Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq: Nama, Nasab, dan Julukannya

Ia adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib al-Qurasyiy At-Taimiy.[1] Nasabnya bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada kakek keenam, yaitu Murrah bin Ka’ab.[2]

Ia mendapatkan julukan atau nama panggilan Abu Bakar, yang berasal dari kata al-bikru yang berarti unta muda. Bentuk pluralnya adalah Bakaarah dan Abkur. Orang – orang Arab menamai Bakar bila ia seorang ayah dari suatu kabilah yang besar.[3]

Abu Bakar mendapatkan banyak gelar, yang semuanya menunjukkan keluhuran martabat dan derajat, serta kemuliaan kedudukannya. Di antaranya adalah:

  1. Al-Atiq

Gelar ini diberikan kepadanya oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pernah bersabda kepadanya:

أَنْتَ عَتِيقُ اللهِ مِنَ النَّارِ

“Engkau adalah orang yang dibebaskan Allah dari api neraka.”

Karena itulah Abu Bakar dinamai Al-Atiq. [4] Dalam riwayat Aisyah, ia menuturkan, “Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau berkata kepadanya:

أَبْشِرْ فَأَنْتَ عَتِيقُ اللهِ مِنَ النَّارِ

“Bergembiralah, karena engkau adalah orang yang dibebaskan Allah dari api neraka.” [5]

Sejak itulah Abu Bakar dinamai Al-Atiq. [6] Para ahli sejarah telah menyebutkan banyak alasan pemberian gelar ini. Ada yang berpendapat, Abu Bakar digelari Al-Atiq karena ketampanan wajahnya. [7] Ada yang mengatakan, itu karena ia merupakan orang pertama yang merengkuh kebaikan. [8] Ada yang mengatakan, ia digelari Al-Atiq karena wajahnya yang mulia. [9] Ada juga yang mengatakan, ibunda Abu Bakar setiap mendapatkan kelahiran, anaknya selalu meninggal. Karena itu, ketika melahirkan Abu Bakar, ia membawanya ke Ka’bah, seraya berkata, “Ya Allah, ini adalah bayi yang Engkau bebaskan dari kematian, maka anugerahkan ia untukku.” [10] Berbagai pendapat ini bisa saja digabungkan, sebab Abu Bakar memang seorang berwajah tampan, garis keturunannya baik, pemegang rekor terdahulu dalam hal kebaikan, dan orang yang dibebaskan Allah dari api neraka dengan kabar gembira dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. [11]

  1. Ash-Shiddiq

Gelar ini juga diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepadanya. Dalam hadits Anas radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah naik ke bukit Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Tiba – tiba gunung itu mengguncang mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tenanglah wahai Uhud, karena di atasmu sekarang ada seorang nabi, seorang shiddiq (Abu Bakar), dan dua orang syahid (Umar dan Utsman).” [12]

Abu Bakar mendapatkan gelar tersebut karena ia sangat percaya terhadap berita dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mengenai hal ini Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan dengan ungkapan, “Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah diisra’kan ke Masjid Al-Aqsha, pada pagi harinya beliau menceritakan peristiwa itu kepada orang – orang. Maka murtadlah sebagian orang yang sebelumnya beriman dan memercayai beliau. Orang – orang itu pun menemui Abu Bakar dan berkata kepadanya, ‘Apa pendapatmu tentang sahabatmu yang mengaku telah diisra’kan tadi malam ke Baitul Maqdis?” Abu Bakar bertanya, ‘Apakah beliau benar mengucapkannya?’ Mereka menjawab, ‘Ya, benar.’ Abu Bakar pun berkata, ‘Bila beliau memang mengucapkannya, itu berarti beliau berkata benar.’ Mereka bertanya lagi, ‘Apakah engkau percaya bahwa ia mampu pergi ke Baitul Maqdis pada malam hari dan sebelum datang waktu subuh ia telah kembali?’ Abu Bakar menjawab, ‘Ya benar, bahkan aku juga memercayainya dalam hal yang lebih mustahil daripada itu. Aku senantiasa memercayainya berkaitan dengan berita langit yang datang setiap pagi dan sore.’ Oleh karena itulah, Abu Bakar mendapat gelar Ash-Shiddiq.” [13]

Umat ini telah bersepakat untuk menggelari Abu Bakar dengan sebutan Ash-Shiddiq karena ia bersegera dalam membenarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, senantiasa jujur, dan tidak pernah muncul darinya suatu kepalsuan. [14] Ia memang memiliki karakter yang sesuai dengan gelar ini dan para penyair pun memujinya. Abu Mihjan Ats-Tsaqafi berkata:

Engkau digelari Ash-Shiddiq, sedangkan setiap muhajirin

Selainmu dipanggil dengan namanya dan tidak mengingkari

Engkau lebih dahulu masuk Islam dan Allah saksinya

Padahal engkau sebelumnya duduk di tempat yang buruk [15]

Al-Ashma’I [16] menyenandungkan sebuah syair:

Namun aku mencintainya setulus hati

Dan aku tahu bahwa itulah kenyataannya

Rasulullah dan Ash-Shiddiq patut dicintai

Aku berharap esok beroleh pahal terbaik[17]

  1. Ash-Shahib

Gelar ini diberikan oleh Allah Azza wa Jalla di dalam Al-Qur’an yang mulia:

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah 9 : 40).

Para ulama sepakat bahwa “teman” yang dimaksud dalam ayat ini adalah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. [18] Anas meriwayatkan bahwa Abu Bakar pernah bercerita kepadanya, “Aku berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat beliau sedang berada di dalam gua, ‘Seandainya salah seorang dari mereka melihat ke arah kedua telapak kakinya, dia sungguh akan melihat kita di bawah kedua telapak kakinya.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Wahai Abu Bakar, tidakkah engkau beranggapan apabila ada dua orang, Allahlah yang ketiganya?’” [19]

Berkaitan dengan ayat tersebut, Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Tidak diperselisihkan, bahwa maksud kata “teman-nya” di dalam ayat ini adalah Abu Bakar. Hadits – hadits yang menunjukkan bahwa saat itu beliau bersama Abu Bakar di dalam gua sangat banyak dan populer, dan tidak ada yang menyertai beliau dalam kondisi istimewa tersebut selain dia.”[20]

  1. Al-Atqa

Gelar ini juga diberikan oleh Allah Azza wa Jalla di dalam Al-Qur’an, yaitu dalam firman-Nya:

وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى

“Dan orang yang paling bertakwa kelak akan dijauhkan dari neraka itu.” (QS. Al-Lail 92 : 17).

Persoalan ini akan saya jelaskan dalam hadits kami tentang orang – orang yang disiksa di jalan Allah dan dibebaskan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.

  1. Al-Awwah

Abu Bakar mendapatkan gelar Al-Awwah, yakni gelar yang menunjukkan rasa takut oleh kelemahan diri di hadapan Allah, hati yang bergetar, dan takut yang timbul karena kebesaran-Nya.

Ibrahim An-Nakha’I berkata, “Abu Bakar digelari Al-Awwah karena kelembutan hati dan kasih sayangnya.” [21]

Maraji:

Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi. Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Judul Terjemahan: Biografi Abu Bakar As-Shiddiq, Penerjemah: Ismail Jalili, M.A., Chep M. Faqih FR, LC. Cetakan I April 2014, Beirut Publishing. Kelompok Penerbit Aqwam.

[1] Al-Ishaabah, Ibnu Hajar: IV/144-145.

[2] Sirah wa Hayaah Ash-Shiddiq, Majdi Fathi As-Sayyid (27).

[3] Abu Bakr Ash-Shiddiq, Ali Ath-Thanthawi (46).

[4] Al-Ihsan fi Taqribi Shahih ibni Hibban: XV/280. Sanadnya shahih.

[5] HR At-Tirmidzi dalam Al-Manaqib (3679). Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Silsilah (1574).

[6] Ashhabur Rasul, Mahmud Al-Mishri: I/59.

[7] Al-Mu’jam Al-Kabir, Ath-Thabrani: I/52.

[8] Al-Ishabah: I/146.

[9] Al-Mu’jam Al-Kabir: I/53. Al-Ishabah: I/146.

[10] Al-Kuniya wal Asma’, Ad-Dulabi: I/6, dinukil dari Khathabu Abi Bakr, Muhammad Ahmad Asyura dan Jamal al-Kumi (11).

[11] Tarikhud Da’wah ilal Islam fii Ahdil Khulafa’ir Rasyidin, Dr. Yasri Muhammad Hani (36).

[12] HR. Al Bukhari, Kitab Fadhailu Ashhabin Nabiy, bab Fadhlu Abi Bakr.V/11.

[13] Al-Hakim: III/62-63. Ia menshahihkannya, dan diakui oleh Adz-Dzahabi.

[14] Ath-Thabaqat al-Kubra: II/172.

[15] Usdul Ghabah: III/310.

[16] Nama aslinya ialah Abdul Malik bin Qarib al-Bahily, seorang perawi dan orang paling jenius di dunia dalam hal hafalan.

[17] Abu Bakr Ash-Shiddiq, Ath-Thanthawi (49).

[18] Tarikhud Da’wah fi Ahdil Khulafa’, Yasri Muhammad Hani (39).

[19] HR. Al-Bukhari, bab Fadhailu Ash-Shahabah (3653).

[20] Al-Ishabah fi Tamyizi Ash-Shahabah: IV/148.

[21] Ath-Thabaqat Al-Kubra: III/171.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *