Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah – Siapakah Para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam?

Siapakah Para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam?

Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mereka yang bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan mukmin dan meninggal dalam keadaan mukmin. Ini adalah definisi sahabat menurut muhadditsin (para ahli hadits). Maka setiap orang yang bertemu dengan Nabi dalam hidupnya dalam keadaan beriman dan mati dalam keadaan beriman maka dia adalah sahabat dan memperoleh kemuliaan seorang sahabat dan dia tsiqah (terpercaya) pada riwayat – riwayatnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Adapun para ushulliyun (ahli ushul) mengatakan: sesungguhnya perkataan para sahabat adalah salah satu sumber dari sumber – sumber hukum syariat, maka mereka mengatakan sudah seharusnya bersama dengan apa yang dikatakan di dalam definisi sahabat terdapat tambahan telah lama menjadi sahabat Nabi.

Keutamaan para sahabat bukanlah sesuatu yang tersembunyi, oleh karena itu kita bersholawat juga kepada mereka bersama dengan sholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarganya sebagai pengakuan akan keutamaan mereka. Merekalah orang – orang yang menukilkan kepada kita agama ini.

Tambahan Materi

Para ulama’ berbeda pendapat mengenai sholawat kepada selain para Nabi seperti sholawat kepada para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum. Di antara mereka ada yang berpandangan bolehnya secara sendirian (tanpa menyebut sholawat kepada Nabi dan keluarga Nabi terlebih dahulu). Mereka berdalil dengan firman Allah ta’ala:

هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ

Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu) (QS. Al-Ahzab 33:43).

Dari ‘Abdullah bin Abu Awfaa beliau berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ فُلَانٍ فَأَتَاهُ أَبِي بِصَدَقَتِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى

Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila suatu kaum datang kepadanya dengan membawa shadaqah mereka, Beliau mendo’akannya: “Allahumma shalli ‘alaa aali fulan” (Ya Allah berilah shalawat kepada keluarga fulan”). Maka bapakku mendatangi Beliau dengan membawa zakatnya., maka Beliau mendo’akanya: “Allahumma shalli ‘alaa aalii abu awfaa”. (Ya Allah, berilah shalawat kepada keluarga Abu Awfaa”). (HR. Bukhari dan Muslim).

Adapun sholawat kepada selain para Nabi seperti sholawat kepada keluarga dan sahabat Nabi mengikuti sholawat kepada Nabi maka hal ini tidak ada masalah sama sekali. Imam an-Nawawi rahimahullah di dalam Syarah Muslim:

وقوله: اللهم صل على محمد وعلى آل محمد ـ احتج به من أجاز الصلاة على غير الأنبياء, وهذا مما اختلف العلماء فيه, فقال الشافعي ـ رحمهما الله تعالى والأكثرون: لا يصلى على غير الأنبياء استقلالا، فلا يقال: اللهم صل على أبي بكر, أو علي, أو غيرهم، ولكن يصلى عليهم تبعا فيقال: اللهم صل على محمد وآل محمد وأصحابه  وأزواجه وذريته, كما جاءت به الأحاديث.

Perkataannya: “Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad Wa ‘ala Aali Muhammad”, ini hujjah bagi yang memperbolehkan sholawat atas selain para Nabi secara mutlak. Akan tetapi dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat ulama’, Imam Malik, Imam Syafi’i dan para ulama yang lain berpendapat : “tidak boleh bersholawat atas selain para Nabi secara sendirian” maka jangan mengatakan “Allahuma sholli ‘ala Abi Bakrin atau Umar, atau Ali atau sahabat lainnya, tetapi (boleh) mengucapkan sholawat kepada mereka dibelakang setelah sholawat kepada Nabi, maka ucapkan : “Allahumma Sholli Ala Muhammad, Wa aali Muhammad, Wa ashhabihi, wa azwajihi, wa dzurriyatihi, seperti yang terdapat dalam hadits – hadits.

Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa tidak ada khilaf di antara ulama’ tentang bolehnya bersholawat kepada para sahabat mengikuti sholawat kepada Nabi dan keluarganya. Khilaf yang ada hanya pada permasalahan apakah boleh bersholawat kepada para sahabat tanpa mendahuluinya dengan sholawat kepada Nabi dan keluarganya. Sebagian ulama’ membolehkannya sebagiannya lagi tidak membolehkannya. Wallahu ‘alam.

 

Maraji’:

Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhah, Al-Mukhtashar al-Mufid fii Syarh Jauharat at-Tauhid.

An-Nawawi, Yahya bin Syaraf. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajaj.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *