Cinta dan Taat Kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Tags:

Muqotil meriwayatkan bahwasanya Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Barangsiapa yang mencintaiku maka sungguh ia telah mencintai Allah, barangsiapa yang mentaatiku maka sungguh ia telah taat kepada Allah”. Maka berkatalah orang – orang munafik: “Tidakkah kalian mendengarkan apa yang dikatakan oleh laki – laki ini? Sungguh itu telah masuk dalam kesyirikan. Sungguh kita telah dilarang untuk menyembah selain Allah, dan sekarang ia ingin agar kita mengambilnya sebagai rabb atau tuhan sebagaimana orang – orang Nashara menjadikan Isa sebagai rabb.”
Maka Allah pun menurunkan ayat:

(مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ وَمَنْ تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا)

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. QS. An-Nisa’ 80.

Dalam ayat tersebut, Allah ta’ala mengabarkan perihal hamba-Nya dan rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya barangsiapa yang mentaatinya maka sungguh ia telah mentaati Allah dan barangsiapa yang tidak mentaatinya maka sungguh ia telah bermaksiat kepada Allah. Tidaklah yang demikian itu kecuali karena Rasul tidak mengucapkan sesuatu berdasarkan hawa nafsunya, sesungguhnya hal itu adalah wahyu semata.

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ عَصَى أَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي

“Barangsiapa mentaatiku sungguh dia telah mentaati Allah, barangsiapa bermaksiat kepadaku maka dia telah bermaksiat kepada Allah. Dan barangsiapa mentaati pemimpinku sungguh dia telah mentaatiku, barangsiapa bermaksiat kepada pemimpinku maka dia telah bermaksiat kepadaku.” HR. Bukhari dan Muslim.

Taat kepada Rasul artinya adalah taat juga kepada Allah karena Rasul adalah yang menyampaikan perintah dan larangan Allah. Maka ketaatan kepada Rasul bukan karena Rasul, namun karena apa yang disampaikannya itu berasal dari Allah azza wa jalla.

Adapun perintah Rasul yang berkaitan dengan permasalahan duniawiyah semisal penyerbukan kurma, meminum zaitun, dsb, itu adalah ijtihad pemikiran Rasul saja dan tidak wajib untuk ditaati.

Adalah para sahabat radhiyallahu ‘anhum ketika ragu dalam suatu urusan, apakah hal itu wahyu dari sisi Allah ataukah ijtihad Rasul, mereka bertanya kepada Rasul. Apabila hal itu adalah wahyu, mereka mentaatinya tanpa menjawab. Apabila hal itu adalah pemikiran dari Rasul, maka mereka mendiskusikan pemikiran yang lain dan mereka menunjukkan kepada pemikiran yang lebih baik. Misalnya saja diskusi Rasul dan para sahabat pada perang Badr dan perang Uhud. Rasul pun terkadang mengikuti pendapat mereka.

Tiadalah yang didapat oleh orang yang tidak mau mentaati Allah dan Rasul-Nya kecuali hanyalah mencelakakan dan merugikan diri sendiri sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits shahih:

مَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ رَشَدَ وَمَنْ يَعْصِهِمَا فَإِنَّهُ لَا يَضُرُّ إِلَّا نَفْسَهُ وَلَا يَضُرُّ اللَّهَ شَيْئًا

Barangsiapa menaati Allah dan rasul-Nya, maka dia telah mendapatkan petunjuk dan barangsiapa bermaksiat kepada keduanya, maka sesungguhnya dia tidaklah mencelakakan kecuali dirinya sendiri dan Allah tidak rugi sedikitpun. HR. Abu Dawud. Shahih.

Salah satu bukti kecintaan dan ketaatan kita kepada Rasul adalah dengan mengikutinya (ittiba’ kepada Rasul). Maka sudahkah kita mengetahui apa – apa saja yang diperintahkannya dan apa – apa saja yang dilarangnya?

Rujukan utama: Tafsir al-Munir karya Syaikh Wahbah Zuhaili

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *