Gambaran Masyarakat Jahiliyah – Kondisi Akhlak

Memang kita tidak memungkiri bahwa di tengah kehidupan orang-orang Jahiliyah banyak terdapat hal-hal yang hina, amoralitas, dan masalah-masalah yang tidak bisa diterima akal sehat dan tidak disukai manusia. Meskipun begitu mereka masih memiliki akhlak-akhlak yang terpuji, mengundang decak kagum manusia dan simpati. Di antara akhlak-akhlak itu ialah:

1. Kedermawanan. Mereka saling berlomba-lomba dan membanggakan diri dalam masalah kedermawanan dan kemurahan hati. Bahkan separuh syair-syair mereka bisa dipenuhi dengan pujian dan sanjungan terhadap kedermawanan ini. Adakalanya seseorang didatangi tamu yang kelaparan pada saat hawa dingin menggigit tulang. Sementara saat itu dia tidak memiliki kekayaan apapun selain seekor onta yang menjadi penopang hidupnya. Namun rasa kedermawanan bisa menggetarkan dirinya, lalu dia pun bangkit menghampiri onta satu satunya dan menyembelihnya, agar dia bisa menjamu tamunya. Pengaruh dari kedermawanan ini, mereka bisa menanggung pembayaran denda yang jumlahnya sangat tinggi dan membuat mata terbelalak. Sehingga tidak jarang hal ini justru menumpahkan darah dan mengakibatkan kematian seseorang. Yang pasti, mereka biasa membuat pujian dan membanggakan diri di hadapan orang lain dalam masalah ini, terutama dari kalangan para penguasa dan pemimpin.

Di antara pengaruh kedermawanan ini, mereka biasa merasa bangga karena minum khamr. Bukan kebanggaan karena minumannya itu, tetapi karena hal itu dianggap sebagai salah satu cara menunjukkan kedermawanan dan merupakan cara paling mudah untuk menunjukkan pemborosan. Maka tidak heran jika mereka menyebut pohon anggur dengan nama al-karam (kedermawanan), sedangkan khamr yang dibuat dari buah anggur disebut bintul-karam (putri kedermawanan). Jika engkau sempat meneliti berbagai arsip syair-syair semasa Jahiliyah, tentu engkau akan mendapatkan satu bab khusus yang berisi pujian dan sanjungan ini. Antarah bin Syaddad Al-Absi berkata,
“Telah kuminum regukan-regukan arak
setelah terlewati siang hari yang terik
di dalam gelas kaca berwarna kuning kemilau
bertabur bunga-bunga indah yang memukau
kehormatanku juga tidak kuhirau
kurelakan harta kan musnah jika minum arak
kehormatanku yang tinggi tiada kusimak
jika tak mabuk tiada kusia-siakan undangan
karena kutahu sifatku yang dermawan.”

Pengaruh lain dari kedermawanan ini, mereka biasa main judi. Mereka menganggap main judi merupakan salah satu cara mengekspresikan kedermawanan, karena dari laba judi itulah mereka bisa memberi makan orang-orang miskin, atau mereka bisa menyisihkan sebagian uang dari andil orang-orang yang mendapat laba. Oleh karena itu Al-Qur`an tidak mengingkari manfaat khamr dan main judi, namun dengan membuat redaksi sebagai berikut.
“Tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (Al-Baqarah:219)

2. Memenuhi janji. Di mata mereka, janji sama dengan hutang yang harus dibayar. Bahkan mereka suka membunuh anaknya sendiri dan membakar rumahnya daripada meremehkan janji. Kisah tentang Hani’ bin Mas’ud Asy-Syaibani, As-Samau’al bin Adiya dan Hajib bin Zararah sudah cukup membuktikan hal ini.

3. Kemuliaan jiwa dan keengganan menerima kehinaan dan kelaliman. Akibatnya, mereka bersikap berlebih-lebihan dalam masalah keberanian, sangat pencemburu, dan cepat naik darah. Mereka tidak mau mendengar kata kata yang menggambarkan kehinaan dan kemerosotan, melainkan mereka bangkit menghunus pedang, lalu pecah peperangan yang berkepanjangan. Mereka tidak lagi mempedulikan kematian bisa menimpa diri sendiri karena hal itu.

4. ‎Pantang mundur. Jika mereka sudah menginginkan sesuatu yang disitu ada keluhuran dan kemuliaan, maka tak ada sesuatu pun yang bisa menghadang atau mengalihkannya.

5. Kelemahlembutan dan suka menolong orang lain. Mereka biasa membuat sanjungan tentang sifat ini. Hanya saja sifat ini kurang tampak karena mereka berlebih-lebihan dalam masalah keberanian dan mudah terseret kepada peperangan.

6. Kesederhanaan pola kehidupan badui. Mereka tidak mau dilumuri warna-warni peradaban dan gemerlapnya. Hasilnya adalah kejujuran, dapat dipercaya, meninggalkan dusta, dan pengkhianatan.

Kita melihat akhlak-akhlak yang sangat berharga ini, di samping letak geografis Jazirah Arab, merupakan sebab mengapa mereka dipilih untuk mengemban beban risalah yang menyeluruh, menjadi pemimpin umat dan masyarakat manusia. Sebab akhlak-akhlak ini, sekalipun sebagian di antaranya ada yang menjurus kepada kejahatan dan menyeret kepada kejadian-kejadian yang mengenaskan, toh pada dasarnya itu merupakan akhlak yang berharga, yang bisa mendatangkan manfaat secara menyeluruh bagi masyarakat manusia jika mendapat sentuhan perbaikan. Maka inilah tugas Islam.

Barangkali akhlak yang paling menonjol dan paling banyak mendatangkan manfaat setelah pemenuhan janji adalah kemuliaan jiwa dan semangat pantang mundur. Sebab kejahatan dan kerusakan tidak bisa disinggkirkan, keadilan dan kebaikan tidak bisa ditegakkan kecuali dengan kekuatan dan ambisi seperti ini. Sebenarnya mereka masih mempunyai sifat-sifat utama selain yang kita sebutkan ini. Namun bukan di sini tempat membicarakannya.

Rujukan:
Sirah Nabawiyah/Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri; Penerjemah: Kathur Suhardi; Penyunting: Yasir Maqosid; cet. 1–Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *