Tafsir Surat al-Fatihah Ayat 4

Tags:

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Yang menguasai di Hari Pembalasan (QS. Al-Fatihah 1:4)

Sebagian qari’ membaca (مَلِكِ) dan sebagian lagi membaca (مَالِكِ) keduanya adalah bacaan yang shahih mutawatir. Kata (مَالِكِ) diambil dari kata (المِلك-milik) sebagaimana firman Allah ta’ala:

إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ

Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan. (QS. Maryam 19: 40).

Sedangkan kata (مَلِك) diambil dari kata (المُلك-kerajaan) sebagaimana firman Allah ta’ala:

لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ

Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (QS. Al-Ghafir 40:16).

الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ

Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. (QS. Al-Furqan 25:26).

Takhshish (pengkhususan) al-mulk dengan yaumiddīn (hari pembalasan) tidak berarti menafikan kepemilikan Allah atas selain hari pembalasan karena Allah telah mengawalinya dengan berita yang menyatakan bahwa Allah itu adalah Rabbul ‘Alamin (Tuhan seluruh alam) pada surat al-Fatihah ayat 2, dan yang demikian itu bersifat umum baik itu di dunia maupun di akhirat. Kata (مَالِكِ) disandarkan kepada (يَوْمِ الدِّينِ) karena pada hari tersebut tidak ada satu makhluk pun yang mengklaimnya sebagai miliknya. Pada hari tersebut, tidak ada yang berbicara kecuali orang – orang yang telah diizinkan untuk berbicara sebagaimana firman Allah ta’ala:

لاَّ يَتَكَلَّمُونَ إِلاَّ مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَاباً

Mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (QS. An-Naba’ 78:38).

يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ

Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya. (QS. Hud 11:105).

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata:

Yaumuddin adalah hari ketika dihisabnya makhluk – makhluk, mereka dibalas/dihisab berdasarkan amal – amal mereka, apabila amal mereka baik maka baiklah balasannya, apabila amal mereka buruk maka buruklah balasannya, kecuali orang – orang yang dimaafkan darinya.

(المَلِك-Pemilik/Raja) secara hakiki adalah Allah azza wa jalla, adapun penamaan selain Allah azza wa jalla dengan (مَلِك) di dunia ini merupakan majaz saja. Diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam di dalam shaḥiḥain bahwa beliau bersabda:

يَقْبِضُ اللَّهُ الْأَرْضَ وَيَطْوِي السَّمَوَاتِ بِيَمِينِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ

“Allah menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanannya seraya berkata: ‘Akulah Raja, mana yang mengaku raja di bumi? ‘” (HR. Bukhari & Muslim)

Adapun kata (الدِّينِ) maknanya adalah hari pembalasan dan hari perhitungan (hisab) sebagaimana firman Allah ta’ala:

أَإِنَّا لَمَدِينُونَ

Apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan? (QS. Ash-Shaaffat 37:53). Yakni dibalas dan dihisab?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ

“Orang yang cerdas adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Syadad bin ‘Aus secara marfu’).

Diriwayatkan juga dari Umar bin al-Khaththab sebagai kelanjutan hadits di atas:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا

Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihisab (dihitung amal – amalnya).

Wallahu ‘alam bish shawwab.

Maraji’:

Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir ash-Shaabuunii

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *