Hakikat Iman dan Pokok – Pokoknya

Iman adalah akarnya Islam dan juga pondasinya. Dengan iman tersebut dapat dibedakan antara seorang muslim yang benar dengan yang lainnya dari kalangan orang – orang yang sesat dan menyimpang, orang kafir atau orang yang mengingkari, serta orang yang munafik atau riya’. Iman itulah sebab diterimanya amal – amal yang bermacam – macam di sisi Allah ta’ala nanti di negeri akhirat. Iman tidak dapat dibagi – bagi, kadangkala seseorang itu memiliki keimanan yang kokoh dan mendalam dalam diri seorang mu’min serta hati yang sadar, kadangkala seseorang itu tidak memiliki keimanan sama sekali. Ketika hilang keimanan maka hilang pulalah agama yang benar dalam jiwa manusia dan kalahlah manusia dalam kegelapan aniaya. Ia menjadi tersesat dan bingung di jalan kehidupan. Maka barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah untuk beriman dan dibahagiakan hatinya untuk Islam, ia akan bahagia dengan kebahagiaan yang luar biasa, tentram jiwanya, tenang perasaannya, hidup bahagia, dan ketika bertemu dengan Allah ia dalam keadaan diridhai-Nya.

Kata Iman adalah turunan kata dari (الامن-aman) yang merupakan lawan dari kata (الخوف-takut). Iman adalah membenarkan secara mendalam di dalam diri seorang mu’min yang tidak ada keraguan dalam pembenarannya dan yakin bahwa sesungguhnya apa yang diimani oleh seorang manusia itu adalah benar dan jujur. Bersamaan dengan itu, ia menjauh dari dusta, menutup hakikat kebenaran, atau mengaburkannya.

Keimanan itu menetapkan sebuah pondasi dan permulaan ketaatan yang sempurna bagi siapa saja yang beriman dengannya, baik itu dalam hal memenuhi perintah maupun menjauhi larangan. Maka makna iman terhadap Allah ‘azza wa jalla adalah yakin terhadap penetapan Dzat Allah, sifat – sifat-Nya yang tinggi, nama – nama-Nya yang baik (asma’ al-husna), mengakui keberadaan-Nya, mengakui ke-Esaan-Nya, dan bersegera untuk mentaati-Nya. Adapun makna iman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan setiap para Nabi dan Rasul adalah penetapan dan pengakuan kenabiannya, risalah yang dengannya ia diutus dari sisi Allah ta’ala, menerima apa saja yang dibawanya, dan taat kepadanya.

Iman kepada Allah dan Rasul-Nya ada dua jenis: yang tersembunyi dan yang nampak. Iman yang tersembunyi adalah iman yang ada di dalam hati, disebut dengan i’tiqad (keyakinan). Adapun iman yang nampak adalah yang ada pada lisan, dinamakan dengan iqrar (pengakuan) atau syahadah (penyaksian).

Iman yang tersembunyi mencakup niat dan ketetapan hati yang tidak sah ibadah kepada Allah tanpanya. Iman yang tersembunyi juga mencakup keyakinan atas wajibnya apa saja yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya, bolehnya apa saja yang dibolehkan Allah dan Rasul-Nya, dan melarang atau menahan diri dari yang terlarang atas apa saja yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Iman yang nampak mencakup setiap praktek anggota badan yang melakukan gerakan zhahir yang nampak oleh mata seperti thaharah (bersuci), sholat, zakat, puasa, haji, umrah, dan jihad fi sabilillah.

Setiap yang demikian itu adalah Iman dan Islam serta ketaatan kepada Allah ta’ala dan Rasulullah al-Amin.

Iman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah perkara pokok yang penting yang memindahkan manusia dari lingkaran kekufuran dan kesesatan. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah cabang yang menyempurnakan iman dengan kesempurnaannya dan mengurangi iman dengan kekurangannya. Yakni, sesungguhnya Iman adalah asas di dalam hati yang tidak bertambah dan tidak berkurang, yang terjadi adalah berkurangnya iman karena berkurangnya ketaatan dan bertambahnya iman dengan bertambahnya ketaatan. Ketaatan itu sendiri mencakup hal – hal yang fardhu maupun hal – hal yang sunnah. Maka apa saja yang dilakukan manusia baik itu fardhu maupun sunnah maka hal itu akan menambah keimanannya. Akan tetapi meninggalkan satu saja dari ushul (pokok) iman terhadap Allah dan Rasul-Nya maka akan dianggap sebagai kafir. Kafir yaitu pengingkaran, penafian, dan pendustaan. Adapun seseorang yang meninggalkan suatu ketaatan tidak dianggap sebagai kafir, namun dianggap sebagai orang yang menyelesihi dan durhaka.

Allah ta’ala berfirman dalam mensifati kaum mu’minin dan berbeda – bedanya mereka dalam bertambahnya iman dan berkurangnya ketaatan mereka:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ * الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ * أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. QS. Al-Anfal: 2-4.

Pokok – pokok keimanan atau cabang – cabangnya ada tujuh puluh tiga cabang berdasarkan hadits yang dikeluarkan Muslim di dalam Shahihnya dan Abu Dawud di dalam Sunannya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ

“Iman itu ada tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman.”

Merupakan hal yang telah diketahui bahwa kata ( بِضْعٌ ) adalah jumlah antara 3 sampai dengan 9.

Cabang – cabang keimanan dibagi menjadi tiga bagian: amal – amal hati, amal – amal lisan, dan amal – amal badan.

Adapun amal – amal hati mencakup aqidah dan niat, jumlahnya ada dua puluh tujuh yaitu:
Laa ilaha ilallah (tiada tuhan selain Allah), iman terhadap malaikat, iman terhadap kitab – kitab ilahiyah, iman terhadap rasul, iman terhadap qadar (takdir), iman terhadap hari akhir, iman terhadap hari kebangkitan, iman terhadap hari dikumpulkan, shirath (jembatan di atas neraka), dan mizan (timbangan amal), iman terhadap surga dan neraka, cinta kepada Allah ta’ala, cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, cinta dan benci karena Allah, ikhlas, taubat, takut terhadap Allah, berharap kepada Allah, bersyukur atas nikmat – nikmat Allah, sabar atas musibah – musibah, tawakal kepada Allah, menyayangi yang kecil dan memuliakan yang tua, meninggalkan dengki dan hasad, berakhlak baik, malu, gembira dengan kebaikan dan sedih dengan keburukan, seseorang suka sesuatu ada pada diri saudaranya sebagaimana ia suka hal itu ada pada dirinya, seorang muslim yang suka membantu agamanya.

Adapun amal – amal lisan ada enam cabang yaitu: membaca al-Qur’an, menuntut ilmu, menyebarkan ilmu, do’a, dzikir, dan menjaga lisan.

Adapun amal – amal badan ada empat puluh cabang dan terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu: amal – amal yang terkait dengan diri pribadi, yang terkait dengan apa saja yang mengikuti amal diri pribadi, dan apa saja yang terkait dengan amal – amal umum.

Amal – amal yang terkait dengan diri pribadi ada lima belas cabang yaitu: thaharah (bersuci), sholat, zakat, shoum, i’tikaf, haji dan umrah, menunaikan akad atau janji, menahan tangan dari mengambil harta – harta haram, sederhana dalam nafkah, berpakaian yang baik, makan dan minum yang halal, menjaga dari permainan yang melalaikan, zuhud terhadap dunia dan pendek angan – angan, berqurban, cemburu yang terpuji dan tercela.

Amal – amal yang mengikuti amal diri pribadi ada enam cabang yaitu: menikah, menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, berbuat baik kepada orang tua, silaturahim, mendidik anak laki – laki dan anak – anak perempuan, dan berbuat baik kepada pembantu.

Amal – amal yang bersifat umum ada sembilan belas cabang yaitu: taat kepada Ulil Amri dan berpegang teguh dengan jama’ah, memutuskan hukum di antara manusia dengan adil, mendamaikan antar manusia yang bertikai, tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, amar makruf dan nahi munkar, menegakkan hukuman, jihad, amanah, memuliakan tetangga, memuliakan tamu, kedermawanan, memutupi aib orang yang bermaksiat, tidak merusak kehormatan manusia, berkasih sayang dengan kaum mukminin, mengunjungi orang yang sakit, tidak membunuh jiwa dan menyerangnya, mendoakan kebaikan bagi orang yang bersin, mensholatkan muslimin yang meninggal dunia, dan menyingkirkan gangguan dari jalan.

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Dr. Wahbah Zuhailiy. Ushul al-Iman wa al-Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *