Iman dan Islam Adalah Agama Yang Satu

Tags:

Telah umum di antara manusia dan di sisi jumhur ulama’ bahwasanya al-iman itu bukan al-Islam. Keduanya memiliki penjelasan masing – masing yang menunjukkan kepada makna yang berbeda satu sama lainnya. Secara zhahir keduanya merupakan nama bagi agama yang satu, masing – masing dari keduanya saling melengkapi satu sama lain. Apabila hakikat Islam adalah menyerahkan diri dan ketundukan kepada Allah ta’ala, maka hakikat iman adalah membenarkan. Perbedaan hakikat keduanya dalam hal bahasa dan kebiasaan tidak menghalangi untuk menjadikan keduanya sebagai nama bagi agama yang satu. Seperti halnya kata (الغيث dan المطر) yang sama – sama bermakna hujan, keduanya merupakan nama yang digunakan untuk menyebut satu hal yang satu. Akan tetapi hakikat الغيث dalam lisannya orang Arab bukanlah hakikat dari المطر.

Dalil bahwasanya Islam dan Iman adalah agama yang satu menurut istilah syar’i sangat banyak. Di antaranya adalah dua ayat berikut ini:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” QS. Ali Imran : 19.

قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah.” QS. Al-Baqarah : 136.

Dalam kedua ayat tersebut Allah menunjukkan kepada kita bahwasanya iman kepada Allah itulah Islam.

Di antaranya juga ada ayat yang ketiga berikut ini mengenai kisah nabi Luth ‘alaihissalam:

فَأَخْرَجْنَا مَنْ كَانَ فِيهَا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ * فَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang berserah diri (muslimin).” QS. Adz-Dzariyat : 35-36.

Dalam ayat tersebut Allah menyebut mereka dengan orang – orang yang beriman pada satu waktu dan menyebutnya dengan sebutan muslimin pada waktu yang lain. Sesungguhnya Allah hendak membedakan mereka dari selain mereka dengan agama – agama mereka. Maka benarlah sebagaimana yang dikatakan oleh al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman-nya bahwa al-Iman dan al-Islam itu adalah dua sebutan bagi agama yang satu.

Hadits – hadits yang shahih menegaskan hal ini di antaranya adalah hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari, Muslim, dan at-Tirmidzi, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bagi utusan Abdul Qaisy dari Rabi’ah:

آمُرُكُمْ بِأَرْبَعٍ وَأَنْهَاكُمْ عَنْ أَرْبَعٍ آمُرُكُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ وَهَلْ تَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَتُعْطُوا مِنْ الْمَغْنَمِ الْخُمُس…

“Aku perintahkan kalian empat hal dan aku larang kalian empat hal. Aku perintahkan kalian untuk beriman kepada Allah, tahukah kalian keimanan kepada Allah? Yaitu persaksian bahwa tiada sesembahan yang hak selain Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, dan kalian berikan seperlima bagian ghanimah…”

Dalam hadits tersebut Rasulullah menyebut kalimat syahadat dengan sebutan iman dan menyebutnya pada hadits yang lain dengan sebutan Islam.

Hadits yang lain tersebut adalah hadits yang dikeluarkan oleh penulis kutubus sittah (enam kitab hadits utama) kecuali al-Bukhari dengan lafadz dari hadits Umar radhiyallahu ‘anhu yang masyhur di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab Jibril ‘alaihissalam yang bertanya kepada Nabi mengenai Islam, maka beliau menjawab:

الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

“Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.”

Beliau juga bersabda mengenai iman:

 أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruknya.”

Imam Abu Bakar al-Baihaqiy rahimahullah berkata dalam kitabnya Syu’abul Iman: “Dalam penamaan kalimat syahadat pada hadits ini dengan kata Islam dan pada hadits yang pertama dengan kata iman, menunjukkan bahwa keduanya merupakan dua nama untuk menyebut suatu hal yang satu. Kecuali bila ditafsirkan dalam hadits ini bahwa iman itu secara eksplisit adalah at-tashdiq (pembenaran) dan Islam itu adalah tanda – tanda bagi iman tersebut, meskipun sebutan tersebut secara eksplisit terkait dengan tanda – tandanya dan tanda – tandanya terkait dengan sebutan eksplisitnya. Ini sebagaimana halnya dipisahkannya antara keduanya dengan Ihsan, meskipun Iman dan Islam itu adalah Ihsan. Ihsan yang ditafsirkan dengan ikhlas dan yakin juga adalah keimanan. Wallahu ta’ala ‘alam.”

Hadits riwayat Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Ahmad, Baihaqiy, dan Ibnu Huzaimah dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma memperkuat hal ini, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun di atas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan”.

Di dalam hadits ini terdapat petunjuk yang jelas di mana lima rukun – rukun tersebut disebut dengan Islam dan pada riwayat yang lain disebut dengan Iman sebagaimana disebutkan pada hadits tentang utusan Abdul Qaisy dari Rabi’ah di atas.

Imam al-Baihaqiy meriwayatkan sebuah hadits mengenai seorang laki – laki yang bertanya kepada Abdullah Ibnu Umar:

 يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ ! مَا لَكَ تَحُجُّ ، وَتَعْتَمِرُ وَقَدْ تَرَكْتَ الْغَزْوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ؟ قَالَ : ” وَيْلَكَ إِنَّ الإِيمَانَ بُنِيَ عَلَى خَمْسٍ : تَعْبُدُ اللَّهَ ، وَتُقِيمُ الصَّلاةَ ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ ، قَالَ : فَرَدَّهَا عَلَيْهِ ، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ : كَذَلِكَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، ثُمَّ الْجِهَادُ بَعْدَ ذَلِكَ حَسَنٌ ” ، قَالَ الإِمَامُ أَبُو بَكْرٍ الْبَيْهَقِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ : وَإِنَّمَا أَرَادَ ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ ، أَنَّ الْجِهَادَ مِنْ فُرُوضِ الْكِفَايَاتِ ، وَلَيْسَ بِفَرْضٍ عَلَى الأَعْيَانِ .

“Wahai Abu Abdurrahman! Tidakkah engkau berhaji dan umrah, dan sungguh engkau telah meninggalkan perang di jalan Allah?” Beliau menjawab: “Celaka engkau, sesungguhnya Iman itu dibangun di atas lima hal: menyembah Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan.” Lalu orang itu membantahnya. Berkatalah Abdullah: “Demikian itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikannya kepada kami. Kemudian, berjihad setelah yang demikian itu adalah baik.”

Berkata Imam al-Baihaqiy rahimahullah: “Sesungguhnya yang dikehendakinya, wallahu ‘alam, bahwasanya kewajiban jihad adalah fardhu kifayah bukan fardhu ‘ain.”

Di dalam hadits yang lain disebutkan secara jelas bahwa Islam itu adalah Iman itu sendiri. Dari Hammad dari Bapaknya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya:

” أَسْلِمْ تَسْلَمْ ” ، قَالَ : وَمَا الإِسْلامُ ؟ قَالَ : ” تُسْلِمُ قَلْبَكَ لِلَّهِ ، وَيَسْلُمُ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِكَ وَيَدِكَ ” ، قَالَ : فَأَيُّ الإِسْلامِ أَفْضَلُ ؟ قَالَ : ” الإِيمَانُ ” ، قَالَ : فَمَا الإِيمَانُ ؟ قَالَ : ” تُؤْمِنُ بِاللَّهِ ، وَمَلائِكَتِهِ ، وَكُتُبِهِ ، وَرُسُلِهِ ، وَبِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ ” ، قَالَ : فَأَيُّ الإِيمَانِ أَفْضَلُ ؟ قَالَ : ” الْهِجْرَةُ ” ، قَالَ : وَمَا الْهِجْرَةُ ؟ قَالَ : ” أَنْ تَهْجُرَ السُّوءَ ” ، قَالَ : فَأَيُّ الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ ؟ قَالَ : ” الْجِهَادُ ” ، قَالَ : وَمَا الْجِهَادُ ؟ قَالَ : ” أَنْ تُجَاهِدَ ، أَوْ قَالَ : تُقَاتِلَ الْكُفَّارَ إِذَا لَقِيتَهُمْ “

“Masuk Islam lah maka engkau akan selamat”. Lalu dia bertanya: “Apakah Islam itu?” Beliau menjawab: “Engkau menundukkan hatimu kepada Allah, dan kaum muslimin selamat dari lisan dan tanganmu.” Dia bertanya lagi: “Islam yang bagaimanakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “Iman.” Dia bertanya lagi: “Apakah iman itu?” Beliau menjawab: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat – malaikatnya, kitab – kitab-Nya, rasul – rasul-Nya, dan terhadap hari kebangkitan setelah kematian.” Dia bertanya lagi: “Iman apakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “Hijrah.” Dia bertanya lagi: “Apakah hijrah itu?” Beliau menjawab: “Engkau meninggalkan keburukan.” Dia bertanya lagi: “Hijrah apakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “Jihad.” Dia bertanya lagi: “Apakah jihad itu?” Beliau menjawab: “Engkau berjihad atau memerangi orang – orang kafir ketika engkau bertemu mereka.” HR. Al-Baihaqiy dalam Syu’ab al-Iman.

Islam itu mencakup i’tiqad (keyakinan) dan amal zhahir karena Nabi bersabda:

تُسْلِمُ قَلْبَكَ لِلَّه

“Engkau menundukkan hatimu kepada Allah”

Hal itu sebagai isyarat akan shahihnya keyakinan. Sedangkan sabdanya:

وَيَسْلُمُ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِكَ وَيَدِكَ

“Kaum muslimin selamat dari lisan dan tanganmu.”

Hal itu sebagai isyarat akan shahihnya amal – amal zhahir.

Al-Halimiy berkata: “Hal ini menunjukkan bahwasanya ketaatan dalam keimanan itu adalah keimanan dan bahwasanya kemaksiatan dalam kekafiran itu adalah kafir. Maka jika seorang kafir masuk Islam maka keIslamannya tersebut menghapuskan kekafirannya. Maka bila dia baik dalam berIslam, ketaatan – ketaatannya akan menghapuskan kemaksiatan – kemaksiatan yang dahulu ia kerjakan semasa kafir. Bila ia tidak baik dalam berIslam, maka kemaksiatan – kemaksiatan yang dulu ia kerjakan akan tetap sebagaimana adanya tidak terdapat sesuatu yang dapat menghapuskannya, maka diambillah ia dengan kesalahan – kesalahannya semasa Islam dan sebelumnya. Yakni Islam akan menghapus yang sebelumnya dan tidak mengharuskan mengqadha’ apa yang telah lalu dari sholat dan puasa karena telah hilangnya hal itu darinya.”

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Dr. Wahbah Zuhailiy. Ushul al-Iman wa al-Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *