Tafsir QS. Al-Ma’idah Ayat 112-115
Allah ta’ala berfirman:
إِذۡ قَالَ ٱلۡحَوَارِیُّونَ یَـٰعِیسَى ٱبۡنَ مَرۡیَمَ هَلۡ یَسۡتَطِیعُ رَبُّكَ أَن یُنَزِّلَ عَلَیۡنَا مَاۤىِٕدَةࣰ مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِۖ قَالَ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِینَ * قَالُوا۟ نُرِیدُ أَن نَّأۡكُلَ مِنۡهَا وَتَطۡمَىِٕنَّ قُلُوبُنَا وَنَعۡلَمَ أَن قَدۡ صَدَقۡتَنَا وَنَكُونَ عَلَیۡهَا مِنَ ٱلشَّـٰهِدِینَ * قَالَ عِیسَى ٱبۡنُ مَرۡیَمَ ٱللَّهُمَّ رَبَّنَاۤ أَنزِلۡ عَلَیۡنَا مَاۤىِٕدَةࣰ مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ تَكُونُ لَنَا عِیدࣰا لِّأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَایَةࣰ مِّنكَۖ وَٱرۡزُقۡنَا وَأَنتَ خَیۡرُ ٱلرَّ ٰزِقِینَ * قَالَ ٱللَّهُ إِنِّی مُنَزِّلُهَا عَلَیۡكُمۡۖ فَمَن یَكۡفُرۡ بَعۡدُ مِنكُمۡ فَإِنِّیۤ أُعَذِّبُهُۥ عَذَابࣰا لَّاۤ أُعَذِّبُهُۥۤ أَحَدࣰا مِّنَ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa yang setia berkata, “Wahai Isa putra Maryam! Bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” Isa menjawab, “Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.” Mereka berkata, “Kami ingin memakan hidangan itu agar tenteram hati kami dan agar kami yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan (hidangan itu).” Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.” Allah berfirman, “Sungguh, Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah (turun hidangan) itu, maka sungguh, Aku akan mengazabnya dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia (seluruh alam).” QS. Al-Ma’idah: 112-115.
Tafsir al-Wajiz:
Dan ingatlah ketika Hawariyyun (murid – muridnya ‘Isa) berkata meminta ketentraman semisal dengan permintaan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam agar Allah menghidupkan yang mati: Apakah Tuhanmu memberimu dan memenuhi permintaanmu untuk menurunkan hidangan dari langit kepada kami (yaitu meja makan yang diletakkan makanan di atasnya, dan itu adalah sesuatu yang jauh di atas tanah), yang dimaksud di sini adalah makanan itu sendiri. Isa berkata kepada mereka: Takutlah kalian kepada Allah dan takutlah kalian akan tuntutan berupa pertanyaan ini dan yang semisalnya jika kalian adalah orang – orang yang benar dalam iman kalian.
Hawariyyun berkata: Kami ingin makan dari hidangan tersebut sehingga tentramlah hati kami dengan kesempurnaan kuasa Allah dan kami mengetahui dengan ilmu yang yakin bahwasanya engkau kami benarkan dalam kenabianmu. Kami akan menjadi saksi terhadap Bani Israil yang tidak menyaksikan tanda – tanda ini.
Nabi ‘Isa pun berdoa karena melihat desakan terus menerus dan tujuan mereka dengan diturunkannya hidangan tersebut: Ya Allah Rabb kami, turunkanlah hidangan dari langit kepada kami, hari turunnya hidangan tersebut akan menjadi hari raya dan suka cita bagi orang – orang yang ada di masa kami dan bagi orang – orang yang datang setelah kami. Agar hal itu menjadi dalil yang jelas atas kuasa-Mu dan kebenaran risalah Rasul-Mu. Berikanlah kami rizki yang dengannya kami memohon pertolongan untuk senantiasa bersyukur dan beribadah kepada-Mu. Engkaulah sebaik – baik pemberi rizki dan sebaik – baik pemberi. Tidak ada yang memberi rizki pada hakikatnya selain Engkau.
Allah ta’ala berfirman menjawab doa ‘Isa ‘alaihissalam: Sesungguhnya Aku turunkan kepada kalian hidangan ini, maka barangsiapa yang kafir di antara kalian setelah turunnya hidangan tersebut, sesungguhnya Aku akan mengadzabnya dengan adzab yang belum ada yang semisal dengannya satupun di alam semesta ini: yaitu zaman mereka. Hal itu disebabkan karena mereka kafir setelah menyaksikan bukti yang dapat dicapai dengan panca indra yang mereka minta. Ibnu Abbas berkata: Diturunkan hidangan makanan kepada ‘Isa bin Maryam dan Hawariyyun: meja makan yang terdapat ikan dan roti di atasnya, mereka makan darinya ke mana saja mereka menghadap ketika mereka mau.
Fiqih Kehidupan atau Hukum – Hukumnya
Kisah al-Ma’idah (hidangan) adalah nikmat kesembilan dari nikmat – nikmat yang Allah sebutkan dan Allah anugerahkan kepada ‘Isa ‘alaihissalam dan kaumnya. Pendapat jumhur ulama dan ini adalah yang benar: Sesungguhnya hidangan tersebut diturunkan secara nyata berdasarkan firman Allah ta’ala:
إِنِّي مُنَزِّلُها عَلَيْكُمْ
“Sungguh, Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu.” QS. Al-Ma’idah: 115.
Dikatakan juga: Sesungguhnya hidangan tersebut diturunkan kepada mereka di hari ahad (minggu) di pagi hari dan sore hari, sehingga mereka menjadikan hari ahad sebagai hari raya.
Ayat ini adalah bukti atas kuasa Allah dan atas dikabulkannya doa orang yang ikhlas di antara hamba – hambanya. Juga menjadi bukti atas benarnya kenabian ‘Isa dan bahwasanya dia adalah hamba bagi Allah dan Rasul-Nya. Karena kalaulah dia itu adalah tuhan tidaklah ia butuh untuk meminta sesuatupun dari seseorang. Doanya kepada Allah dan dikabulkannya doanya tersebut oleh Rabbnya adalah dalil lainnya atas kehambaannya, kemanusiannya, kefakirannya, dan butuhnya ia kepada Allah. Ini juga bertujuan untuk memberi tahu kaum Nashara akan batilnya perkataan mereka dan klaim mereka.
Ada empat sebab yang mendorong Hawariyyun untuk meminta turunnya hidangan:
1. Kebutuhan untuk memakannya. Karena ketika ‘Isa ‘alaihissalam keluar terdapat lima ribu orang atau lebih yang mengikutinya. Sebagiannya adalah para sahabatnya, sebagiannya lagi adalah orang – orang yang mengamati dan mengolok – olok. Mereka keluar pada suatu hari ke suatu tempat sehingga sampai ke padang pasir dan tidak ada nafkah sama sekali, maka mereka pun mendatangi Hawariyyun dan berkata: Katakanlah kepada ‘Isa hingga ia berdoa agar diturunkan kepada kami hidangan dari langit. Maka Shimon yang merupakan pemimpin Hawariyyun mendatanginya dan mengabarkan kepadanya bahwa manusia memintanya agar berdoa meminta diturunkannya hidangan dari langit kepada mereka. Maka berkatalah ‘Isa kepada Shimon: Katakanlah kepada mereka: “Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.” Shimon pun mengabarkan yang demikian itu kepada kaumnya. Mereka berkata kepadanya: Katakanlah kepadanya: “Kami ingin memakan hidangan itu”.
Al-Mawardi berkata: “Kami makan darinya” yakni kami ingin mendapatkan barakahnya, tidak karena kebutuhan terhadapnya. Ini lebih serupa karena kalau mereka itu butuh makanan mereka tidak akan dilarang dari memintanya.
2. Ketentraman hati bahwasanya Allah ta’ala mengutus ‘Isa kepada mereka sebagai seorang Nabi.
3. Pengetahuan bahwa ‘Isa adalah Rasulullah, yakni bertambah keimanan terhadap Allah dan bertambahnya ilmu terhadap risalah-Nya.
4. Persaksian bahwasanya itu adalah berasal dari sisi Allah, dan petunjuk serta hujah atas kenabian dan kebenaran yang dibawa oleh ‘Isa ‘alaihissalam. Meskipun telah diturunkan hidangan dari langit dan anugerah Allah atas kaum Nashara dengannya, mereka mengingkari nikmat tersebut dan kafir setelah diturunkannya hidangan tersebut. Maka mereka pun berubah menjadi kera dan babi. Ibnu Umar berkata: Sesungguhnya manusia yang paling keras siksanya di hari kiamat adalah: orang – orang munafik, orang yang kafir dari kalangan orang yang diturunkan hidangan (al-ma’idah), dan keluarga Fir’aun. Allah ta’ala berfirman:
فَمَن یَكۡفُرۡ بَعۡدُ مِنكُمۡ فَإِنِّیۤ أُعَذِّبُهُۥ عَذَابࣰا لَّاۤ أُعَذِّبُهُۥۤ أَحَدࣰا مِّنَ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
“Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah (turun hidangan) itu, maka sungguh, Aku akan mengazabnya dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia (seluruh alam).” QS. Al-Ma’idah: 115.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
1. Tafsir Al-Wajiz Syaikh Wahbah Zuhaili.
2. Tafsir Al-Munir Syaikh Wahbah Zuhaili.