Tag Archives: Tafsir

Larangan Menjadikan Orang – Orang Kafir Sebagai Wali (Teman Setia, Sekutu, Penolong) Dan Sebab Pelarangannya

Published by:

Setelah Allah ta’ala melarang menjadikan orang Yahudi dan Nashara sebagai wali (sekutu dan penolong) dalam QS. Al-Ma’idah ayat 51 karena mereka satu sama lainnya saling melindungi, ternyata Allah ta’ala mengulang kembali larangannya dalam QS. Al-Ma’idah ayat 57. Pengulangan ini sebagai penegasan agar kita tidak menjadikan orang – orang kafir secara umum sebagai wali karena mereka menyakiti kaum mu’minin dan menentang agama mereka.

Allah ta’ala berfirman:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلَّذِینَ ٱتَّخَذُوا۟ دِینَكُمۡ هُزُوࣰا وَلَعِبࣰا مِّنَ ٱلَّذِینَ أُوتُوا۟ ٱلۡكِتَـٰبَ مِن قَبۡلِكُمۡ وَٱلۡكُفَّارَ أَوۡلِیَاۤءَۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِینَ * وَإِذَا نَادَیۡتُمۡ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ ٱتَّخَذُوهَا هُزُوࣰا وَلَعِبࣰاۚ ذَ ٰ⁠لِكَ بِأَنَّهُمۡ قَوۡمࣱ لَّا یَعۡقِلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman. Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (melaksanakan) shalat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.” QS. Al-Ma’idah: 57-58.

Continue reading

Menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan Kaum Mu’minin Sebagai Wali (Penolong)

Published by:

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا وَلِیُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱلَّذِینَ یُقِیمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَیُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُمۡ رَ ٰ⁠كِعُونَ * وَمَن یَتَوَلَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ فَإِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡغَـٰلِبُونَ

“Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.” QS. Al-Ma’idah: 55-56.

Penjelasan Ayat

Setelah Allah ta’ala melarang untuk berwali kepada orang – orang yang kafir sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Ma’idah: 51 (yakni menjadikan mereka sebagai penolong atau sekutu), Allah ta’ala memerintahkan untuk berwali kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mu’minin saja. Allah ta’ala berfirman:

Continue reading

Orang Yang Murtad Akan Diganti Dengan Kaum Yang Lebih Baik

Published by:

Allah ta’ala berfirman:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مَن یَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِینِهِۦ فَسَوۡفَ یَأۡتِی ٱللَّهُ بِقَوۡمࣲ یُحِبُّهُمۡ وَیُحِبُّونَهُۥۤ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِینَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَـٰفِرِینَ یُجَـٰهِدُونَ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ وَلَا یَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَاۤىِٕمࣲۚ ذَ ٰ⁠لِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ یُؤۡتِیهِ مَن یَشَاۤءُۚ وَٱللَّهُ وَ ٰ⁠سِعٌ عَلِیمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” QS. Al-Ma’idah: 54.

Riddah (الردة) adalah kembali dari Islam kepada kekufuran atau kepada selain agama, atau meninggalkan salah satu rukun dari rukun – rukun Islam, seperti meninggalkan menunaikan zakat, secara terang – terangan dan teguh pendirian.

Continue reading

Tafsir Surat Al-Ashr ~ Pesan – Pesan Kehidupan

Published by:

Surat ini adalah Surat Makkiyah

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ وَٱلۡعَصۡرِ * إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِی خُسۡرٍ * إِلَّا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلصَّبۡرِ

“Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” QS. Al-Ashr: 1-3.

At-Thabrani menyebutkan riwayat dari Ubaidullah bin Hafs beliau berkata: ada dua orang laki – laki dari sahabat Rasulullah ketika keduanya bertemu tidak berpisah kecuali salah satunya membaca kepada yang lainnya Surat Al-Ashr hingga akhir surat. Kemudian salah satunya mengucapkan salam kepada yang lainnya.

Continue reading

Pengumpat Dan Pencela Manusia Serta Balasannya

Published by:

Tafsir Surat Al-Humazah

Surat ini adalah surat Makkiyah

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ وَیۡلࣱ لِّكُلِّ هُمَزَةࣲ لُّمَزَةٍ * ٱلَّذِی جَمَعَ مَالࣰا وَعَدَّدَهُۥ * یَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥۤ أَخۡلَدَهُۥ * كَلَّاۖ لَیُنۢبَذَنَّ فِی ٱلۡحُطَمَةِ * وَمَاۤ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡحُطَمَةُ * نَارُ ٱللَّهِ ٱلۡمُوقَدَةُ * ٱلَّتِی تَطَّلِعُ عَلَى ٱلۡأَفۡـِٔدَةِ * إِنَّهَا عَلَیۡهِم مُّؤۡصَدَةࣱ * فِی عَمَدࣲ مُّمَدَّدَةِۭ

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Huthamah. Dan tahukah kamu apakah (neraka) Huthamah itu? (Yaitu) api (azab) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” QS. Al-Humazah: 1-9.

Al-hammaz (الْهَمَّازُ) adalah pencela dengan perkataan, sedangkan al-lammaz (اللَّمَّازُ) adalah pencela dengan perbuatan, yakni menghinakan manusia dan mencela mereka. Ibnu Abbas berkata: (هُمَزَةࣲ لُّمَزَةٍ) adalah suka mencela. Ar-Rabi’ bin Anas berkata: al-humazah adalah menusuk di wajahnya sedangkan al-lumazah adalah menusuk dari belakang. Qatadah berkata: al-humazah dan al-lumazah adalah mencela dengan lisan dan matanya, ia memakan daging manusia dan mencela mereka. Mujahid berkata: al-humazah itu mencela dengan tangan dan mata, sedangkan al-lumazah itu mencela dengan lisan.

Continue reading

Tafsir Surat al-Fiil

Published by:

Surat ini adalah Surat Makkiyah

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ أَلَمۡ تَرَ كَیۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَـٰبِ ٱلۡفِیلِ * أَلَمۡ یَجۡعَلۡ كَیۡدَهُمۡ فِی تَضۡلِیلࣲ * وَأَرۡسَلَ عَلَیۡهِمۡ طَیۡرًا أَبَابِیلَ * تَرۡمِیهِم بِحِجَارَةࣲ مِّن سِجِّیلࣲ * فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفࣲ مَّأۡكُولِۭ

“Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” QS. Al-Fiil: 1- 5.

Ini adalah salah satu nikmat dari nikmat – nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kaum Quraisy. Nikmat tersebut ada pada saat Allah menolak para pasukan bergajah yang berazam menghancurkan dan menghapuskan Ka’bah. Allah menghancurkan mereka, menggagalkan usaha mereka, menyesatkan mereka, dan membalas mereka dengan kegagalan total.

Ini adalah kisahnya pasukan gajah secara ringkas.

Diriwayatkan bahwa Abrahah al-Asyram membangun gereja besar di Shan’a, bangunannya tinggi sekali, halamannya luas, dan banyak dihiasi. Orang Arab menamakannya al-Qulais karena saking tingginya sehingga orang yang memandangnya hampir – hampir saja qulunsuwat (peci) nya jatuh dari kepalanya.

Continue reading

Tafsir Surat Quraisy

Published by:

Surat ini adalah surat Makkiyah

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ لِإِیلَـٰفِ قُرَیۡشٍ * إِۦلَـٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَاۤءِ وَٱلصَّیۡفِ * فَلۡیَعۡبُدُوا۟ رَبَّ هَـٰذَا ٱلۡبَیۡتِ * ٱلَّذِیۤ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعࣲ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۭ

“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.” QS. Quraisy: 1-4.

Dalam Mushaf Imam (mushafnya Ustman bin Affan) surat ini terpisah dari surat sebelumnya. Mereka menuliskan di antara keduanya (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) meskipun ada kaitannya dengan sebelumnya sebagaimana dinyatakan oleh Muhammad bin Ishaq dan Abdurrahman bin Yazid karena maknanya menurut keduanya adalah: kami tahan pasukan gajah itu dari Makkah dan kami celakakan pemiliknya karena kebiasaan orang Quraisy yakni kebiasaan mereka dan berkumpulnya mereka di negeri mereka dengan aman.

Continue reading