Author Archives: Admin

Sunnah Ab’adh Dalam Sholat

Published by:

Sunnah ab’adh menurut madzhab Syafi’i adalah sunnah dalam sholat yang dapat ditutupi dengan sujud sahwi. Sunnah ab’adh tersebut adalah qunut dalam sholat subuh atau dalam sholat witir pada setengah bulan ramadhan yang akhir dan tasyahud awal.

Dinamakan dengan sunnah ab’adh (ab’adh secara bahasa maknanya adalah bagian – bagian) karena ketika diganti ataupun ditutupi dengan sujud sahwi, yang diganti tersebut menyerupai bagian dari rukun sholat secara hakiki. Adapun sunnah – sunnah sholat selain sunnah ab’adh dinamakan dengan sunnah haiat yang tidak ditutupi dengan sujud sahwi bila lupa tidak mengerjakannya dan tidak disyariatkan untuk menggantinya dengan sujud sahwi. Continue reading

Salah Satu Sifat Wajib Bagi Allah: Mukholafat Li al-Hawadits (Berbeda dengan yang baru ada)

Published by:

Al-hawadits (الحواديث) adalah segala sesuatu selain Allah ta’ala dan telah kita tetapkan pada pembahasan – pembahasan sebelumnya bahwa selain Allah ta’ala adalah haadits (حادث) atau baru atau ada awalnya dan makhluknya Allah azza wa jalla. Maka Dzatnya Allah ta’ala tidaklah seperti dzatnya makhluk – makhluk-Nya. Setiap sifat dari sifat – sifatnya tidak seperti sifat – sifat makhluk – makhluk-Nya. Setiap perbuatan-Nya tidaklah seperti perbuatan makhluk – makhluknya. Allah subhanahu wa ta’ala berbicara mengenai dirinya sendiri: Continue reading

Terang – Terangan Dalam Perkataan Buruk

Published by:

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman berkaitan dengan ucapan buruk yang diucapkan dengan terus terang:

(لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا)

“Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. An-Nisa’ : 148.

Hanad bin Sirriy mengeluarkan sebuah riwayat dari Mujahid beliau berkata: ayat berikut ini

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ

Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizhalimi. QS. An-Nisa’ : 148.

diturunkan mengenai seorang laki – laki yang bertamu ke rumah seorang laki – laki Madinah dan mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Ia lalu pergi ke rumah yang lain dan menceritakan apa yang dialaminya. Maka ia diberi rukhshoh untuk menceritakan perlakuan buruk yang dialaminya. Ayat ini turun sebagai rukhshoh dalam hal pengaduan. Riwayat ini juga diriwayatkan dari Ibnu Juraij. Continue reading

Beratnya Balasan Bagi Orang Yang Beramar Ma’ruf Nahi Munkar Namun Dia Sendiri Menyelisihinya

Published by:

Dari Abi Zaid Usamah bin Haritsah radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata, Aku mendengat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ يَا فُلَانُ مَا لَكَ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ فَيَقُولُ بَلَى قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ

“Seseorang didatangkan pada hari kiamat kemudian dilemparkan ke neraka hingga ususnya terburai keluar dan berputar-putar dineraka seperti keledai mengitari alat penumbuk gandumnya, kemudian penduduk neraka bertanya: ‘Hai fulan! Apa yang menimpamu, bukankah dulu kau memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran? ‘ Ia menjawab: ‘Benar, dulu saya memerintahkan kebaikan tapi saya tidak melakukannya dan saya melarang kemungkaran tapi saya melakukannya’.” HR. Bukhari dan Muslim.

Faedah Hadits: Continue reading

Sunnah Sunnah Sholat (1)

Published by:

1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram.

2. Mengangkat kedua tangan ketika akan ruku’.

3. Mengangkat kedua tangan ketika bangkit dari ruku’.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي الصَّلَاةِ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَعَلَ مِثْلَهُ وَقَالَ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَلَا يَفْعَلُ ذَلِكَ حِينَ يَسْجُدُ وَلَا حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ

“Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memulai shalat dengan bertakbir. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya. Ketika takbir untuk rukuk beliau juga melakukan seperti itu, jika mengucapkan: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH’, beliau juga melakukan seperti itu sambil mengucapkan: ‘RABBANAA WA LAKAL HAMDU’. Namun Beliau tidak melakukan seperti itu ketika akan sujud dan ketika mengangkat kepalanya dari sujud.” HR. Bukhari dan Muslim. Continue reading

Salah Satu Sifat Wajib Bagi Allah: Qiyamuhu Bi Nafsihi (Berdiri Sendiri)

Published by:

Maksud dari sifat wajib Allah ta’ala qiyamuhu bi nafsihi adalah Ia tidak memerlukan kepada selain dirinya serta ketiadaan kebutuhan terhadap tempat dan kekhususan.

Para ulama’ membagi hal – hal yang dapat diindra menjadi dua bagian: zat dan aradh (عرض). Ketika kita katakan:

هذا كتاب اخضر مستطيل

“Ini adalah kitab yang berbentuk persegi berwarna hijau”.

Maka kitab dalam kalimat itu adalah zat, berwarna hijau dan berbentuk persegi adalah aradh (karakter benda/zat). Kita dalam menggambarkan suatu zat pastilah juga menggambarkan aradh nya mulai dari warnanya, panjangnya, ketebalannya, volumenya, tempatnya, zamannya, dst. Continue reading

Kekufuran, Keimanan, dan Balasannya

Published by:

Allah ta’ala berfirman:

(إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا)
(أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا)
(وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَمْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ أُولَٰئِكَ سَوْفَ يُؤْتِيهِمْ أُجُورَهُمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا)

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. An-Nisa’ : 150-152.

Allah ta’ala di dalam ayat tersebut mengancam orang – orang dari kalangan Yahudi dan Nasrani yang kafir kepada-Nya dan kepada Rasul – Rasul-Nya. Mereka kafir kepada Allah ketika mereka memisahkan antara iman kepada Allah dan iman kepada Rasul-Nya. Mereka beriman kepada sebagian nabi – nabi dan kafir kepada sebagian yang lain karena fanatis, berpegang pada apa yang diwariskan, bertahan pada yang ada dengan hawa nafsu dan syahwat. Maka orang Yahudi beriman kepada para nabi kecuali Nabi Isa dan Nabi Muhammad ‘alaihimassalam, dan orang Nasrani beriman dengan seluruh para Nabi kecuali penutup para Nabi dan Nabi yang paling mulia Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Continue reading