Para Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam merupakan delegasi yang diberi tugas oleh Allah ta’ala untuk menyampaikan risalah – risalah Rabb mereka, kitab – kitab-Nya, dan wasiat – wasiat-Nya. Maka tidak ada pilihan bagi manusia kecuali menerima ajaran mereka, membenarkan seruan mereka, memuliakan mereka, dan mendukung mereka seluruhnya. Tanpa pemisahan dan pembedaan. Tidak pula memilih salah satunya atau sebagiannya dan meninggalkan sebagian lainnya. Sekalipun begitu, ahli kitab tidak mematuhi sikap ini. Mereka membenarkan sebagian Rasul dan mendustakan sebagian lainnya. Bahkan mereka membunuh segolongan dari mereka atau mensifatinya dengan sifat yang berbeda dengan yang sebenarnya dan tidak sesuai fakta. Allah ta’ala berfirman menjelaskan sikap ini:
لَقَدۡ أَخَذۡنَا مِیثَـٰقَ بَنِیۤ إِسۡرَ ٰۤءِیلَ وَأَرۡسَلۡنَاۤ إِلَیۡهِمۡ رُسُلࣰاۖ كُلَّمَا جَاۤءَهُمۡ رَسُولُۢ بِمَا لَا تَهۡوَىٰۤ أَنفُسُهُمۡ فَرِیقࣰا كَذَّبُوا۟ وَفَرِیقࣰا یَقۡتُلُونَ * وَحَسِبُوۤا۟ أَلَّا تَكُونَ فِتۡنَةࣱ فَعَمُوا۟ وَصَمُّوا۟ ثُمَّ تَابَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِمۡ ثُمَّ عَمُوا۟ وَصَمُّوا۟ كَثِیرࣱ مِّنۡهُمۡۚ وَٱللَّهُ بَصِیرُۢ بِمَا یَعۡمَلُونَ * لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِینَ قَالُوۤا۟ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِیحُ ٱبۡنُ مَرۡیَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِیحُ یَـٰبَنِیۤ إِسۡرَ ٰۤءِیلَ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ رَبِّی وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن یُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِینَ مِنۡ أَنصَارࣲ * لَّقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِینَ قَالُوۤا۟ إِنَّ ٱللَّهَ ثَالِثُ ثَلَـٰثَةࣲۘ وَمَا مِنۡ إِلَـٰهٍ إِلَّاۤ إِلَـٰهࣱ وَ ٰحِدࣱۚ وَإِن لَّمۡ یَنتَهُوا۟ عَمَّا یَقُولُونَ لَیَمَسَّنَّ ٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ مِنۡهُمۡ عَذَابٌ أَلِیمٌ * أَفَلَا یَتُوبُونَ إِلَى ٱللَّهِ وَیَسۡتَغۡفِرُونَهُۥۚ وَٱللَّهُ غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ * مَّا ٱلۡمَسِیحُ ٱبۡنُ مَرۡیَمَ إِلَّا رَسُولࣱ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُ وَأُمُّهُۥ صِدِّیقَةࣱۖ كَانَا یَأۡكُلَانِ ٱلطَّعَامَۗ ٱنظُرۡ كَیۡفَ نُبَیِّنُ لَهُمُ ٱلۡـَٔایَـٰتِ ثُمَّ ٱنظُرۡ أَنَّىٰ یُؤۡفَكُونَ
“Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap rasul datang kepada mereka dengan membawa apa yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, (maka) sebagian (dari rasul itu) mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi bencana apa pun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), karena itu mereka menjadi buta dan tuli, kemudian Allah menerima tobat mereka, lalu banyak di antara mereka buta dan tuli. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zhalim itu. Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan, bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih. Mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya? Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahli Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh keinginan mereka). QS. Al-Ma’idah: 70-75.
Ayat – ayat yang mulia tersebut memuat kabar – kabar yang menggetarkan dan fakta yang terjadi dari kedua kitab terdahulu.
Kabar pertama: Allah ta’ala bersumpah dengan Dzat-Nya bahwasanya Dia telah mengambil janji yang tetap dalam Taurat atas Bani Israil untuk mendengarkan dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya: Musa, ‘Isa, dan Muhammad ‘alaihimussholatu wassallam. Sehingga mereka hanya beriman terhadap Allah saja tiada sekutu baginya dan mengikuti hukum – hukum Allah dan syariat – syariat-Nya. Akan tetapi mereka melanggar perjanjian tersebut dan memperlakukan Rasul dengan pertimbangan hawa nafsu mereka. Mereka mendustakan sebagiannya dan berpaling dari risalahnya. Mereka juga membunuh sebagiannya dengan kezhaliman dan permusuhan.
Kabar yang kedua: Mereka menyangka dan yakin bahwa apa yang mereka perbuat itu tidak akan mengakibatkan keburukan dan bahaya. Juga tidak akan terjadi bencana terhadap mereka, yakni adanya cobaan dan penderitaan bagi mereka karena perbuatan fasad mereka. Karena mereka mengklaim bahwa mereka itu anak Allah dan kekasih – kekasih-Nya.
Mereka pun masuk ke dalam syahwat – syahwat mereka hingga mereka diberi cobaan dengan cobaan yang sangat pedih. Akan tetapi mereka tidak pernah mengambil pelajaran dan tidak mengambil ibrah. Mereka pun menjadi buta terhadap kebenaran dan tidak melihat jalan petunjuk. Maka mereka diserupakan dengan orang yang buta. Pendengaran – pendengaran mereka tuli dari mendengar yang haq dan dari mentadaburi ayat – ayat Allah. Maka mereka diserupakan dengan orang yang tuli. Mereka tidak mendapat petunjuk kepada kebaikan.
Kemudian dikuasakanlah atas mereka kaum Babilon yang merampas harta – harta mereka serta menyandera anak – anak dan kaum wanita mereka. Kemudian Allah menerima taubat mereka terhadap apa saja yang telah mereka lakukan, yakni mereka kembali kepada ketaatan dan kebenaran ketika mereka kembali kepada Rabb mereka dan meninggalkan kerusakan, keburukan, dan ibadah kepada anak sapi. Kemudian mereka kembali lagi tenggelam dalam syahwat dan menjadi buta terhadap nasehat – nasehat. Pendengaran – pendengaran mereka kembali tuli terhadap ayat – ayat Allah. Mereka tidak mengambil pelajaran dari peringatan – peringatan dan tidak belajar dari musibah yang amat berat, hujah – hujah, ayat – ayat, dan penjelasan – penjelasan.
Kebanyakan mereka adalah orang – orang yang durhaka. Mereka melanggar perintah – perintah Allah dan Rasul-Nya. Maka Allah pun menguasakan bangsa Persi atas mereka, kemudian bangsa Romawi. Bangsa – bangsa tersebut menghancurkan kerajaan mereka dan merenggut kemerdekaan mereka. Allah mengetahui keadaan – keadaan mereka, mengetahui tipu daya – tipu daya mereka, dan makar – makar mereka terhadap Rasul – Rasul mereka dan terhadap Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedikit sekali di antara mereka yang mu’min lagi shalih.
Kabar yang ketiga: Allah ta’ala juga bersumpah bahwa kafirlah orang – orang yang menuhankan Al-Masih. Mereka sesat dengan kesesatan yang amat sangat parah keluar dari batas – batas akal dan agama. Padahal al-Masih sendiri memperingatkan mereka akibat dari syirik dan penyembahan terhadap berhala. Beliau memberi tahu mereka bahwasanya barang siapa yang menyekutukan Allah sungguh Allah telah mengharamkan surga atasnya dan tempatnya adalah di neraka. Tidaklah ada penolong bagi orang – orang yang zhalim itu yang akan menolong mereka. Tidak ada pula pemberi syafaat yang akan memberikan syafaat bagi mereka dan menyelamatkan mereka.
Kabar yang keempat: Bagian lain yang dikonfirmasi oleh Allah ta’ala seperti yang sebelumnya adalah bahwasanya kafirlah orang – orang yang menganut trinitas. Tidak ada tuhan yang lain di alam semesta ini kecuali tuhan yang satu, tempat meminta segala sesuatu, dan Dia mengabarkannya dengan kebenaran. Tuhan yang demikian itu adalah Allah ta’ala. Jika mereka tidak berhenti dari klaim tersebut, niscaya mereka akan dihadapkan pada adzab yang pedih di akhirat.
Di akhir kabar – kabar ini, rahmat Allah dan kelembutannya terhadap hamba – hambanya menghendaki agar mereka berada di atas iman yang shahih dan menyeru mereka untuk bertaubat serta memohon ampun dari kekafiran dan kedurhakaan mereka. Sungguh Allah Maha pengampun bagi orang – orang yang bertaubat, menyayangi mereka, dan menutupi dosa – dosa.
Berita yang kelima: Tentang hakikat al-Masih dan bahwasanya beliau adalah Rasul manusia sebagaimana Rasul – Rasul pendahulunya juga bahwasanya ibunya yaitu Maryam adalah seorang wanita yang sangat benar yakni beriman dengan hakikatnya Isa dan membenarkannya serta mengakui risalahnya dengan cara yang shahih. Baginya kedudukan yang mengiringi kedudukan para Nabi dan Rasul. Dia dan puteranya hanyalah manusia biasa yang minum dan makan untuk menjaga kehidupannya.
Kemudian, Allah ta’ala memerintahkan Nabinya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan umatnya setelahnya untuk memperhatikan kesesatan kaum – kaum tersebut dan yang sesudahnya dari sunnah yang haq. Juga bahwasanya ayat – ayat dan dalil – dalil yang terang telah jelas bagi mereka. Kemudian mereka setelah yang demikian itu berpaling dari kebenaran. Yakni berpaling kepada pembenaran dan hawa nafsu mereka serta keinginan mereka daripada kepada kebenaran yang jelas dan jalan keimanan yang lurus dan selamat.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
Tafsir al-Wasith oleh Syaikh Wahbah Zuhailiy.