

Faidah Penting

Dalam hadits tersebut disebutkan masalah sholat setelah syahadat karena sholat adalah rukun Islam yang paling penting. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuat permisalan yang sangat baik sekali. Beliau memisalkannya dengan manusia yang memiliki anggota -anggota badan. Padanya terdapat dua tangan, dua kaki, dua mata, dan kepala. Bila tangannya dipotong, ia tidak mati, namun ia menjadi manusia yang tidak sempurna lagi. Demikian juga bila dipotong kakinya, ia tidak mati namun ia jadi pincang. Bila dicabut matanya, ia tidak mati namun ia menjadi buta. Adapun ketika yang dipotong adalah kepalanya, maka tercabutlah seluruh kehidupannya. Oleh karena inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ دِيْنَ لِمَنْ لاَ صَلاَةَ لَهُ. اِنَّمَا مَوْضِعُ الصَّلاَةِ مِنَ الدّيْنِ كَمَوْضِعِ الرَّأْسِ مِنَ اْلجَسَدِ. الطبرانى فى الاوسط و الصغير

“Tidak ada agama bagi orang yang tidak shalat. Sesungguhnya kedudukan shalat itu bagi agama adalah seperti kedudukan kepala bagi tubuh. (HR. Thabrani dalam Al-Ausath dan Ash-Shaghir).

Sebab Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu Menyebutkan Hadits Tersebut

Imam Bukhari menyebutkan sebab Ibnu Umar meriwayatkan hadits ini dalam Kitab at-Tafsir bahwa seseorang menemui Ibnu ‘Umar seraya berkata; ‘Wahai Abu ‘Abdur Rahman apa yang membawamu untuk berhaji dan berumrah pada tahun ini dan engkau meninggalkan jihad di jalan Allah padahal engkau tahu bahwa Allah sangat menganjurkan hal itu? Kemudian beliau menyampaikan hadits tersebut.

Permisalan Yang Bagus Sekali

Dalam hadits tersebut terdapat permisalan yang bagus sekali mengenai rukun – rukun Islam yaitu menyerupakannya dengan bangunan yang besar. Bangunan tersebut bertumpu pada tiang – tiang yang berjumlah lima tiang. Bila patah satu tiangnya, maka bangunan besar tersebut berada dalam bahaya. Bangunan tersebut memiliki satu tiang yang besar di bagian tengahnya. Tiang itulah yang mempertahankan bangunan itu seluruhnya karena ia adalah asas atau pondasi yang menjadi tempat bertumpunya bangunan itu. Tiang itu adalah bersaksi akan ke-Esaan Allah ta’ala serta membenarkan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Tiang – tiang lainnya mengokohkan bangunan itu yaitu sholat, puasa, haji, dan zakat. Jika runtuh asas atau pondasinya maka runtuhlah seluruh bangunan tersebut. Ini adalah permisalan yang sangat bagus sekali.

Wallahu ‘alam bi as-shawwab.

Rujukan: Syarah al-Muyassar Li Shahih al-Bukhari oleh Syaikh Muhammad ‘Ali As-Shabuni.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *