Telah dibahas pada pembahasan terdahulu mengenai sifat Kalam bahwasanya Kalam itu adalah sebutan untuk lafadz – lafadz, Kalam juga sebutan untuk makna yang ditunjukkan oleh lafadz – lafadz, Kalam juga sebutan untuk tulisan dan huruf – huruf yang menunjukkan kepada lafadz. Madzhab ahlus sunnah wal jama’ah menyatakan bahwasanya Kalamullah yang qadim adalah makna yang berdiri dengan dzat-Nya azza wa jalla. Adapun lafadz – lafadz dan huruf – huruf tidaklah qadim karena merupakan bahasa arab, orang arab dan bahasa mereka adalah termasuk makhluk. Kami katakan: sesungguhnya hal ini dikatakan dalam cakupan untuk pembelajaran dan bantahan bagi kaum Mu’tazilah dan yang selainnya yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah makhluk.
Berdasarkan hal ini, sikap ahlussunnah wal jama’ah terhadap masalah penciptaan al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Tidak memperdebatkan masalah ini dan mencukupkan pada apa yang dicukupkan oleh salaf yakni perkataan bahwasanya al-Qur’an adalah kalamullah tanpa perincian antara makna dan yang lainnya dari lafadz – lafadz dan huruf – huruf.
2. Bila orang – orang yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu makhluk berhujah dengan firman Allah ta’ala berikut ini bagi madzhab mereka:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” QS. Al-Hijr : 9.
Dan firman-Nya:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” QS. Al-Qadar : 1.
Atau ayat lainnya selain kedua ayat ini yang secara dzhahir menunjukkan bahwasanya al-Qur’an itu adalah makhluk, maka kita katakan kepada mereka:
Lafadz (القرآن) dan lafadz (كلام الله), keduanya merupakan sebutan bagi makna, lafadz, dan huruf. Adapun makna, maka hal itu adalah qadim karena merupakan salah satu dari sifat Allah yakni sifat Kalam dan sifat Kalam ini adalah qadim sebagaimana yang telah kita bicarakan. Adapun lafadz yang dapat didengar maka itu adalah yang diturunkan yang kita baca, kita tulis, dan kita arabkan. Itulah yang disebut oleh Allah dengan sebutan (ذكرا, محدثا, dan عربيا), dan diturunkan kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam secara tertib, fasih, lengkap, sebagai mukjizat, termasuk bagian dan prinsip – prinsip lainnya dari apa yang disifatkan sebagai kalam manusia yang haadits (baru ada atau makhluk ciptaan). Yakni bahwasanya nash apa saja (baik dari Qur’an maupun Sunnah) yang menunjukkan bahwa al-Qur’an itu makhluk kami bawa maknanya kepada makhluk secara lafadznya bukan secara maknanya.
Wallahu ‘alam bi as-shawab.
Rujukan:
Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhah, Al-Mukhtashar al-Mufid fii Syarh Jauharat at-Tauhid.