Dari al ‘Irbadh bin Sariyah beliau berkata; suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi nasehat kepada kami setelah shalat subuh, nasehat yang sangat menyentuh sehingga membuat air mata mengalir dan hati menjadi gemetar. Maka seorang sahabat berkata; ‘seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami ya Rasulullah? ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk (selalu) bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta’at meskipun terhadap seorang budak Habasyi, sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang hidup akan melihat perselisihan yang sangat banyak, maka jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang dibuat-buat (bid’a), karena sesungguhnya hal itu merupakan kesesatan. Barangsiapa di antara kalian yang menjumpai hal itu hendaknya dia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham.” HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. At-Tirmidzi berkata hadits ini hadits hasan shahih.
Faedah Hadits:
1. Hadits ini menunjukkan kewajiban kita untuk selalu bertaqwa kepada Allah yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
2. Hadits ini juga menunjukkan kewajiban untuk mematuhi para pemimpin, selama mereka memerintahkan untuk taat kepada Allah tanpa melihat faktor lahiriah mereka. Adapun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan “seorang budak” dalam hadits ini hanya sebagai perumpamaan saja. Hal ini menggambarkan tingkat kewajiban yang ada dalam melaksanakan nasehat itu, karena kepemimpinan seorang budak tidak sah.
3. Hadits ini menunjukkan berita Rasulullah terhadap perkara ghaib, dan hal itu termasuk mukjizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Apa yang disampaikannya itu terbukti, yaitu umat Islam berselisih pendapat dan terpecah menjadi banyak kelompok.
4. Khulafaur Rasyidin adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali radhiyallahu ‘anhum. Hukum – hukum yang bersumber dari mereka itu lebih pantas untuk diikuti daripada yang bersumber dari selain mereka, karena keunggulan ilmu mereka tentang Sunnah dan sikap wara’ (hati-hati) mereka dalam beragama.
5. Sesungguhnya titik cela pada bid’ah itu bukan semata – mata kata muhdats (yang dibuat – buat), tetapi juga apa yang menyertainya yaitu penyimpangan terhadap agama dan ketidaksesuaian dengan kaidah – kaidah agama.
6. Tidak ada jalan untuk terbebas dari penyimpangan umat Islam dalam memahami agama mereka dan perpecahan mereka menjadi banyak aliran, kecuali dengan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena dengan dua sumber itu agama ini tegak, dan tanpa keduanya agama ini lenyap.