Ancaman Fir’aun Bagi Para Penyihir dan Keteguhan Mereka di Atas Keimanan Terhadap Allah

Tafsir QS. Al-A’raf: 123 – 126

قَالَ فِرۡعَوۡنُ ءَامَنتُم بِهِۦ قَبۡلَ أَنۡ ءَاذَنَ لَكُمۡۖ إِنَّ هَـٰذَا لَمَكۡرࣱ مَّكَرۡتُمُوهُ فِی ٱلۡمَدِینَةِ لِتُخۡرِجُوا۟ مِنۡهَاۤ أَهۡلَهَاۖ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُونَ * لَأُقَطِّعَنَّ أَیۡدِیَكُمۡ وَأَرۡجُلَكُم مِّنۡ خِلَـٰفࣲ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمۡ أَجۡمَعِینَ * قَالُوۤا۟ إِنَّاۤ إِلَىٰ رَبِّنَا مُنقَلِبُونَ * وَمَا تَنقِمُ مِنَّاۤ إِلَّاۤ أَنۡ ءَامَنَّا بِـَٔایَـٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاۤءَتۡنَاۚ رَبَّنَاۤ أَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا صَبۡرࣰا وَتَوَفَّنَا مُسۡلِمِینَ

Fir‘aun berkata, “Mengapa kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya ini benar-benar tipu muslihat yang telah kamu rencanakan di kota ini, untuk mengusir penduduknya. Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini). Pasti akan aku potong tangan dan kakimu dengan bersilang (tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya), kemudian aku akan menyalib kamu semua.” Mereka (para pesihir) menjawab, “Sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. Dan engkau tidak melakukan balas dendam kepada kami, melainkan karena kami beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami.” (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu).” QS. Al-A’raf: 123-126.

Tafsir dan Penjelasan

Ini adalah bagian ke-enam dari kisah Musa bersama Fir’aun. Allah ta’ala mengabarkan tentang apa yang Fir’aun ancamkan kepada para ahli sihir tersebut. Fir’aun mengancam mereka ketika mereka beriman terhadap Musa ‘alaihissalam. Ancaman itu juga disampaikan ketika mereka merespon Fir’aun dengan menyerahkan urusan mereka kepada Allah karena kembalinya mereka nanti adalah kepada Allah di akhirat.

Makna “Apakah kalian beriman” (آمَنْتُمْ) adalah pemberitahuan dengan keterangan: “Kalian telah membenarkan”, yang dimaksudkan sebagai celaan. Kata tersebut juga bermakna pertanyaan yang dimaksudkan sebagai pengingkaran dan pengesampingan. Yakni Apakah kalian beriman terhadap Musa dan mengikuti risalahnya sebelum aku memberi ijin bagi kalian?

Sesungguhnya perbuatan kalian ini dan berhasilnya ia mengalahkan kalian pada hari ini, adalah dari rembukan kalian dan kerelaan kalian terhadapnya. Ini sebagaimana perkataannya di ayat yang lain:

إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ

Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. QS. Tha-ha: 71.

Sesungguhnya kalian telah merencanakan persekongkolan di kota ini agar kalian dapat mengeluarkan penduduk Mesir dari kota ini dengan sihir kalian. Sehingga kalian dapat menempatinya bersama Bani Israil. Maka kalian akan mengetahui apa yang akan aku perbuat terhadap kalian berupa siksaan dan hukuman atas makar ini.

Perkataan ini adalah perkataannya Fir’aun, semata – mata untuk menutupi dan  menyembunyikan kekalahannya. Agar jangan sampai mereka mengikuti para ahli sihir dalam keimanannya. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala:

فَٱسۡتَخَفَّ قَوۡمَهُۥ فَأَطَاعُوهُ

Maka (Fir‘aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. QS. Az-Zukhruf: 54.

Sesungguhnya Fir’aun tahu bahwa perkataannya adalah tidak benar. Karena justru dia lah yang mengutus para tentaranya di kota – kota kerajaannya untuk mengumpulkan para ahli sihir yang terpisah – pisah dari semua daerah di Mesir. Dia juga menjanjikan pemberian yang besar kepada para ahli sihir itu bila mereka menang. Adapun Musa ‘alaihissalam sama sekali tidak mengetahui salah seorang pun dari mereka, tidak pernah melihatnya dan tidak pula pernah berkumpul dengannya. Fir’aun tahu benar dengan yang demikian itu.

Fir’aun mendapatkan pemikiran ini, yakni menuduh perbuatan makar dan persekongkolan itu, dari pembicaraan yang terjadi antara Musa dan pembesar ahli sihir sebelum pertarungan. Diriwayatkan bahwa Musa ‘alaihissalam berkata kepada pemimpin para ahli sihir itu atau penyihir yang terbesar: “Apakah kamu akan beriman terhadapku jika aku mengalahkanmu?” Pemimpin para ahli sihir itu berkata: “Akan kami datangkan sihir yang tidak dapat dikalahkan oleh sihir. Jika engkau mengalahkanku niscaya aku akan beriman terhadapmu”. Fir’aun mendengar pembicaraan itu. Oleh karena itulah ia mengatakan apa yang dikatakannya.

Setelah Fir’aun menyebutkan ancaman yang terdahulu secara umum dengan perkataannya: “Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini)”, Ia kemudian memperincinya dengan perkataannya:

“Pasti akan aku potong tangan kalian” (لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ), ini adalah sebuah sumpah, “Pasti akan aku potong tangan dan kaki secara silang. Kemudian aku salib masing – masingnya di atas batang pohon.” Hal ini sebagaimana perkataannya:

فِي جُذُوعِ النَّخْلِ

Pada pangkal pohon kurma. QS. Tha-ha: 71.

Yakni disalib di atas batang pohon, agar menjadi pelajaran bagi orang – orang yang membuat makar bagi kami dan hendak keluar dari kekuasaan kami. Ibnu Abbas berkata: Fir’aun adalah orang yang pertama kali menyalib dan memotong tangan dan kaki secara bersilangan.

Para ahli sihir itu pun menjawab ancamannya: “Sesungguhnya kami tidak peduli dengan ancaman pembunuhan dan tidak pula peduli dengan kematian, karena kami telah memastikan bahwa kepada Allah lah kami akan kembali. Maka di akhirat nanti, yang merupakan hari pembalasan, kami akan mendapatkan ganjaran atas kesengsaraan dipotong tangan dan disalib, dan kami ingin menebus diri kami dari adzab Allah. Sesungguhnya adzab-Nya jauh lebih keras daripada adzabmu. Siksa-Nya atas apa yang engkau serukan kepada kami pada hari ini, dan atas sihir yang engkau paksakan kepada kami untuk melakukannya, adalah lebih besar daripada siksamu. Maka kami akan bersabar atas siksamu pada hari ini, agar kami selamat dari adzab Allah.” Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala:

قالُوا: لا ضَيْرَ، إِنَّا إِلى رَبِّنا مُنْقَلِبُونَ. إِنَّا نَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لَنا رَبُّنا خَطايانا أَنْ كُنَّا أَوَّلَ الْمُؤْمِنِينَ

Mereka berkata, “Tidak ada yang kami takutkan, karena kami akan kembali kepada Tuhan kami. Sesungguhnya kami sangat menginginkan sekiranya Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami menjadi orang yang pertama-tama beriman.” QS. Asy-Syu’ara: 50-51.

Makna ayat ini bisa juga sebagaimana disebutkan oleh az-Zamakhsyari: “Sesungguhnya kita semua, kami dan engkau wahai Fir’aun, akan kembali kepada Allah. Sehingga Dia akan memberi keputusan di antara kita.” Dalam hal ini terdapat isyarat akan pendustaannya mengenai pengakuan ketuhanan dan pengutamaan terhadap apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di sisi Fir’aun berupa syahwat dunia yang fana.

Engkau tidak menemukan kesalahan dari kami kecuali keimanan kami terhadap ayat – ayat Allah yang merupakan sebaik -baiknya amal, pokok kebaikan, dan perbuatan yang terpuji seluruhnya. Dalam hal ini terdapat pernyataan atas ketetapan yang tidak dapat diubah. Seolah – olah mereka berkata: “Tidak ada harapan bagimu terhadap kembalinya kami dari keimanan kami.”

Wahai Rabb kami, berikanlah kesabaran yang luas bagi kami. Liputilah kami dengan kesabaran di atas agamamu dan ketetapan di atasnya. Benamkan kami dengannya hingga kesabaran itu memenuhi kami sebagaimana air menenggelamkan segala sesuatu.

Pada kenyataannya, Fir’aun melaksanakan ancamannya itu. Dalilnya adalah Firman Allah ta’ala pada permulaan kisah Musa ini:

فَانْظُرْ كَيْفَ كانَ عاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. QS. Al-A’raf: 103.

Orang – orang yang berbuat kerusakan itu adalah Fir’aun dan pengikutnya. Ada juga yang mengatakan: Sesungguhnya Fir’aun menangkap para ahli sihir itu dan memotong mereka di tepi sungai. Pada saat para ahli sihir beriman kepada Musa, beriman pula lah enam ratus ribu orang.

“Dan matikanlah kami dalam keadaan muslim”, yakni tetap di atas Islam mengikuti Nabi-Mu, Musa ‘alaihissalam. Mereka berkata kepada Fir’aun:

فَاقْضِ ما أَنْتَ قاضٍ، إِنَّما تَقْضِي هذِهِ الْحَياةَ الدُّنْيا. إِنَّا آمَنَّا بِرَبِّنا لِيَغْفِرَ لَنا خَطايانا وَما أَكْرَهْتَنا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ، وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقى. إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِماً، فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لا يَمُوتُ فِيها وَلا يَحْيى. وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِناً قَدْ عَمِلَ الصَّالِحاتِ، فَأُولئِكَ لَهُمُ الدَّرَجاتُ الْعُلى

Maka putuskanlah yang hendak engkau putuskan. Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini. Kami benar-benar telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).” Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sungguh, baginya adalah neraka Jahanam. Dia tidak mati (terus merasakan azab) di dalamnya dan tidak (pula) hidup (tidak dapat bertobat). Tetapi barang siapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia). QS. Tha-ha: 72-75.

Ibnu Katsir berkata menukil Ibnu Abbas dan yang lainnya: “Mereka itu di permulaan harinya adalah seorang penyihir, kemudian mereka berubah menjadi syuhada yang shalih di akhirnya.”

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

Rujukan:
Tafsir Al-Munir Syaikh Wahbah Zuhaili.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *